Melindungi Tuan Putri bersama Orang-orang Aneh di Kelas yang Aneh dari Serangan Yakuza - Bab 10

Berduaan dengan Nenek Tua di ruang kepala sekolah adalah bencana yang paling ingin dihindari oleh siapapun juga.


Ren menghela nafas berat di depan ruang kepala sekolah. Bel tanda pulang sekolah telah berdering beberapa menit yang lalu, tapi bukannya pulang ke rumahnya, Ren malah pergi ke ruang kepala sekolah. Kenapa juga dirinya mau datang ke tempat ini? Bukankah dia bisa berpura-pura sakit dan langsung pulang ke rumahnya? Tidak, sepertinya alasan seperti itu tidak akan berhasil di situasi seperti ini. Nenek Tua itu hanya akan memberikan lebih banyak foto mengerikan padanya, jika dia berani menggunakan alasan seperti itu. Si Nenek Tua itu pasti akan berkata ‘Ini adalah hadiah untuk menyemangati dirimu agar kau cepat sembuh!’ atau sesuatu seperti itu.

Dia beruntung karena dia bisa meyakinkan Putri untuk tidak ikut bersamanya atau kalau tidak, Ren akan berada di situasi yang jauh lebih mengerikan dari situasinya saat ini. Ren pasti akan melakukan apapun agar situasi tersebut tidak pernah terjadi.

Ren kemudian masuk ke ruang kepala sekolah tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ren menganggap kalau mengetuk pintu terlebih dahulu hanya akan membuat dirinya menjadi bukan dirinya lagi, jadi dia memang tidak perlu mengetuk pintu, karena tidak mengetuk pintu sebelum masuk ke suatu ruangan adalah ciri khasnya.

“Kau benar-benar tak berubah, ya... padahal Aku sudah bilang berkali-kali padamu, kalau kau harus mengetuk pintu sebelum masuk ke ruanganku!”

“Tidak mengetuk pintu sebelum masuk ke suatu ruangan adalah ciri khasku!”

“Itu bukanlah ciri khas, itu hanyalah tindakan tidak sopan!”

Wajah Nenek Tua itu makin berkerut saat dia memarahi Ren. Sepertinya alasan kenapa dirinya nampak semakin tua setiap hari adalah karena dirinya memiliki murid seperti Ren dan kawan-kawannya di kelas F.

“Langsung ke topik utama saja... ada apa kau memanggilku ke sini?”

“Seperti biasanya, kau tidak suka basa-basi denganku... jujur saja, Aku tidak memiliki hal yang penting untukku bicarakan denganmu, Aku hanya ingin mendengar pendapatmu tentang teman barumu, atau mungkin kekasih barumu?”

“Dia bukan kekasihku!”

Ren heran. Apakah seorang nenek-nenek juga menyukai gosip, seperti ibu-ibu masa kini? Karena mereka semua adalah perempuan, mungkin itu memang sudah wajar. Dia tidak perlu memikirkan hal itu terlalu dalam.

“Aku tidak terlalu tertarik dengannya... malah kalau boleh jujur, Aku merasa kalau dirinya sangatlah menganggu... apakah kau bisa mengusirnya dari hidupku?”

“Apa yang kau bicarakan, mana mungkin Aku melakukan hal kejam seperti itu?”

“Bukankah kau sering melakukan hal kejam padaku, tapi mengapa kau malah mengatakan kalau kau tidak bisa melakukan hal kejam seperti itu!?”

“Memangnya kapan Aku melakukan hal kejam padamu?”

“Apa kau lupa? Kaulah yang memasukanku ke kelas F dan membuat hidupku menderita!”

“Bukankah dari awal hidupmu memang sudah menderita.”

Meskipun sangat mengesalkan, tapi nenek itu memang benar, jadi dia tidak bisa berdebat terlalu banyak tentang hal itu. Ren lebih baik duduk di salah satu kursi dan menenangkan dirinya. Dia sudah emosi hanya dengan melihat wajah berkeriput milik nenek di depannya yang sangat menjengkelkan. Kenapa keriput di wajah nenek itu terlihat seperti sedang menantangnya berkelahi?

“Aku masih belum memberikan izin padamu untuk duduk!”

“Di sini tidak ada peraturan untuk meminta izin dulu sebelum duduk, jadi Aku tidak memerlukan izin darimu untuk duduk!”

“Kau benar-benar murid yang tidak tahu sopan santun!”

Ren tahu kalau dirinya memang tidak sopan, malah dia sengaja melakukannya. Sopan hanyalah tindakan yang dilakukan oleh orang-orang yang suka berpura-pura menjadi baik dan tindakan itu sama sekali tidak cocok dengan Ren, jadi Ren tidak akan bertindak sopan pada siapapun, bahkan jika itu kedua orang tuanya.

“Aku tidak peduli dengan apapun yang kau katakan... Aku hanya ingin cepat keluar dari ruangan ini dan kembali ke rumahku!”

“Apakah kau akan melakukan sesuatu yang menyenangkan di rumahmu?”

“Apa maksud perkataanmu itu?”

“Jangan berpura-pura tidak tahu! Aku sudah tahu kalau kau tinggal satu rumah dengan Putri, jadi kau tidak perlu menutup-nutupi apa yang terjadi antara kalian... kau bisa menceritakan semua hal yang kalian lakukan berdua di kamar padaku!”

“Aku tidak melakukan apapun yang sedang ada di pikiranmu itu... Aku hanya tinggal satu rumah dengannya dan tidak terjadi insiden apapun di antara kami!”

“Benarkah itu? Apakah kau benar-benar yakin dengan hal tersebut?”

Ren sangat dibuat kesal oleh muka si Nenek Tua yang makin nampak berkerut saat dia bertanya tentang hubungan Ren dan Putri. Ren mungkin sesekali harus memberitahunya kalau wajahnya sangatlah menakutkan dan menjijikan, lalu menyuruhnya untuk segera mengganti wajahnya dengan wajah yang baru.

“Hubunganku dengan Putri sama sekali bukan urusanmu, kau lebih baik mengkhawatirkan dirimu sendiri... keriputmu makin hari, makin bertambah banyak!”

“Memangnya kau pikir ini salah siapa, kalau kau bisa lebih menghiburku dan membuatku tertawa setiap hari, maka keriputku tidak akan bertambah banyak... ada yang berkata kalau kau sering tertawa, maka kau akan awet muda!”

“Tapi sepertinya hal itu sama sekali tidak berlaku bagimu!”

“Bisakah kau menjaga sedikit mulutmu! Apa kau tidak sadar, kalau kata-katamu tadi telah menyakiti hatiku!?”

“Aku tidak peduli jika hati atau otakmu yang sakit, tapi tolong jangan libatkan Aku dalam masalahmu... Aku sudah cukup lelah hari ini!”

“Ayolah, kau hanya dipukuli oleh Pak Maman... kurasa itu bukanlah sesuatu yang patut kau keluhkan, karena sebagian besar itu juga karena kesalahanmu sendiri!”

“Kau belum pernah merasakan pukulannya... asal kau tahu saja, satu pukulan darinya sama dengan tiga ratus pukulan dari orang biasa... dia adalah Gorila Pemukul Manusia!”

“Sepertinya kau telah menambahkan julukan padanya... Pak Gorila, Gorila Jelek dan sekarang Gorila Pemukul Iblis!”

“Pemukul manusia! Aku tadi bilang ‘pemukul manusia’!”

“Tapi kau adalah iblis, jadi kata yang tepat untukmu adalah pemukul iblis!”

Ren merasa bodoh karena menanggapi omongan dari nenek yang duduk di depannya. Lebih baik dia berhenti di sini atau dia hanya akan membuat dirinya sendiri tambah kesal. Tenangkan dirimu, Ren. Dia hanya Nenek Tua tidak punya kerjaan yang suka melihat orang lain menderita. Lebih baik kau menunggu ajal menjemputnya, lalu membuang jasadnya ke pembuangan sampah terdekat.

Untung saja si Nenek Tua tidak bisa membaca pikiran Ren, kalau dia bisa membacanya, maka dia pasti akan membuat siswa di depannya menyesal, karena pernah berpikir seperti itu. Dia akan membuat iblis itu tidak akan bisa berpikir seperti itu lagi dengan jurus andalannya.

“Kita kembali ke topik utama saja... untuk apa kau menanyakan hubunganku dengan Putri? Memangnya itu akan berpengaruh pada sekolah ini?”

“Kurasa tidak dalam jangka waktu dekat, tapi kalau dia terus bersekolah di sini, Aku merasa kalau sekolah kita akan menjadi semakin maju!”

Ren tahu kalau Putri adalah orang kaya, jadi dia bisa menebak kalau Putri tetap berada di sini, maka sekolah ini bisa mendapatkan sumbangan dari kedua orang tuanya. Ren tidak menyangka kalau Nenek Tua itu juga mata duitan. Selain egois dan sering mengatakan hal tak masuk akal, ternyata Nenek Tua itu juga sangat serakah, belum lagi ditambah dengan tampangnya yang tidak enak dilihat, dia benar-benar adalah mahluk terburuk yang pernah dilihat Ren seumur hidupnya. Ren akan memasukan nama Nenek Tua itu ke dalam daftar mahluk terburuk di dunia ini.

Ren menatap papan nama yang berada di meja kepala sekolah. Sina Entih. Ren akan mengingat nama tersebut untuk didaftarkan pada kompetisi mahluk terburuk yang pernah ada yang akan diselenggarakan olehnya nanti.

“Alasan kenapa Putri mau bersekolah di sini adalah kau... kalau kau dan dia memiliki hubungan yang baik, maka tidak ada alasan baginya untuk keluar dari sekolah ini, tapi sebaliknya, kalau hubunganmu dengannya memburuk, maka ada kemungkinan kalau gadis itu akan meninggalkan sekolah ini!”

“Aku tidak bisa mengatakan kalau kau salah, tapi apakah kau memang perlu menanyakan itu secara langsung dariku... bukankah kau bisa mengawasi kami dari kamera tersembunyimu?”

“Kamera tersembunyi? Apa yang sedang kau bicarakan?”

“Jangan pura-pura bodoh! Aku sudah lama mengetahui keberadaan kamera-kamera itu!”

Meskipun Nenek Tua di depannya tidak mau mengakui hal tercela yang dia lakukan, tapi Ren sangat mengetahui kelakukan tercela yang dilakukan oleh Nenek Tua itu. Dia selalu mengawasi mereka dari kamera tersembunyi yang tersebar di seluruh penjuru kelas F. Meskipun Ren mengetahui keberadaan semua kamera tersembunyi milik Nenek Tua itu, tapi Ren memutuskan untuk tidak memindahkan kamera-kamera tersebut, karena itu terlalu merepotkan untuknya.

 “Nenek Tua... kalau kau memang ingin mendapatkan uang dengan cepat, kau bisa menjual sekolahmu ini, lalu membuat rumah hantu dengan dirimu sebagai hantu utamanya.... Aku yakin kalau rumah hantumu akan langsung terkenal di seluruh dunia!”

“Kalau Aku melakukan itu, Aku ingin kau juga ikut serta sebagai iblisnya... Aku yakin akan ada banyak anak kecil menjerit, karena melihat tampangmu!”

Ren benar-benar kesal. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Nenek Tua itu benar-benar bisa berdebat dengannya. Sepertinya dia memiliki pengalaman yang banyak, makanya dia bisa mengimbangi Ren dalam hal berdebat tanpa mengeluarkan emosi yang berlebihan.

“Tapi jujur saja... Aku sangat senang, karena bisa mengawasi kalian setiap hari... dari semua muridku di sekolah ini, kalian semua yang berada di kelas F adalah murid kesayanganku!”

“Aku sama sekali tidak senang menjadi murid kesayanganmu, dan Aku yakin orang-orang aneh lainnya yang berkumpul di kelas F juga tidak akan senang dengan ucapanmu tadi!”

“Jangan bicara seperti itu... Aku benar-benar serius di sini!”

“Lalu apakah kau berpikir kalau tadi Aku itu sedang bercanda?”

Ren tidak tahu terbuat dari apa Nenek Tua itu. Kenapa bisa ada orang yang menyayangi orang-orang di kelas F? Bukankah mereka hanyalah sumber masalah? Apakah itu karena si Nenek Tua adalah manusia yang terbuat dari kumpulan berbagai macam masalah, makanya dia sangat menyukai orang-orang yang suka membuat masalah?

“Apakah tidak ada hal lainnya yang ingin kau katakan? Kalau tidak ada, maka Aku ingin pulang sekarang juga!”

“Kau tak usah terburu-buru... masih ada satu hal lagi yang ingin kukatakan padamu!”

Ren menghentikan gerakan tubuhnya yang ingin bangkit dari tempat duduknya, dia kemudian memandangi wajah serius milik kepala sekolah di depannya. Sambil menahan rasa ingin muntahnya, Ren kembali duduk di kursinya.

“Kau seharusnya tidak perlu mengeluarkan ekspresi ingin muntah, hanya karena Aku ingin membicarakan sesuatu padamu!”

“Maaf, siapapun juga pasti sangat sulit menahan rasa ingin muntah saat mereka melihat wajahmu, tidak terkecuali diriku!”

“Kau benar-benar tidak bisa menjaga mulutmu, ya!”

Setelah berhasil mengendalikan rasa ingin muntahnya, Ren kemudian berusaha menjauhkan padangannya dari muka si nenek, lalu menanyakan apa yang ingin dibicarakan oleh si nenek dengan dirinya.

“Sebetulnya apa lagi yang ingin kau bicarakan denganku?”

 “Kau seharusnya sudah tahu alasan mengapa Aku membuat kelas F, bukan?”

“Ya, tentu saja Aku sudah mengetahuinya!”

Tentu saja Ren sudah mengetahu alasan kenapa si Nenek Tua di depannya membuat kelas yang paling menyusahkan itu. Meskipun Ren tidak mau mengakuinya, tapi dia adalah orang yang paling dekat dengan si nenek, jadi mustahil baginya tidak mengetahui alasan kenapa si nenek membuat dirinya dan teman sekelasnya yang lain masuk ke dalam kelas tersebut. Ren benar-benar membenci fakta kalau dirinya adalah orang yang paling mengenal kelas F, tapi meski begitu Ren tidak bisa menyangkal kalau si nenek membuat kelas itu demi kebaikan mereka semua.

 “Kau juga pasti sudah tahu kalau kalian semua sebetulnya bukanlah orang yang terbuang!”

“Memangnya sejak kapan Aku menjadi orang terbuang!?”

“Sejak kau dibuang oleh kedua orang tuamu!”

“Tolong jangan katakan itu lagi!”

Ren benar-benar tidak ingin mendengar hal itu lagi, sudah cukup dia dipermainkan oleh Putri kemarin karena hal itu, meskipun sebenarnya itu juga kesalahan dirinya yang memaksa untuk menceritakan hal tersebut pada Putri

“Aku hanya bercanda, kau tidak perlu sampai menampilkan wajah menyedihkan seperti itu... kau benar-benar tidak cocok berekspresi seperti itu... baiklah, kita akan kembali ke topik sebenarnya... kau pasti sudah tahu kalau Aku sangat menyayangi kalian dari lubuk hatiku yang terdalam, meskipun kalian selalu melakukan kenakalan yang terkadang suka membuat kepalaku pusing.”

“Kau sudah mengatakannya tadi, jadi bisakah kita mempersingkat pertemuan ini.... apa yang kau inginkan dariku?”

“Kalau kau memaksa, maka kita akan langsung ke inti permasalahnnya saja... Aku ingin kau membuat kelas F menjadi kelas terbaik di seluruh dunia!”

“Itu mustahil!”

“Kenapa kau langsung berkata ‘itu mustahil’ tanpa mencoba untuk melakukannya terlebih dahulu? Kau bahkan sudah menyerah, sebelum bertempur! Setidaknya pikirkanlah sedikit permintaanku tadi!”

Ren mendesah. Memangnya hal apa lagi yang harus dipikirkan? Sudah jelas kalau kelas F adalah kelas terburuk di sekolah ini, jadi bagaimana mungkin kelas terburuk di sekolah ini bisa menjadi kelas terbaik di seluruh dunia? Mungkin itu hanya akan terjadi di dalam mimpi si nenek.

“Aku ingin kau bisa membedakan, mana hal yang bisa dilakukan di dunia nyata dan mana yang tidak bisa! Kau seharusnya sudah tahu kalau kami tidak akan mungkin bisa melakukan hal yang sangat sulit seperti itu... mungkin menjadi kelas terburuk di seluruh dunia, kami bisa melakukannya dengan sangat mudah, tapi jika kau menyuruh kami menjadi kelas terbaik di seluruh dunia... kurasa itu adalah hal yang paling mustahil untuk dilakukan oleh kami!”

“Kau sudah menyerah, sebelum mencoba... Aku jadi khawatir dengan masa depanmu!”

“Dari pada mengkhawatirkan masa depan orang lain, lebih baik kau khawatirkan masa depanmu... kau mungkin sebentar lagi akan menjadi tulang-belulang yang tidak berguna!”

“Jangan bicara seperti Aku sudah tua saja... asal kau tahu saja, Aku masih jauh lebih muda dari nenek buyutmu!”

“Apa sadar bahwa kau baru saja mengakui kalau dirimu memang sudah tua?!”

Ren kembali mendesah. Bicara dengan Nenek Tua itu jauh lebih melelahkan dari pada bicara dengan Pak Gorila. Memangnya dia tidak bisa bersikap sesuai dengan usianya. Kenapa dia masih bersikap seperti seorang wanita berumur 30-an?

“Tapi Aku serius.... Ren, sebagai ketua bayangan, tugasmu adalah memimpin mereka di balik bayangan, agar mereka bisa menjadi orang yang sangat hebat... kau mungkin tidak tahu, tapi dengan otak licikmu, kau bisa membuat mereka menjadi manusia yang tak terkalahkan... Aku sangat yakin dengan hal itu!”

“Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang sedang kau bicarakan?”

“Jangan berpura-pura bodoh! Aku tahu dengan baik kalau kau sangat mengerti dengan apa yang sedang kubicarakan saat ini!”

“Aku sama sekali tidak berpura-pura bodoh, Aku memang sama sekali tidak mengerti dengan apa yang sedang kau bicarakan!”

“Kau benar-benar keras kepala!”

Ren sebetulnya tidak ingin disebut keras kepala olehnya. Dia sendiri meminta sesuatu yang sangat sulit dilakukan, bahkan bisa dikatakan sebagai sesuatu yang mustahil, tanpa mau mendengarkan pendapat orang lain. Apakah itu tidak dinamakan sebagai keras kepala? Mengapa Nenek Tua itu sangat memaksa dirinya untuk menjadikan kelas F sebagai kelas terbaik di dunia?

“Kenapa kau begitu memaksa? Bukankah tidak akan ada gunanya bagimu, jika kami menjadi kelas terbaik di dunia?... kurasa kau hanya akan ditertawakan oleh orang lain, jika kau mengatakan keinginanmu tersebut pada orang lain.... dan kalau boleh jujur, sebetulnya Aku juga sudah sangat ingin tertawa sejak tadi!”

“Sebetulnya apa yang kau bicarakan? Sepertinya kau sama sekali tidak memikirkan perkataanku baik-baik... dengarkan baik-baik, kalau Aku berhasil membuat kelas terburuk di dunia ini menjadi kelas terbaik di dunia, maka Aku akan menjadi terkenal dan juga mendapatkan banyak uang dari berbagai sumber... para orang tua murid akan memohon padaku untuk menyekolahkan anak mereka di sekolahku dan memberiku banyak uang untuk itu... Aku bahkan sudah bisa mencium bau uang dari sini.... hahahahahaha!”

“Jadi itu tujuanmu yang sebenarnya...”

Tanpa menunggu si Nenek Tua menyelesaikan tawanya, Ren sudah meninggalkan ruang kepala sekolah. Dia benar-benar tidak ingin lagi masuk ke dalam ruangan itu. Apa yang dia dapatkan saat ini hanyalah pengalaman berbicara dengan seorang koruptor yang sangat mata duitan. Bahkan pejabat saja tidak seserakah dia.





Sebelumnya | ToC | Selanjutnya

Contact Form

Name

Email *

Message *