Berduaan dengan Nenek Tua di ruang kepala sekolah adalah bencana yang paling ingin dihindari oleh siapapun juga.
Ren menghela nafas berat di depan ruang kepala
sekolah. Bel tanda pulang sekolah telah berdering beberapa menit yang lalu,
tapi bukannya pulang ke rumahnya, Ren malah pergi ke ruang kepala sekolah. Kenapa
juga dirinya mau datang ke tempat ini? Bukankah dia bisa berpura-pura sakit dan
langsung pulang ke rumahnya? Tidak, sepertinya alasan seperti itu tidak akan
berhasil di situasi seperti ini. Nenek Tua itu hanya akan memberikan lebih
banyak foto mengerikan padanya, jika dia berani menggunakan alasan seperti itu.
Si Nenek Tua itu pasti akan berkata ‘Ini adalah hadiah untuk menyemangati
dirimu agar kau cepat sembuh!’ atau sesuatu seperti itu.
Dia beruntung karena dia bisa meyakinkan Putri untuk
tidak ikut bersamanya atau kalau tidak, Ren akan berada di situasi yang jauh
lebih mengerikan dari situasinya saat ini. Ren pasti akan melakukan apapun agar
situasi tersebut tidak pernah terjadi.
Ren kemudian masuk ke ruang kepala sekolah tanpa
mengetuk pintu terlebih dahulu. Ren menganggap kalau mengetuk pintu terlebih
dahulu hanya akan membuat dirinya menjadi bukan dirinya lagi, jadi dia memang
tidak perlu mengetuk pintu, karena tidak mengetuk pintu sebelum masuk ke suatu
ruangan adalah ciri khasnya.
“Kau benar-benar tak berubah, ya... padahal Aku sudah
bilang berkali-kali padamu, kalau kau harus mengetuk pintu sebelum masuk ke
ruanganku!”
“Tidak mengetuk pintu sebelum masuk ke suatu ruangan adalah
ciri khasku!”
“Itu bukanlah ciri khas, itu hanyalah tindakan tidak
sopan!”
Wajah Nenek Tua itu makin berkerut saat dia memarahi
Ren. Sepertinya alasan kenapa dirinya nampak semakin tua setiap hari adalah
karena dirinya memiliki murid seperti Ren dan kawan-kawannya di kelas F.
“Langsung ke topik utama saja... ada apa kau
memanggilku ke sini?”
“Seperti biasanya, kau tidak suka basa-basi
denganku... jujur saja, Aku tidak memiliki hal yang penting untukku bicarakan
denganmu, Aku hanya ingin mendengar pendapatmu tentang teman barumu, atau
mungkin kekasih barumu?”
“Dia bukan kekasihku!”
Ren heran. Apakah seorang nenek-nenek juga menyukai
gosip, seperti ibu-ibu masa kini? Karena mereka semua adalah perempuan, mungkin
itu memang sudah wajar. Dia tidak perlu memikirkan hal itu terlalu dalam.
“Aku tidak terlalu tertarik dengannya... malah kalau
boleh jujur, Aku merasa kalau dirinya sangatlah menganggu... apakah kau bisa
mengusirnya dari hidupku?”
“Apa yang kau bicarakan, mana mungkin Aku melakukan
hal kejam seperti itu?”
“Bukankah kau sering melakukan hal kejam padaku, tapi
mengapa kau malah mengatakan kalau kau tidak bisa melakukan hal kejam seperti
itu!?”
“Memangnya kapan Aku melakukan hal kejam padamu?”
“Apa kau lupa? Kaulah yang memasukanku ke kelas F dan
membuat hidupku menderita!”
“Bukankah dari awal hidupmu memang sudah menderita.”
Meskipun sangat mengesalkan, tapi nenek itu memang
benar, jadi dia tidak bisa berdebat terlalu banyak tentang hal itu. Ren lebih
baik duduk di salah satu kursi dan menenangkan dirinya. Dia sudah emosi hanya
dengan melihat wajah berkeriput milik nenek di depannya yang sangat menjengkelkan.
Kenapa keriput di wajah nenek itu terlihat seperti sedang menantangnya
berkelahi?
“Aku masih belum memberikan izin padamu untuk duduk!”
“Di sini tidak ada peraturan untuk meminta izin dulu
sebelum duduk, jadi Aku tidak memerlukan izin darimu untuk duduk!”
“Kau benar-benar murid yang tidak tahu sopan santun!”
Ren tahu kalau dirinya memang tidak sopan, malah dia
sengaja melakukannya. Sopan hanyalah tindakan yang dilakukan oleh orang-orang
yang suka berpura-pura menjadi baik dan tindakan itu sama sekali tidak cocok
dengan Ren, jadi Ren tidak akan bertindak sopan pada siapapun, bahkan jika itu
kedua orang tuanya.
“Aku tidak peduli dengan apapun yang kau katakan...
Aku hanya ingin cepat keluar dari ruangan ini dan kembali ke rumahku!”
“Apakah kau akan melakukan sesuatu yang menyenangkan
di rumahmu?”
“Apa maksud perkataanmu itu?”
“Jangan berpura-pura tidak tahu! Aku sudah tahu kalau
kau tinggal satu rumah dengan Putri, jadi kau tidak perlu menutup-nutupi apa
yang terjadi antara kalian... kau bisa menceritakan semua hal yang kalian
lakukan berdua di kamar padaku!”
“Aku tidak melakukan apapun yang sedang ada di
pikiranmu itu... Aku hanya tinggal satu rumah dengannya dan tidak terjadi insiden
apapun di antara kami!”
“Benarkah itu? Apakah kau benar-benar yakin dengan hal
tersebut?”
Ren sangat dibuat kesal oleh muka si Nenek Tua yang
makin nampak berkerut saat dia bertanya tentang hubungan Ren dan Putri. Ren
mungkin sesekali harus memberitahunya kalau wajahnya sangatlah menakutkan dan
menjijikan, lalu menyuruhnya untuk segera mengganti wajahnya dengan wajah yang
baru.
“Hubunganku dengan Putri sama sekali bukan urusanmu,
kau lebih baik mengkhawatirkan dirimu sendiri... keriputmu makin hari, makin
bertambah banyak!”
“Memangnya kau pikir ini salah siapa, kalau kau bisa
lebih menghiburku dan membuatku tertawa setiap hari, maka keriputku tidak akan
bertambah banyak... ada yang berkata kalau kau sering tertawa, maka kau akan
awet muda!”
“Tapi sepertinya hal itu sama sekali tidak berlaku
bagimu!”
“Bisakah kau menjaga sedikit mulutmu! Apa kau tidak
sadar, kalau kata-katamu tadi telah menyakiti hatiku!?”
“Aku tidak peduli jika hati atau otakmu yang sakit,
tapi tolong jangan libatkan Aku dalam masalahmu... Aku sudah cukup lelah hari
ini!”
“Ayolah, kau hanya dipukuli oleh Pak Maman... kurasa
itu bukanlah sesuatu yang patut kau keluhkan, karena sebagian besar itu juga
karena kesalahanmu sendiri!”
“Kau belum pernah merasakan pukulannya... asal kau
tahu saja, satu pukulan darinya sama dengan tiga ratus pukulan dari orang
biasa... dia adalah Gorila Pemukul Manusia!”
“Sepertinya kau telah menambahkan julukan padanya...
Pak Gorila, Gorila Jelek dan sekarang Gorila Pemukul Iblis!”
“Pemukul manusia! Aku tadi bilang ‘pemukul manusia’!”
“Tapi kau adalah iblis, jadi kata yang tepat untukmu
adalah pemukul iblis!”
Ren merasa bodoh karena menanggapi omongan dari nenek
yang duduk di depannya. Lebih baik dia berhenti di sini atau dia hanya akan
membuat dirinya sendiri tambah kesal. Tenangkan dirimu, Ren. Dia hanya Nenek
Tua tidak punya kerjaan yang suka melihat orang lain menderita. Lebih baik kau
menunggu ajal menjemputnya, lalu membuang jasadnya ke pembuangan sampah
terdekat.
Untung saja si Nenek Tua tidak bisa membaca pikiran
Ren, kalau dia bisa membacanya, maka dia pasti akan membuat siswa di depannya
menyesal, karena pernah berpikir seperti itu. Dia akan membuat iblis itu tidak
akan bisa berpikir seperti itu lagi dengan jurus andalannya.
“Kita kembali ke topik utama saja... untuk apa kau
menanyakan hubunganku dengan Putri? Memangnya itu akan berpengaruh pada sekolah
ini?”
“Kurasa tidak dalam jangka waktu dekat, tapi kalau dia
terus bersekolah di sini, Aku merasa kalau sekolah kita akan menjadi semakin
maju!”
Ren tahu kalau Putri adalah orang kaya, jadi dia bisa
menebak kalau Putri tetap berada di sini, maka sekolah ini bisa mendapatkan
sumbangan dari kedua orang tuanya. Ren tidak menyangka kalau Nenek Tua itu juga
mata duitan. Selain egois dan sering mengatakan hal tak masuk akal, ternyata
Nenek Tua itu juga sangat serakah, belum lagi ditambah dengan tampangnya yang
tidak enak dilihat, dia benar-benar adalah mahluk terburuk yang pernah dilihat
Ren seumur hidupnya. Ren akan memasukan nama Nenek Tua itu ke dalam daftar
mahluk terburuk di dunia ini.
Ren menatap papan nama yang berada di meja kepala
sekolah. Sina Entih. Ren akan mengingat nama tersebut untuk didaftarkan pada
kompetisi mahluk terburuk yang pernah ada yang akan diselenggarakan olehnya
nanti.
“Alasan kenapa Putri mau bersekolah di sini adalah
kau... kalau kau dan dia memiliki hubungan yang baik, maka tidak ada alasan
baginya untuk keluar dari sekolah ini, tapi sebaliknya, kalau hubunganmu
dengannya memburuk, maka ada kemungkinan kalau gadis itu akan meninggalkan
sekolah ini!”
“Aku tidak bisa mengatakan kalau kau salah, tapi
apakah kau memang perlu menanyakan itu secara langsung dariku... bukankah kau
bisa mengawasi kami dari kamera tersembunyimu?”
“Kamera tersembunyi? Apa yang sedang kau bicarakan?”
“Jangan pura-pura bodoh! Aku sudah lama mengetahui
keberadaan kamera-kamera itu!”
Meskipun Nenek Tua di depannya tidak mau mengakui hal
tercela yang dia lakukan, tapi Ren sangat mengetahui kelakukan tercela yang
dilakukan oleh Nenek Tua itu. Dia selalu mengawasi mereka dari kamera
tersembunyi yang tersebar di seluruh penjuru kelas F. Meskipun Ren mengetahui
keberadaan semua kamera tersembunyi milik Nenek Tua itu, tapi Ren memutuskan
untuk tidak memindahkan kamera-kamera tersebut, karena itu terlalu merepotkan
untuknya.
“Nenek Tua...
kalau kau memang ingin mendapatkan uang dengan cepat, kau bisa menjual
sekolahmu ini, lalu membuat rumah hantu dengan dirimu sebagai hantu utamanya....
Aku yakin kalau rumah hantumu akan langsung terkenal di seluruh dunia!”
“Kalau Aku melakukan itu, Aku ingin kau juga ikut
serta sebagai iblisnya... Aku yakin akan ada banyak anak kecil menjerit, karena
melihat tampangmu!”
Ren benar-benar kesal. Dia sama sekali tidak menyangka
kalau Nenek Tua itu benar-benar bisa berdebat dengannya. Sepertinya dia
memiliki pengalaman yang banyak, makanya dia bisa mengimbangi Ren dalam hal berdebat
tanpa mengeluarkan emosi yang berlebihan.
“Tapi jujur saja... Aku sangat senang, karena bisa
mengawasi kalian setiap hari... dari semua muridku di sekolah ini, kalian semua
yang berada di kelas F adalah murid kesayanganku!”
“Aku sama sekali tidak senang menjadi murid
kesayanganmu, dan Aku yakin orang-orang aneh lainnya yang berkumpul di kelas F
juga tidak akan senang dengan ucapanmu tadi!”
“Jangan bicara seperti itu... Aku benar-benar serius
di sini!”
“Lalu apakah kau berpikir kalau tadi Aku itu sedang
bercanda?”
Ren tidak tahu terbuat dari apa Nenek Tua itu. Kenapa
bisa ada orang yang menyayangi orang-orang di kelas F? Bukankah mereka hanyalah
sumber masalah? Apakah itu karena si Nenek Tua adalah manusia yang terbuat dari
kumpulan berbagai macam masalah, makanya dia sangat menyukai orang-orang yang
suka membuat masalah?
“Apakah tidak ada hal lainnya yang ingin kau katakan?
Kalau tidak ada, maka Aku ingin pulang sekarang juga!”
“Kau tak usah terburu-buru... masih ada satu hal lagi
yang ingin kukatakan padamu!”
Ren menghentikan gerakan tubuhnya yang ingin bangkit
dari tempat duduknya, dia kemudian memandangi wajah serius milik kepala sekolah
di depannya. Sambil menahan rasa ingin muntahnya, Ren kembali duduk di
kursinya.
“Kau seharusnya tidak perlu mengeluarkan ekspresi
ingin muntah, hanya karena Aku ingin membicarakan sesuatu padamu!”
“Maaf, siapapun juga pasti sangat sulit menahan rasa
ingin muntah saat mereka melihat wajahmu, tidak terkecuali diriku!”
“Kau benar-benar tidak bisa menjaga mulutmu, ya!”
Setelah berhasil mengendalikan rasa ingin muntahnya,
Ren kemudian berusaha menjauhkan padangannya dari muka si nenek, lalu
menanyakan apa yang ingin dibicarakan oleh si nenek dengan dirinya.
“Sebetulnya apa lagi yang ingin kau bicarakan denganku?”
“Kau seharusnya
sudah tahu alasan mengapa Aku membuat kelas F, bukan?”
“Ya, tentu saja Aku sudah mengetahuinya!”
Tentu saja Ren sudah mengetahu alasan kenapa si Nenek
Tua di depannya membuat kelas yang paling menyusahkan itu. Meskipun Ren tidak
mau mengakuinya, tapi dia adalah orang yang paling dekat dengan si nenek, jadi
mustahil baginya tidak mengetahui alasan kenapa si nenek membuat dirinya dan
teman sekelasnya yang lain masuk ke dalam kelas tersebut. Ren benar-benar
membenci fakta kalau dirinya adalah orang yang paling mengenal kelas F, tapi
meski begitu Ren tidak bisa menyangkal kalau si nenek membuat kelas itu demi
kebaikan mereka semua.
“Kau juga pasti
sudah tahu kalau kalian semua sebetulnya bukanlah orang yang terbuang!”
“Memangnya sejak kapan Aku menjadi orang terbuang!?”
“Sejak kau dibuang oleh kedua orang tuamu!”
“Tolong jangan katakan itu lagi!”
Ren benar-benar tidak ingin mendengar hal itu lagi,
sudah cukup dia dipermainkan oleh Putri kemarin karena hal itu, meskipun
sebenarnya itu juga kesalahan dirinya yang memaksa untuk menceritakan hal
tersebut pada Putri
“Aku hanya bercanda, kau tidak perlu sampai
menampilkan wajah menyedihkan seperti itu... kau benar-benar tidak cocok
berekspresi seperti itu... baiklah, kita akan kembali ke topik sebenarnya...
kau pasti sudah tahu kalau Aku sangat menyayangi kalian dari lubuk hatiku yang
terdalam, meskipun kalian selalu melakukan kenakalan yang terkadang suka
membuat kepalaku pusing.”
“Kau sudah mengatakannya tadi, jadi bisakah kita mempersingkat
pertemuan ini.... apa yang kau inginkan dariku?”
“Kalau kau memaksa, maka kita akan langsung ke inti
permasalahnnya saja... Aku ingin kau membuat kelas F menjadi kelas terbaik di
seluruh dunia!”
“Itu mustahil!”
“Kenapa kau langsung berkata ‘itu mustahil’ tanpa
mencoba untuk melakukannya terlebih dahulu? Kau bahkan sudah menyerah, sebelum
bertempur! Setidaknya pikirkanlah sedikit permintaanku tadi!”
Ren mendesah. Memangnya hal apa lagi yang harus
dipikirkan? Sudah jelas kalau kelas F adalah kelas terburuk di sekolah ini,
jadi bagaimana mungkin kelas terburuk di sekolah ini bisa menjadi kelas terbaik
di seluruh dunia? Mungkin itu hanya akan terjadi di dalam mimpi si nenek.
“Aku ingin kau bisa membedakan, mana hal yang bisa
dilakukan di dunia nyata dan mana yang tidak bisa! Kau seharusnya sudah tahu
kalau kami tidak akan mungkin bisa melakukan hal yang sangat sulit seperti
itu... mungkin menjadi kelas terburuk di seluruh dunia, kami bisa melakukannya
dengan sangat mudah, tapi jika kau menyuruh kami menjadi kelas terbaik di
seluruh dunia... kurasa itu adalah hal yang paling mustahil untuk dilakukan
oleh kami!”
“Kau sudah menyerah, sebelum mencoba... Aku jadi
khawatir dengan masa depanmu!”
“Dari pada mengkhawatirkan masa depan orang lain,
lebih baik kau khawatirkan masa depanmu... kau mungkin sebentar lagi akan
menjadi tulang-belulang yang tidak berguna!”
“Jangan bicara seperti Aku sudah tua saja... asal kau
tahu saja, Aku masih jauh lebih muda dari nenek buyutmu!”
“Apa sadar bahwa kau baru saja mengakui kalau dirimu
memang sudah tua?!”
Ren kembali mendesah. Bicara dengan Nenek Tua itu jauh
lebih melelahkan dari pada bicara dengan Pak Gorila. Memangnya dia tidak bisa
bersikap sesuai dengan usianya. Kenapa dia masih bersikap seperti seorang
wanita berumur 30-an?
“Tapi Aku serius.... Ren, sebagai ketua bayangan,
tugasmu adalah memimpin mereka di balik bayangan, agar mereka bisa menjadi
orang yang sangat hebat... kau mungkin tidak tahu, tapi dengan otak licikmu,
kau bisa membuat mereka menjadi manusia yang tak terkalahkan... Aku sangat
yakin dengan hal itu!”
“Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang sedang
kau bicarakan?”
“Jangan berpura-pura bodoh! Aku tahu dengan baik kalau
kau sangat mengerti dengan apa yang sedang kubicarakan saat ini!”
“Aku sama sekali tidak berpura-pura bodoh, Aku memang
sama sekali tidak mengerti dengan apa yang sedang kau bicarakan!”
“Kau benar-benar keras kepala!”
Ren sebetulnya tidak ingin disebut keras kepala
olehnya. Dia sendiri meminta sesuatu yang sangat sulit dilakukan, bahkan bisa
dikatakan sebagai sesuatu yang mustahil, tanpa mau mendengarkan pendapat orang
lain. Apakah itu tidak dinamakan sebagai keras kepala? Mengapa Nenek Tua itu
sangat memaksa dirinya untuk menjadikan kelas F sebagai kelas terbaik di dunia?
“Kenapa kau begitu memaksa? Bukankah tidak akan ada
gunanya bagimu, jika kami menjadi kelas terbaik di dunia?... kurasa kau hanya
akan ditertawakan oleh orang lain, jika kau mengatakan keinginanmu tersebut
pada orang lain.... dan kalau boleh jujur, sebetulnya Aku juga sudah sangat
ingin tertawa sejak tadi!”
“Sebetulnya apa yang kau bicarakan? Sepertinya kau
sama sekali tidak memikirkan perkataanku baik-baik... dengarkan baik-baik,
kalau Aku berhasil membuat kelas terburuk di dunia ini menjadi kelas terbaik di
dunia, maka Aku akan menjadi terkenal dan juga mendapatkan banyak uang dari
berbagai sumber... para orang tua murid akan memohon padaku untuk menyekolahkan
anak mereka di sekolahku dan memberiku banyak uang untuk itu... Aku bahkan sudah
bisa mencium bau uang dari sini.... hahahahahaha!”
“Jadi itu tujuanmu yang sebenarnya...”
Tanpa menunggu si Nenek Tua menyelesaikan tawanya, Ren
sudah meninggalkan ruang kepala sekolah. Dia benar-benar tidak ingin lagi masuk
ke dalam ruangan itu. Apa yang dia dapatkan saat ini hanyalah pengalaman
berbicara dengan seorang koruptor yang sangat mata duitan. Bahkan pejabat saja
tidak seserakah dia.
Sebelumnya | ToC | Selanjutnya