Melindungi Tuan Putri bersama Orang-orang Aneh di Kelas yang Aneh dari Serangan Yakuza - Bab 9

Pelajaran dari seekor Gorila adalah bencana yang tidak bisa dihidari.


Semua siswa yang berada di dalam kelas telah merasa kegerahan karena keberadaan guru berbadan besar dan memiliki banyak bulu di depan mereka. Apakah tidak ada seseorang yang bisa memanggil penjinak binatang?

“Baiklah, Aku tahu kalau Aku memang sedikit kejam pada kalian, tapi Aku harap kalian bisa memakluminya, karena Aku adalah guru kalian.”

Pak Gorila mengatakan itu dengan kedua tangan di depan dadanya. Dia tampak sangat mengerikan dengan posenya tersebut

‘Kau bukan hanya sedikit kejam, tapi sangat kejam...’

Itulah isi pikiran Ren dan juga teman sekelasnya yang lain saat mendengar perkataan guru yang mirip gorila tersebut.

“Kita akan memulai kelas kita dengan membahas tugas yang kuberikan pada kalian kemarin, kuharap kalian tidak melupakannya!”

“““TUNGGU DULU‼!””””

Saat Pak Maman mengatakan itu, semua murid kelas F dengan kompak berteriak padanya. Mereka tampaknya ingin memprotes ucapannya tadi.

“Ada apa dengan kalian? Apakah kalian ingin ke toilet?”

“Tentu saja tidak, dasar Gorila bodoh!”

“SIAPA YANG KAU PANGGIL GORILA BODOH!”

Sebetulnya saat itu juga Pak Maman ingin sekali melemparkan meja guru ke arah Ren yang tadi mengatainya sebagai Gorila bodoh, tapi akan sangat disayangkan jika meja tersebut hancur hanya karena ucapan bodoh seorang Iblis, dia memutuskan untuk melepaskannya kali ini. Dia masih mempunyai banyak kesempatan di masa depan.

“Lalu kalau kalian tidak ingin ke kamar mandi, lalu kenapa kalian menghentikanku yang ingin memberikan pelajaran?!”

“Itu karena kami tidak memiliki tugas apapun darimu!”

“Itu benar! Kau sama sekali tidak memberi kami tugas kemarin!”

“JANGAN BERBOHONG‼”

Pak Maman membentak Soni dan Bran yang ingin membantu Ren untuk melancarkan protes. Dia sangat membenci jika ada murid yang berbohong padanya, apalagi jika murid itu berasal dari kelas F, kelas yang paling dia benci di sekolah ini.

“Aku ingat dengan sangat jelas, jika Aku telah memberikan tugas yang sangat mengerikan dan sangat banyak pada kalian semua kemarin, jadi jangan coba-coba berbohong padaku!”

Pak Maman sangat ingat kejadian itu seperti baru kemarin dan kenyataan itu memang baru terjadi kemarin. Dia ingat mereka telah membuat kesalahan yang tidak termaafkan padanya, lalu dirinya memberikan tugas yang sangat berat dan menakutkan sebagai hukumannya.

“Mereka sama sekali tidak berbohong, Pak Maman... Bapak memang tidak pernah memberikan tugas apapun pada kami kemarin!”

“Kenapa sekarang kau ikut-ikutan seperti mereka, Grace?... Aku sungguh kecewa padamu!”

Kali ini Grace yang menjadi sasaran kemarahan Pak Maman. Padahal yang dikatakan oleh Grace memang benar apa adanya, Pak Maman memang tidak memberikan tugas apapun pada mereka kemarin.

“Hei, Gorila jelek! Kenapa kau sangat keras kepala!? Sudah jelas jika kami memang tidak mendapatkan tugas apapun darimu kemarin, tapi mengapa kau justru mengatakan kalau kau telah memberikan tugas yang sangat mengerikan pada kami? Memangnya kau mempunyai bukti kalau kau memang memberikan tugas tersebut pada kami!?”

“Tentu saja Aku punya!”

Meskipun dia merasa sangat kesal, karena si Iblis itu terus saja memanggilnya Gorila, tapi dia menahan dirinya untuk memarahinya dan melanjutkan topik utama mereka.

“Lalu dimana buktinya? Kalau hanya ucapanmu saja itu tidak bisa disebut sebagai bukti!”

“Apa yang sedang kau bicarakan... tentu saja diriku adalah buktinya.... Aku adalah guru dan guru selalu benar, jadi apa yang kukatakan adalah kebenarannya... dengan kata lain apa yang kukatakan dan kuingat bisa menjadi bukti!”

“Sebetulnya apa yang sedang kau ocehkan!? Aku sama sekali tidak bisa menebak apa yang sedang otak gorilamu pikirkan!”

“Bisakah kau tidak menyamakan diriku dengan gorila... Aku bukanlah gorila, tapi gurumu!”

Ren bahkan merasa kalau guru di depannya lebih buruk dari gorila. Mungkin dia adalah spesies binatang baru yang berevolusi dari gorila.

“Aku bahkan tidak ingin seekor gorila menjadi guruku...”

Untung saja Ren mengatakan itu dengan suara yang pelan dan tidak dapat terdengar oleh seekor gorila yang sedang berdiri di depan kelas. Kalau sampai gorila itu mendengar apa yang dikatakan oleh Ren, pasti Ren saat ini telah menjadi santapan sang gorila yang kelaparan.

Pak Maman melihat ke sekeliling kelas, setelah memastikan kalau tidak ada lagi muridnya yang akan melakukan protes lagi, dia kembali mengeluarkan suaranya.

“Kita kembali ke inti permasalahannya... Aku tahu kalau kalian adalah anak-anak nakal yang membutuhkan perhartian khusus, makanya kalian berada di kelas ini dengan para guru istimewa yang mengajari kalian!”

‘Kenapa kau tidak langsung jujur saja dan mengatakan kalau kami adalah siswa-siswa aneh yang harus dijauhkan dari siswa biasa, supaya siswa biasa tidak akan tertular sifat aneh kami.’

Begitulah isi pikiran para siswa yang merasa sangat tersinggung dengan ucapan sang Gorila yang juga menjadi guru mereka itu.

“Tapi ingatlah baik-baik, kalau itu semua bukanlah alasan untuk berbohong ataupun tidak mengerjakan tugas.... kalian seharusnya tetap bersikap seperti murid pada umumnya dan membuktikan kalau diri kalian lebih baik dari pada mereka!”

“Kalau kami bersikap seperti mereka, bagaimana kami bisa menjadi lebih baik dari mereka.... jika kau ingin bisa melampaui mereka, kau harus bisa bersikap berbeda dengan mereka!”

Pak Gorila terdiam. Apa yang dikatakan Ren tadi memang benar, dia mengakui hal tersebut, tapi sebagai seorang guru, dia tidak boleh kalah berdebat dari muridnya. Dia harus membuat semua muridnya mengaku kalah darinya dan menuruti semua ucapannya. Itu adalah tugas seorang guru. (Bukankah itu seharusnya adalah sikap seorang tiran?).

“Tutup mulutmu saat gurumu sedang berbicara! Murid yang baik akan selalu mendengarkan apa yang gurunya katakan!”

“Kami semua mendengarkanmu, dasar Gorila egois!”

“SIAPA YANG KAU PANGGIL GORILA, IBLIS SIALAN!”

“LALU SIAPA YANG KAU PANGGIL IBLIS SIALAN, GORILA JELEK!”

Mereka berdua saling melotot satu sama lain. Sepertinya kesabaran mereka berdua telah habis. Mereka saat ini benar-benar terlihat sangat marah dan bisa saling melahap satu sama lain kapan saja.

“Sudahlah, Iblis, Pak Gorila! Kalian tidak perlu bertengkar!”

Alian yang sebetulnya ingin mendamaikan mereka berdua justru terkena tatapan mereka yang sangat menakutkan. Sepertinya dia telah membuat keputusan yang salah. Alian kemudian meringsut ke bangkunya, karena tak kuat menahan tatapan membunuh mereka.

“Baik, baik... kalian boleh melanjutkan pertengkaran kalian...”

Setelah Alian mengatakan itu, Ren dan Pak Maman kembali saling melotot satu sama lain. Aura menakutkan juga keluar dari tubuh mereka berdua. Semua orang yang melihat mereka mulai bergidik ketakutan, kecuali satu orang, yaitu Putri. Dia saat ini tengah menikmati pertunjukan di depan matanya. Tidak setiap hari kau bisa melihat iblis dan gorila saling melotot satu sama lain, jadi kau tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan bagus seperti ini. Untung saja Ren dan Pak Maman tidak mengetahui isi pikiran Putri, kalau mereka sampai mengetahui hal itu, maka sudah dipastikan kalau kelas ini akan langsung berubah menjadi medan pertempuran.

“Hei, Gorila Jelek... jika kemarin kau memang benar-benar memberikan tugas pada kami, maka seharusnya kau ingat tugas apa yang kau berikan!... jadi apakah kau ingat tugas apa yang kau berikan pada kami kemarin?!”

“Namaku bukan Gorila Jelek, tapi Maman Pribumi, ingat itu baik-baik!”

Tidak ada gunanya mengingat nama seekor gorila, jadi Ren langsung melupakan nama yang tadi disebutkan oleh Pak Maman.

“Lupakan saja namamu yang tidak penting itu.... kau lebih baik mengatakan tugas macam apa yang kau berikan pada kami kemarin!”

“KAU MENGATAKAN KALAU NAMA GURUMU SENDIRI TIDAK PENTING‼.... baiklah jika kau memaksa, tapi jika kau ketakutan saat mendengar tugas macam apa yang kuberikan pada kalian kemarin, jangan salahkan Aku!.... jadi bersiaplah!”

“Kau selalu saja memberikan tugas yang mengerikan pada kami.... jadi untuk apa sekarang kami takut!”

Ini sangat membuang-bunga waktu. Ren ingin menyelesaikan ini semua cepat mungkin dan memberitahu si gorila itu kalau dirinya telah salah. Ren akan benar-benar menertawakan si gorila saat dirinya ketahuan telah membuat kesalahan dan Ren juga akan terus mempermalukannya seumur hidupnya. Meskipun Ren tidak tahu jangka waktu hidup seekor gorila, tapi dirinya pasti akan sangat menikmati sisa-sisa hidup si gorila itu.

“Kenapa kau menyeringai seperti itu, Iblis... kalau kau memang ingin segera kembali ke alammu, maka katakan saja padaku dan Aku akan dengan senang hati mengantarkanmu ke sana!”

“Maaf, ya... tapi Aku tidak tahu apa yang kau maksud dengan alamku... tidakkah seharusnya kau yang kembali ke habitatmu berasal.... di pegunungan para gorila!”

Amarah Pak Maman sudah tidak bisa dibendung lagi. Ketika dia berhasil membuat Iblis itu mengaku kalah, maka dia akan benar-benar mengirimkannya ke alamnya berasal.

“Kalau kau memang ingin kembali ke alammu, maka majulah!”

“Kau pikir Aku takut denganmu! Aku akan buktikan kalau Aku lebih hebat dari dirimu!”

“Kalau memang begitu, maka majulah!”

Setelah mengatakan itu, Pak Maman berlari ke arah Ren berada dengan tinju yang siap dia hantamkan pada wajah Ren. Sedangkan Ren, dia hanya berdiri di tempatnya dengan mulut yang menampilkan sebuah seringai yang sangat menakutkan, bahkan lebih menakutkan lagi, karena seringai itu terlihat seperti sedang menyimpan sesuatu yang sangat mengerikan.

Saat Pak Maman berada tepat satu meter di depan Ren, Ren segera mengeluarkan sesuatu yang tersembunyi di balik kantong belakangnya. Dia menempatkan benda tersebut tepat di depan mata Pak Maman hingga membuat pria yang mirip gorila itu bisa melihat benda tersebut dengan sangat jelas.

Pak Maman langsung merasa lemas dan ingin muntah saat dirinya menatap benda yang berada di tangan Ren yang ternyata adalah sebuah foto. Gambar pada foto itu sungguh menjijikan hingga membuat sel-sel di tubuh Pak Maman seakan hancur berkeping-keping saat matanya mengangkap gambar yang berada di foto itu. Mungkin kekuatan foto itu sama kuatnya dengan bom atom yang telah menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki.

Ren langsung menunjukan senyum kemenangan saat dirinya melihat Pak Maman jatuh berlutut di hadapannya. Dengan foto ini tidak ada yang bisa mengalahkannya lagi. Ren akan menguasai seluruh dunia dengan menggunakan foto di tangannya.

“Hei, Ren... memangnya foto apa itu? Kenapa foto itu bisa mengalahkan Pak Gorila dengan begitu mudahnya?”

“Oh, foto ini! Foto ini adalah senjata rahasiaku yang kusimpan untuk keadaan darurat seperti ini..... ini adalah foto si Nenek Tua yang sedang berpose menjijikan dengan pakaian renangnya... dengan foto ini, Aku pasti bisa menguasai seluruh sekolah ini, tidak, Aku akan mengusai seluruh dunia!.... hahahaahahahahahaha...”

Semua orang di ruang kelas F memandang Ren dengan tatapan sangat aneh. Mereka semua memikirkan hal yang sama saat menatap Ren.

“Hei, Ren... Aku bertanya-tanya, tapi kenapa kau bisa memiliki foto menjijikan seperti itu?... jangan-jangan kau...”

“Ja-jangan salah paham! A-aku hanya secara kebetulan memiliki foto ini... saat pertama kali Aku melihat foto ini, Aku juga merasa mual... bahkan Aku juga merasa kalau rohku bisa terbang ke langit ke tujuh saat diriku melihat foto ini!”

“Jangan bohong! Rohmu tidak mungkin terbang ke langitu ke tujuh, roh iblis seperti dirimu pasti akan jatuh ke neraka ketujuh!”

Urat nadi di kepala Ren membesar. Sepertinya malam ini dia akan mengorbankan darah seseorang untuk merendam amarahnya.

“Ren, kenapa kau menyeringai seperti itu.... Ren, sadarlah! Kau semakin terlihat seperti iblis yang sangat menyeramkan... tidak, kau bahkan lebih menyeramkan dari pada iblis yang sangat menyeramkan!”

Bran mulai ketakutan. Dia merasa kalau malam ini darahnya akan dikorbankan untuk merendam amarah seorang iblis yang sedang marah besar.

“Hei, Iblis! Aku tidak menyangka kalau kau menyimpan senjata yang sangat mengerikan seperti itu... kau memang tidak bisa diremehkan!”

Pak Maman kembali berdiri dengan kedua kakinya, setelah menahan dirinya untuk muntah darah. Andai saja dia tidak pernah melatih dirinya, dia pasti sudah melihat surga untuk para gorila saat ini. Tidak, apa yang dia pikirkan di saat seperti ini. Dia bukanlah gorila, jadi tidak mungkin dia melihat surga untuk para gorila.

“Ini adalah senjata rahasiaku, sekaligus yang terhebat... tidak akan ada manusia yang dapat mengalahkanku, bila Aku mempunyai foto ini... bahkan hari ini Aku bisa menakhlukan seekor gorila dengan begitu mudahnya!”

“Sebetulnya siapa yang kau maksud dengan gorila... tidak ada gorila di sekitar sini!”

“Kalau kau tidak percaya, maka kau bisa melihatnya sendiri di cermin... hei, Grace... bisakah kau meminjamkan cerminmu padaku?”

Grace langsung melemparkan cermin miliknya kepada Ren tanpa mengatakan satu patah katapun. Ren dengan mudah menangkap cermin itu dan memperlihatkan pantulan wajah Pak Maman pada pemiliknya.

Pak Maman melihat ke arah cermin yang ada di tangan Ren, lalu dirinya melihat wajah seekor gorila di cermin tersebut. Itu adalah gorila nyata yang sangat menakutkan, Pak Maman mengakui hal tersebut.

“Bagaimana mungkin ada seekor gorila di cermin sekecil itu!?”

““““ITU ADALAH WAJAHMU SENDIRI, DASAR GORILA TIDAK TAHU DIRI!””””

Ren dan kawan-kawan menghela nafas mereka. Dia tidak menyangka kalau Pak Gorila sama sekali tidak mengetahui wajahnya yang sebenarnya. Padahal wajahnya sudah sangat mirip gorila, tapi kenapa dia baru menyadari hal seperti itu sekarang?

“Uhuk... Aku hanya bercanda... wajah setampan itu tidak mungkin adalah wajah seekor gorila... kalian bereaksi terlalu berlebihan saat menanggapi candaanku!”

Semua murid di kelas F memandanganya dengan pandangan mual. Mereka tidak menyangka ada orang yang mengatakan wajah seperti gorila adalah wajah yang tampan. Mungkin hanya kaum gorila saja yang akan mengatakan sesuatu seperti itu.

“Jangan berbohong! Lalu kau juga sudah keluar topik pembicaraan! Bukankah seharusnya kau menunjukan bukti bahwa kau benar-benar memberikan tugas pada kami, lalu dimana bukti itu sekarang?!”

“Bisakah kau tenang sedikit... setelah melihat foto itu, entah mengapa kepalaku seakan bisa hancur kapan saja... jadi biarkanlah Aku menjernihkan sedikit kepalaku dari benda terkutuk itu!”

“Kurasa Aku mengerti maksudmu, jadi bagaimana kalau kita duduk saja dulu dan memenangkan pikiran kita masing-masing.?”

“Kurasa kau benar.... itu adalah ide terbaik yang pernah kudengar darimu!”

Setelah itu Pak Maman duduk di kursi guru di depan kelas, sedangkan Ren duduk dengan tenang di kursinya. Mereka berdua sangat tenang saat mereka duduk, begitu juga dengan siswa yang lain. Putri yang baru masuk ke dalam kelas ini kemarin merasa bingung. Kenapa tiba-tiba kelas yang biasanya selalu ramai menjadi kelas yang tenang seperti ini hanya dalam hitungan detik? Apakah ini berkat kekuatan Iblis Ren?

Setelah beberapa menit hening, Pak Maman dan Ren kembali berdiri, lalu diikuti oleh siswa yang lain. Sepertinya mereka ingin melanjutkan perkelahian mereka yang sempat tertunda tadi. (Karena mereka memang sekumpulan orang aneh, maka pemandangan seperti ini memang sudah wajar bagi mereka).

“Baiklah... kita lanjutkan yang tadi!”

“Tentu saja, tapi ngomong-ngomong... tadi kita sudah sampai mana?”

“Hmmm... dasar payah! Ingatanmu sangatlah payah!”

“Kalau kau merasa sangat hebat, lalu kenapa tidak kau tunjukan saja kehebatanmu itu!?”

“Baiklah, Aku berbeda denganmu, Aku memiliki ingatan seperti seekor gajah! Aku mengingat dengan jelas semua yang kita bicarakan sedari tadi!”

“Jadi kau adalah seekor gorila yang memiliki kekerabatan dengan gajah... Aku baru tahu hal itu!”

“APA YANG KAU BICARAKAN! TIDAK ADA GORILA YANG MEMILIKI KEKERABATAN DENGAN GAJAH!”

Ren menghela nafasnya. Kalau seperti ini terus, sepertinya pembicaraan mereka tidak akan mengalami kemajuan sedikitpun. Kenapa gorila di depannya selalu mudah marah dan tersinggung? Apakah dia tidak bisa menahan amarahnya sedikit saja? (Padahal dirinya sendiri juga mudah marah dan tersinggung, tapi dia malah mengatai orang lain. Kau harus lebih mencerminkan tindakanmu lagi!).

“Sudah lupakan saja itu... kita kembali ke topik utama... sebetulnya kenapa kau sangat marah pada kami? Kau sudah menuduh kami tidak mengerjakan tugas dan sekarang kau ingin membunuh kami semua... yang benar saja! Kau itu sebenarnya apa!? Seorang guru atau monster?!”

“Jadi kau ingat dengan apa yang sedang kita bicarakan... Aku akui jika tadi Aku sempat melupakan hal itu, tapi karena kau sudah mengatakan hal tersebut, maka itu bukan masalah lagi!”

‘Jadi kau benar-benar melupakannya! Lalu kenapa tadi kau malah meledekku!? Dasar Gorila Jelek tak tahu diri!’

Ren menahan dirinya untuk tidak mengeluarkan isi pikirannya, karena hal tersebut hanya akan membuat pembicaraan ini semakin lama. Dia ingin cepat-cepat menyelesaikan ini semua dan membuat si gorila sadar dengan apa yang telah dia perbuat pada semua murid kelas F dan meminta maaf pada mereka semua. Kalau bisa, dia ingin Gorila itu bersujud di hadapan mereka semua.

“Baiklah... Aku memang tidak mempunyai bukti apapun mengenai hal tersebut selain ingatanku, tapi seperti yang kukatakan tadi... Aku memiliki ingatan seperti seekor gajah, jadi Aku tidak mungkin salah mengingat!”

“Bukankah beberapa saat yang lalu kau melupakan apa yang kita bicarakan!”

“Yang lalu biarlah berlalu, sekarang kita hanya perlu membahas yang sekarang!”

“Lalu apa yang ingin kau bahas? Kau ingin membahas betapa mengerikannya diri atau betapa jeleknya wajahmu... atau kau ingin membicarakan tentang genmu yang sangat dekat dengan gorila!”

“Manusia memang memiliki kesamaan genetika dengan monyet dan kera, jadi wajar saja jika Aku memiliki kesamaan genetik dengan gorila!”

“Maaf, ya... Aku adalah manusia, tapi Aku tetap tidak ingin disamakan dengan monyet ataupun kera, meskipun kami memiliki kesamaan genetik!”

“Sudahlah kalian berdua... bukankah kalian seharusnya membahas masalah tugas, bukannya malah mempermasalahkan genetik kalian.... kalau kalian memang ingin mengetahui genetik macam apa yang ada di dalam tubuh kalian, kenapa kalian tidak pergi saja ke laboratorium untuk mengeceknya!?”

Grace benar-benar tak tahan dengan pertengakaran yang tiada habisnya dari Ren dan Pak Maman. Mereka terlalu mengganggu waktu pribadinya, padahal tadi dia sedang mengecat kuku tangannya, tapi karena mereka terlalu berisik, dia jadi melakukan kesalahan dan malah mengecat jarinya.

“Kau benar... kita harus mengakhiri pembicaraan yang tidak ada akhirnya ini!”

“Kurasa itu memang benar... kita harus mengakhirinya sekarang juga!”

“Benar sekali, lalu yang bisa mengakhiri pembicaraan ini adalah dengan memaksa kalian semua mengakui kesalahan kalian... Aku tidak akan mengampuni kalian sampai kalian mengakui semua perbuatan kalian yang berdosa... jadi bersiaplah kalian dan terimalah tinju mautku ini!”

“““APA KAU BENAR-BENAR SEORANG PENGAJAR, GORILA JELEK!”””

“SIAPA YANG KALIAN PANGGIL GORILA JELEK, DASAR KALIAN MANUSIA TIDAK BERGUNA!”

Ren sepertinya tidak memiliki pilihan lain, kalau ini semua terus seperti ini, maka nyawanya berserta teman sekelasnya yang lain bisa berada dalam bahaya. Meskipun ini benar-benar tak bermanfaat baginya di masa depan dan sangat menyusahkan dirinya, tapi sepertinya dia harus mengajak mereka semua dalam rencananya, jika dia ingin peluang keberhasilan rencananya meningkat.

“Dengar semuanya... ini adalah misi yang sangat sulit dan bisa membahayakan nyawa kita, jika kita gagal melaksanakannya.... tapi jika misi kita berhasil, maka nyawa kita untuk hari ini bisa dipastikan aman!”

Semua orang menganggukan kepalanya. Sepertinya semua orang di dalam kelas akan ikut dalam rencananya, termasuk juga dengan Putri yang sedari tadi hanya mengamati pertengkarannya dengan si gorila.

“Baiklah semuanya... dengan ini misi dimulai!”

“Tapi.... tunggu dulu, Ketua Iblis!”

“Sekarang apa lagi?”

“Memangnya misi macam apa yang akan kita lakukan?”

“Memangnya apa lagi yang kau pikir akan kita lakukan? Tentu saja kita akan melarikan diri!”

“““Heee?”””

“Baiklah.... operasi dimulai!”

OPERASI MELARIKAN DIRI DARI GORILA YANG MENGAMUK :

DIMULAI!

“Semuanya, buatlah kelompok dengan minimal tiga orang, lalu menjauhlah dari kelompok yang lain!”

“Tunggu dulu... bukankah kalian semua ingin melarikan diri, lalu kenapa kalian sekarang malah membentuk kelompok?”

Pak Maman menatap bingung pada para muridnya yang sedang mengikuti perintah Ren untuk membentuk kelompok. Pak Gorila bertanya-tanya tentang apa yang sedang Ren rencanakan. Meskipun Pak Maman tidak tahu apa yang ada di kepala Iblis itu, tapi dia tahu kalau Iblis itu pasti sedang memikirkan rencana yang sangat licik dan dapat membuatnya dalam masalah yang sangat menyusahkan, jadi dia harus berhati-hati.

“Bersiaplah semua anak buahku yang tidak berguna... kita akan mengalahkannya!”

“““Siap, Ketua Iblis Sialan!”””

“Tunggu dulu, jadi kalian sebetulnya ingin menyerangku atau ingin melarikan diri? Katakanlah dengan jelas!”

“Mana mungkin Aku memberitahukannya padamu, Gorila Jelek!”

“SIAPA YANG KAU PANGGIL GORILA JELEK!?”

Apa yang dikatakan Ren memang benar, mana mungkin mahluk tercela sepertinya akan membocorkan apa yang sedang dipikirkannya, bahkan para anak buahnya juga nampak sangat waspada saat mereka mendengarkan intruksi dari Ren. Sepertinya mereka takut dikhianati dan hanya dimanfaatkan oleh Ren.

“Baiklah, kalau begitu... sepertinya memang tidak ada cara lain selain menghancurkan kalian semua sebelum Iblis itu memulai rencananya!”

“Semuanya bersiaplah... kita akan menjalankan rencanaku!”

Pak Maman melompat ke arah Ren dengan tangan yang terkepal dengan sangat kuat. Dia benar-benar akan menghancurkan orang yang menjadi otak mereka, yaitu Ren. Tapi bukan Ren namanya kalau dirinya tidak menduga serangan tersebut. Dia telah menyiapkan sesuatu untuk menangkal serangan itu dan membuatnya kehilangan fokus darinya

Ren dengan cepat menarik kerah baju seseorang dan menempatkannya di depannya. Orang itu telah menjadi orang yang menggantikan Ren untuk dipukul oleh Pak Maman, tapi anehnya orang itu sama sekali tidak terlihat kesakitan, malah dia mengeluarkan senyuman yang sangat lebar di wajahnya saat dirinya menerima hantaman dari Pak Maman.

“Bagus, Masocist!... sekarang semuanya, cepat keluar dari ruang kelas!”

Semua orang langsung berlari keluar kelas selama Maso memegangi atau lebih tepatnya memeluk lengan Pak Maman dengan ‘mesra’. Mereka sepertinya sama sekali tidak peduli dengan keadaan Maso yang baru saja dihantam oleh tinju seekor gorila.

Meskipun mereka telah mengorbankan satu nyawa, tapi sayangnya Pak Maman sama sekali tidak bisa diremehkan. Dia masih bisa mengejar Ren dan kawan-kawan, meski lengannya masih dipeluk dengan ‘mesra’ oleh Maso.

“Kalian pikir, kalian bisa kabur dengan mudah! Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi!”

Dia benar-benar mengejar mereka semua dengan kecepatan yang luar biasa. Sepertinya Ren harus menggunakan rencana cadangannya.

“Hei, Gorila Jelek! Lihatlah di sana! Di sana ada si Nenek Tua yang sedang mengenakan baju bertulisan ‘Love Gorila!’... cepatlah bersembunyi, dia sepertinya ingin menangkapmu dan menjadikanmu hewan peliharaannya!”

Pak Maman tahu kalau Ren hanya menggertak. Dia tahu kalau Nenek Tua yang dimaksud oleh Ren pasti tidak ada di tempat yang ditunjuk olehnya, tapi tetap saja, kakinya tanpa bisa dikendalikan oleh otaknya langsung membawa dirinya bersembunyi. Sepertinya narulinya mengatakan kalau dirinya harus cepat-cepat sembunyi sebelum terlambat.

“Semuanya cepat berpencar bersama dengan kelompok kalian! Jangan sampai kalian ditangkap oleh si Gorila!”

“““Mengerti!”””

Mereka semua menuruti perintah Ren. Mereka langsung berpencar dengan kelompok mereka masing-masing agar si Gorila tidak bisa menangkap mereka semua. Kalau begini terus, nampaknya rencana Ren akan berhasil.

Tapi pemikiran itu hanya bertahan sebentar, karena Pak Gorila segera menyusul mereka semua, setelah dia memastikan kalau memang tidak ada si Nenek Tua itu di sekitar sini. Sepertinya Ren harus memikirkan rencana lain untuk melarikan diri darinya.

“Tunggu Iblis Sialan! Jangan kabur kauuuuu!!”

Ren melihat ke kiri dan kanannya. Di dalam kelompoknya ada Alian dan Bran. Ren merasa beruntung karena memiliki mereka berdua sebagai rekan satu timnya, kalau ada mereka berdua maka dia bisa melaksanakan rencana yang telah dia susun.

“Kalian berdua... dengarkanlah baik-baik perintahku!”

““Ya!””

“Salah satu dari kalian, tolong korbankan nyawa kalian dan hambat gorila yang sedang berlari di belakang kita!”

““Enak saja! Aku tidak mau!””

“Menyebalkan saja... baiklah kalau begitu, kalian berdua saja sekalian yang mengorbankan nyawa kalian dan hambat si gorila itu sampai Aku berhasil melarikan diri darinya!”

““Aku tetap tidak mau! Kenapa tidak kau saja yang mengorbankan nyawamu!””

Sepertinya keputusan Alian dan Bran untuk mengikuti iblis itu adalah keputusan yang salah. Seharusnya mereka tahu kalau iblis hanya bisa menyesatkan manusia. Lain kali mereka harus lebih berhati-hati dalam memilih rekan tim.

“Baiklah, kalau memang tidak ada yang mau mengorbankan nyawa, maka kurasa kita bisa mencoba cara itu... kalian berdua cobalah berlari lebih cepat dan mendekat padaku, Aku tidak ingin gorila itu sampai mendengar rencanaku!”

Setelah mendengar perintah Ren, Alian dan Bran berlari lebih cepat dan mulai merapatkan diri mereka dengan Ren. Setelah merasa mereka berdua sudah cukup dekat dengannya, Ren mengatakan rencanannya dan langsung menerima anggukan setuju dari mereka berdua.

“Kalau kau memang memiliki rencana seperti itu, kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi?!”

“Ini memang cukup beresiko, tapi ini masih jauh lebih baik dari pada mengorbankan nyawaku untuk keselamatanmu!”

Ren mengeluarkan seringainya saat dirinya mendengar balasan dari mereka berdua. Kalau mereka sudah setuju, maka tidak ada gunanya untuk ragu-ragu lagi, dia akan menggunakan rencana berbahayanya untuk lolos dari kejaran si Gorila.

“Baiklah, kalian berdua... berlarilah sekuat tenaga kalian menuju ke tempat itu!”

Setelah Ren memerintahkan hal tersebut, Alian dan Bran langsung menambah kecepatan lari mereka ke arah gedung utama sekolah. Mereka tidak terlihat akan berbelok sedikitpun, jadi sudah bisa dipastikan kalau mereka memang sedang menuju ke gedung sekolah.

Meskipun Pak Maman tidak tahu apa tujuan Ren dan yang lainnya, tapi dia tahu kalau dirinya harus menghentikan mereka, sebelum mereka mencapai tujuan mereka. Dengan mempertaruhkan harga dirinya sebagai seorang guru, dia harus bisa menghentikan mereka.

Jadi selain ketiga murid di depannya, Pak Maman juga menambah kecepatan larinya. Mereka berempat saat ini seperti sedang bermain kejar-kejaran, hanya saja mereka berempat mempertaruhkan hal yang sangat berharga dalam permainan tersebut, yaitu harga diri dan nyawa mereka masing-masing.

“Ren, Alian, dan juga Bran... Aku tidak akan melepaskan kalian, meskipun kalian sudah meninggal dan sudah dikubur, Aku tetap akan menyusul kalian!”

“““BUKANKAH ITU ADALAH TINDAKAN YANG SANGAT MENGERIKAN DAN JUGA MENJIJIKAN‼!”””

Mereka tidak bisa membayangkan kalau mereka bertiga akan dikubur bersama dengan si Gorila. Mereka merasa jauh lebih baik diledakan sampai berkeping-keping dan tak bersisa sedikitpun, dari pada mereka harus terus bersama dengan Gorila itu saat mereka sudah meninggal nanti.

Saat sudah hampir mencapi gedung sekolah, Ren langsung mempercepat langkahnya, lalu saat sudah sampai dia langsung berdiri membelakangi gedung sekolah, kemudian dia membuat semacam pijakan untuk melompat dengan kedua tangannya.

Melihat Ren yang sudah berada di posisinya, Alian segera berlari ke arahnya, lalu melompat menggunakan pijakan yang dibuat oleh Ren. Alian kemudian dengan sigap menangkap bingkai jendela yang berada di lantai dua.

Setelah Alian, yang selanjutnya melompat adalah Bran. Dia melompat lalu memanjat tubuh Alian dan akhirnya naik ke lantai dua. Lalu Bran memegang tangan Alian agar dirinya tidak terjatuh saat Ren memanjat tubuhnya.

Sekarang adalah girilan Ren yang naik ke lantai dua, dengan kemampuan atletiknya, Ren dapat dengan mudah melompat untuk menjangkau kaki Alian, setelah dirinya menangkap kaki Alian, Ren langsung mendakinya. Saat sudah berada di lantai dua, Ren dan Bran dengan kompak menarik tubuh Alian agar dirinya bisa naik ke lantai dua.

“Meskipun itu adalah Pak Gorila, dia tidak mungkin bisa mendaki ke lantai dua dengan Maso yang masih berada di tangannya... kurasa untuk saat ini kita aman!”

“Kau benar... kurasa kita bisa beristirahat sekarang..... huft... huft.... Gorila itu benar-benar menyusahkan saja!”

“Sebetulnya Aku ingin meminum sesuatu saat ini, tapi sepertinya kita harus menunggu sampai situasi menjadi lebih aman.”

“Kalau kau memang sangat ingin meminum sesuatu, maka Aku bisa memberikanmu minuman berwarna merah dan juga sangat kental!”

“Ketua Iblis, cairan yang kau maksud itu pasti adalah darah, kan?”

“Tidak, bukan Aku yang mengatakan hal itu!”

“Bukan kau? Lalu siapa lagi yang akan mengatakan hal menakutkan seperti itu, selain dirimu?”

Saat itu juga mereka bertiga akhirnya menyadari kalau mereka tidak hanya bertiga di ruangan itu, mereka dengan perlahan menengok ke belakang punggung mereka dan melihat wajah seseorang yang sangat mereka kenali.

“““KENAPA BISA ADA NENEK SIHIR DI SINI‼?”””

“SIAPA YANG KALIAN PANGGIL NENEK SIHIR?!”

Di depan mereka adalah Bu Kartina, Nenek Sihir dari kelas F. Saat mereka melihat sosoknya, mereka bertiga memikirkan hal yang sama. Lolos dari kejaran Gorila, tapi masuk ke dalam perangkap Nenek Sihir. Apakah nasib sial akan selalu mengikuti mereka kemanapun mereka pergi? Atau mungkin ini salah seseorang di antara mereka yang memiliki kutukan kesialan pada dirinya.

“““Ini semua pasti adalah salahmu!”””

Mereka bertiga saling menunjuk dan menyalahkan satu sama lain. Mereka semua juga terlihat tidak ingin disalahkan. (Mereka selalu saja bisa kompak di saat menyalahkan orang lain).

“Ini semua pasti adalah kesalahanmu, Iblis! Kaulah yang selalu membawa kesialan bagi kita!”

“Kenapa kau menyalahkanku, bukankah ini kesalahan si Bocah Anjing... ini pasti adalah kesalahan bau badannya yang mengundang kesialan pada kita!”

“Kenapa kau malah menyalahkan bau badanku yang sangat wangi ini!?... kalau masalah kesialan, kurasa si Alien adalah yang paling sial.... dia selalu saja terkena sial hari ini, jadi Aku yakin kalau dialah yang membawa kesialan ke pihak kita!”

“BISAKAH KALIAN BERTIGA BERHENTI SALING MENYALAHKAN SATU SAMA LAIN DAN MENJELASKAN SEBETULNYA APA YANG SEDANG TERJADI!?”

Mereka bertiga berhenti bertengkar saat mendengar suara menggelegar dari Bu Kartina. Sepertinya mereka harus membereskan guru yang satu ini, sebelum mereka bisa melanjutkan pertengkaran mereka dengan tenang. (Kenapa kalian harus bertengkar? Kenapa kalian tidak berdamai saja?).

Tampaknya Alian dan Bran tidak memiliki rencana apapun untuk bisa membebaskan mereka dari masalah ini, jadi tampaknya Ren lagi yang harus membuat rencana untuk mengeluarkan mereka dari perangkap penyihir di depan mereka. Dengan otak Ren, tentu saja hal itu sangat mudah untuk dilakukan.

“Hei, lihat di sana... di sana ada artis korea yang sedang berjalan-jalan... sepertinya dia sedang mencari pasangan hidupnya di sekolah ini!”

“DIMANA!? DIMANA KAU MELIHATNYA?!”

“Sekarang Bocah Anjing, Alien... kita lari sebelum dia menangkap kita!”

Mereka sama sekali tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk melarikan diri, mereka dengan cepat berlari menuju pintu keluar. Sedangkan Bu Kartina yang akhirnya sadar kalau dirinya baru saja ditipu, hanya bisa melihat kepergian mereka dengan aura hitam yang keluar dari tubuhnya. Sepertinya yang akan terkena getah dari perbuatan Ren dan dua rekannya adalah siswa-siswi yang sedang berada di kelas itu. Mereka akan melewati sisa jam pelajaran dengan aura yang menakutkan dari Bu Kartina.

Kita kembali ke Ren dan kawan-kawan. Mereka saat ini sedang berlari di lorong sekolah dan tentu saja mereka juga melanjutkan kembali pertengkaran mereka yang sempat tertunda, karena ada seorang Nenek Sihir.

“Ketua Iblis, lain kali kau harus lebih berhati-hati dalam memilih kelas, hampir saja kita menjadi sasaran amukan Nenek Sihir itu!”

“Si Bocah Anjing itu benar, untung saja tadi dia bisa ditipu oleh tipuan murahanmu, kalau tidak, mungkin kita akan kehilangan kesucian kita di tangannya!”

“Jangan hanya menyalahkanku! Kalau tadi tidak ada diriku, kalian pasti akan mengalami mimpi terburuk yang pernah kalian alami sepanjang hidup kalian!”

Mereka sepertinya sudah tidak peduli lagi dengan keadaan di sekitar mereka. Mereka bahkan tidak memikirkan para siswa yang terganggu dengan suara berisik mereka, pada hal mereka semua sedang belajar dengan giat di dalam kelas. (Kalian harus mencontoh para murid ini, dan jangan sekalipun meniru kelakukan Ren dan kawan-kawannya).

“Tapi, Ketua Iblis... bagaimana jika kita bertemu dengan Pak Gorila? Dia pasti akan sangat marah pada kita saat kita bertemu lagi dengannya!”

“Kau benar... kita memerlukan rencana lainnya saat kita bertemu lagi dengannya! Apakah kau mempunyai ide yang bagus, Alien?”

“Bagaimana jika kita menggunakan pisang! Kurasa masih ada beberapa pisang yang tersisa di kantin!”

“Itu memang ide yang bagus, tapi kita harus keluar dari gedung ini dan menghadapi kemungkinan kalau kita akan bertemu dengan si gorila itu, jika kita pergi ke kantin!”

“Itu benar, kita bisa saja ditangkap olehnya dan ada kemungkinan kita juga akan langsung dihabisi di tempat dan saat itu juga!”

“Lalu apa yang harus kita lakukan? Apakah kau tidak memiliki tipuan murahan lainnya yang bisa kau gunakan untuk si gorila itu?”

“Aku memiliki beberapa tipu daya, tapi tipu daya itu sangatlah licik dan berbahaya untuk dipraktekan... apakah kalian masih tetap ingin mencobanya?”

““Tidak, terima kasih!””

Mereka berdua sudah tahu kalau mereka berdua bisa berada di situasi yang sangat berbahaya, jika mereka setuju untuk menggunakan tipu daya Ren. Mereka harus menghindari hal itu apapun yang terjadi.

“Lalu apa yang ingin kalian lakukan? Apa kalian ingin bersembunyi di suatu tempat?’

“Hmmm, tapi kalau kita bersembunyi, ada kemungkinan kalau kita akan ketahuan oleh si gorila... apakah kau mempunyai tempat bersembunyi yang bagus?”

“Kurasa kita hanya perlu bersembunyi di tempat yang tidak bisa dia masuki!”

“Tempat yang tidak bisa dia masuki? Apa mungkin itu lorong kecil? Dimensi kegelapan? Atau mungkin lubang hitam?”

“Entah kenapa Aku merasa kalau kau mulai terdengar seperti si Gadis Khayalan... apakah kau tidak bisa menyebutkan tempat yang lebih bagus lagi?”

“Tempat yang lebih bagus... bagaimana kalau pemandian campuran?!”

“Kau seharusnya tahu kalau tidak ada tempat semacam itu di sini!”

“Ketua Iblis, kau benar-benar banyak maunya... kalau kau memang mempunyai tempat yang bagus untuk bersembunyi, kanapa tidak kau tunjukan saja pada kami dimana tempat tersebut!”

“Seperti biasa, kalian benar-benar tidak bisa diandalkan!”

““Diamlah!””

Mereka bertiga terus mendiskusikan tentang tempat bersembunyi yang bagus sambil berlari. Mereka terlalu fokus dengan diskusi mereka hingga mereka tidak menyadari kalau di belakang mereka juga telah ikut berlari seekor gorila yang terlihat sangat marah dengan mata yang menyalah merah. (Untuk kejadian selanjutnya, kalian bisa membayangkannya sendiri).

STATUS OPERASI MELARIKAN DIRI DARI GORILA YANG MENGAMUK :

BERAKHIR DENGAN MENGENASKAN. -_-‘

Setelah Pak Maman menangkap tim Ren, dia terus berkeliling sekolah untuk menemukan setiap siswa kelas F yang melarikan diri. Dengan kemampuannya sebagai guru super, Pak Maman berhasil menangkap mereka semua dan memberikan hukuman yang setimpal atas perbuatan mereka. Ini sungguh akhir yang tragis bagi setiap murid kelas F.

Semua siswa kelas F merasa tubuh mereka bisa hancur kapan saja. Mereka telah berlari dan bersembunyi di berbagai tempat di sekolah untuk menghindari akhir terburuk, tapi pada akhirnya mereka tetap berakhir mengenaskan. Mereka harus lebih berhati-hati di masa depan, mereka tidak boleh sampai membuat Pak Maman marah besar pada mereka seperti hari ini.

Para gadis mungkin masih bernasib lebih baik, karena Pak Maman hanya menyuruh mereka membersihkan lapangan sekolahan dan juga ruang kelas mereka, tapi untuk para lelaki, mereka bahkan hampir saja menyebrang ke dunia lain karena dipukuli habis-habisan oleh si gorila. Mereka telah bersumpah dalam hati mereka bahwa mereka akan membalas perlakuan si gorila itu saat mereka telah menjadi orang hebat. Gorila itu pasti akan menyesal dengan perbuatan yang telah dia lakukan pada mereka hari ini.

Ren memijat bahunya yang terasa sangat sakit. Dia merasa tubuhnya akan hancur hanya dengan satu pukulan lagi. Di antara semua siswa di kelas F, Ren adalah orang yang paling banyak terkena pukulan si gorila, jadi wajar saja jika dia merasa begitu.

Dia juga merasa iri dengan Soni yang hanya terkena beberapa pukulan, karena Pak Maman kasihan dengan dirinya yang terlihat seperti seorang gadis, atau mungkin karena Pak Maman telah terkena pesona jebakannya. Ren kurang yakin mana yang menjadi alasan sebenarnya.

Ren kemudian melihat Pak Gorila yang sangat dibencinya datang kembali ke kelasnya. Sebetulnya ada keperluan apa lagi si gorila itu di kelasnya? Apakah dia masih belum puas menghajarnya dan teman sekelasnya yang lain?

“Uhmmm.... bagaimana Aku mengatakannya, ya?.... hmmm, sebenarnya... hmm...”

“Jika kau memang ingin mengatakan sesuatu, cepat katakan saja!”

Ren benar-benar sudah muak melihat sosok jeleknya, jadi dia lebih suka si gorila itu mengatakan apa yang ada di pikirannya saat ini dan pergi jauh-jauh dari hadapannya. Gorila itu saat ini sudah menjadi top rangking dalam mahluk yang paling dia benci.

“Baiklah... Aku minta maaf!”

Pak Maman mengatakan itu sambil menundukan kepalanya. Dia terlihat benar-benar ingin meminta maaf pada mereka, dia sama sekali tidak terlihat seperti dirinya yang biasanya. Ada apa ini sebenarnya!?

“Sebetulnya ada apa, Pak Gorila? Kalau kau minta maaf karena telah memukuli kami, maka kami tidak akan pernah memaafkanmu!”

“Benar sekali! Setelah apa yang kau lakukan pada kami, kau telah menjadi mahluk yang paling kami benci di dunia ini, Pak Gorila!”

“Tapi kalau kau memang benar-benar ingin kami maafkan, kami bisa saja memaafkanmu... asalkan kau mau menuruti semua permintaan kami... apakah kau masih mau maaf dari kami, Pak Gorila?”

“BISAKAH KALIAN BERHENTI MEMANGGILKU PAK GORILA‼!”

Pak Maman mulai menyesali keputusannya untuk meminta maaf pada mereka. Mereka semua adalah mahluk yang tidak pantas untuk dimintai maaf. Sedikit saja kau lunak pada mereka, mereka akan langsung memanfaatkanmu. Pak Maman memang tidak boleh bersikap lembut pada mereka.

“Ini tentang tugas yang kuberikan pada kalian... maaf, sepertinya Aku salah kelas... sebetulnya tugas itu memang tidak pernah kuberikan pada kalian, tapi pada kelas E.... waktu itu mereka membuat kesalahan yang tidak bisa dimaafkan, jadi Aku memberikan tugas itu sebagai hukuman... apakah kalian bisa membayangkan apa yang mereka telah lakukan, mereka semua terkejut saat melihatku yang pertama kali masuk ke kelas mereka untuk menggantikan guru yang absen, lalu mereka mengatai diriku mirip dengan gorila... itu sungguh tindakan yang tidak bisa dimaafkan!”

Hening beberapa saat. Pak Maman benar-benar merasa tidak enak di dalam keheningan ini. Sepertinya mereka memang sangat marah padanya, karena telah menuduh mereka tidak mengerjakan tugas darinya. Memang benar kalau mereka adalah murid terburuk yang pernah ada, tapi mereka selalu bisa mengerjakan setiap tugas yang diberikan pada mereka, meskipun sebagian besar dari mereka mengerjakannya dengan kecurangan.

“““KAU BENAR-BENAR GURU TERBURUK YANG PERNAH ADA!”””

Setelah hening beberapa saat, akhirnya semua murid kelas F berteriak dengan sangat kompak. Suara mereka begitu keras sampai mengejutkan Pak Maman. Dia tidak menyangka kalau mereka semua akan berteriak, setelah keheningan tersebut.

“Kau benar-benar guru yang buruk!”

“Benar sekali, kau sampai melakukan hal tercela seperti itu!”

“Aku mungkin tak pantas mengatakan ini, tapi kau itu terlalu kejam!”

“““Kau memang orang yang tidak pantas mengatakan itu!”””

“Berisik!”

Ren memalingkan wajahnya. Dia merasa kesal dengan teman sekelasnya. Bukankah mereka saat ini seharusnya sedang menjelekan si gorila, tapi kenapa tiba-tiba dia yang dijelekan oleh para teman sekelasnya.

Sedangkan Pak Maman benar-benar merasa malu. Dia merasa malu karena menuduh yang tidak-tidak pada para muridnya sendiri. Jadi dia merasa kalau dirinya memang pantas dikatai oleh para muridnya sebagai guru terburuk, karena dia sendiri merasa kalau dirinya memang adalah guru terburuk yang pernah ada. Meskipun itu tidak merubah fakta, kalau mereka adalah murid terburuk yang pernah ada.

“Kau tahu, Pak Gorila... kau menghukum mereka karena hal itu... kau sungguh keterlaluan!”

“Benar itu... kau seharusnya tidak perlu menghukum mereka!”

“Kau sangat tidak bermoral, karena melakukan hal kejam seperti itu pada mereka!”

Entah mengapa Pak Maman mulai merasa kalau mereka sedang membicarakan hal yang berbeda dengan yang ada di pikirannya saat ini. Sebetulnya apa maksud dari perkataan mereka? Apakah mereka sedang meledeknya?

“Orang yang menganggapmu sebagai gorila...”

“..... saat pertama kali melihatmu....”

“.... adalah hal yang wajar!”

“Kau menghukum orang yang melakukan sesuatu yang wajar, kau sungguh guru yang sangat kejam dan keterlaluan!”

Setelah The Sisters dan Ren mengatakan itu, Pak Maman akhirnya mengerti apa yang mereka bicarakan. Jadi itu yang sedang mereka bicarakan. Pak Maman tidak bisa lagi menutupi kemarahan di dalam dirinya.

“APAKAH KALIAN TIDAK BISA MEMIKIRKAN SESUATU YANG LEBIH BAIK DARI MENGHINAKU TERUS-MENERUS!”

Kenapa semua murid di kelas F sangat suka menghinanya? Apakah dia pernah berbuat sesuatu yang sangat buruk pada mereka? (Sepertinya Pak Maman sama sekali tidak sadar dengan kelakuannya yang sangat kejam pada mereka selama ini).

“Aku mulai merasa menyesal karena telah meminta maaf pada kalian semua....”

Sebetulnya Pak Maman bukan mulai menyesal, tapi benar-benar menyesali keputusannya. Dia seharusnya tidak pernah merendahkan dirinya dan meminta maaf pada mereka. Dia benar-benar meruntuki kebodohannya.

“Meskipun kau tidak meminta maaf sekalipun, kami tetap tidak akan pernah memaafkanmu... jadi permintaan maafmu memang percuma sedari awal!”

“Hei, bukankah kau seharusnya berkata.... ‘meskipun kau tidak meminta maaf, kami tetap akan memaafkanmu’.... bukankah seharusnya memang seperti itu!”

“Siapa juga yang mau memaafkan Gorila Jelek seperti dirimu!”

“SUDAH KUKATAKAN BERKALI-KALI, KALAU NAMAKU BUKAN GORILA JELEK, TAPI MAMAN PRIBUMI! BISAKAH KALIAN SEMUA MENGINGAT DAN MEMANGGIL NAMAKU DENGAN BENAR!?”

Meskipun Pak Maman telah berteriak sekencang itu, Ren hanya menutup telinganya. Dia masih tidak terlihat ingin mengingat nama guru itu. Sekali tidak ingin mengingatnya, maka selamanya juga tidak akan ingin mengingatnya. Itulah isi pikiran Ren saat ini.

“Meskipun kau tidak memberikan hukuman yang menakutkan pada mereka, kau tetap saja melakukan hal yang mengerikan pada kami... jadi kau tetap adalah guru terburuk yang pernah ada. Kau tidak bisa mengelak dari hal tersebut!”

“Itu juga adalah kesalahan kalian! Kalau kalian bicara lebih sopan lagi padaku, maka Aku tidak akan melakukan semua hal itu pada kalian!”

“Tidak ada orang yang akan berbicara dengan sopan pada seekor gorila!”

“Bisakah kau berhenti menyamakan diriku dengan gorila!?”

“Meskipun Aku mencobanya, tetap saja Aku akan memikirkan dirimu sebagai gorila... dan kurasa bukan hanya diriku saja yang berpikiran seperti itu!”

Semua murid kelas F menganggukan kepalanya saat Ren mengatakan itu. Mereka semua setuju kalau Pak Maman memang sangat mirip dengan seekor gorila. Baik suka ataupun tidak, itu memang adalah kenyataannya. Jadi sepertinya Pak Maman tidak punya pilihan selain menerima kenyataan yang sangat kejam baginya itu.

“Baiklah... Aku akui jika Aku memang mirip dengan gorila, tapi mau bagaimana lagi... Aku memang terlahir seperti ini!”

“““KAU SUDAH MIRIP GORILA SEJAK KAU BAYI!”””

“BISAKAH KALIAN TIDAK BERTERIAK SAAT MENGATAKAN HAL ITU!”

Meskipun memalukan, tapi itu memang kenyataannya. Dia bahkan mempunyai foto dirinya saat masih bayi dan dia benar-benar mirip dengan bayi gorila. Nasib kejam memang selalu menyertainya sejak dirinya lahir.

Ren menghela nafasnya. Dia sepertinya cukup mengerti dengan perasaan Pak Maman, karena dirinya juga mengalami hal yang hampir sama dengan dirinya. Dia telah terlahir dengan mata merah, jadi dirinya memang sudah dianggap mirip dengan Iblis sejak dirinya masih bayi. Sungguh nasib yang sangat ironis. Dia bisa memahami perasaan guru yang paling dia benci.

“Lalu kenapa kau tidak merubah wajahmu dengan melakukan operasi plastik? Atau apakah kau sudah mencobanya dan tidak membuahkan hasil apapun?!”

“Tentu saja tidak begitu... Aku tidak merubah wajahku, karena ini adalah wajah yang diwariskan dari kedua orang tuaku, jadi Aku tidak akan pernah mau merubahnya!”

“““KEDUA ORANG TUAMU JUGA MEMILIKI WAJAH YANG MIRIP DENGAN GORILA!!!”

“BISAKAH KALIAN BERHENTI BERTERIAK!?”

Ini memang sangat memalukan, tapi keluarganya memang dijuluki sebagai keluarga gorila oleh para tetangganya sendiri. Pak Maman sungguh ingin menghajar semua orang yang memberikan julukan tersebut pada keluarganya tercinta.

“Uhuk... po-pokoknya, kalian harus ingat untuk tidak menyinggung hal itu lagi... kuyakin kalian semua sudah tahu apa yang kumaksud, bukan?”

“Oh! Maksudmu kami tidak boleh menyebut-nyebut lagi masalah gorila... maaf, tapi meskipun kau memaksa kami, kami tetap tidak bisa melepaskan gambaranmu dari gorila!”

“Betul, saat Aku memikirkan gorila maka Aku akan memikirkan tentang dirimu, dan saat Aku memikirkan tentang dirimu, maka Aku akan langsung berpikir tentang gorila!”

“Kau dan gorila adalah dua hal yang tidak bisa dilepaskan!”

“Sangat mustahil membayangkan gorila tanpa membayangan sosokmu... kalau ada orang yang bisa melakukannya, maka dia akan menjadi orang terhebat di dunia ini!”

“BISAKAH KALIAN BERHENTI MENYAMAKAN DIRIKU DENGAN GORILA!?”

“““Mustahil!”””

Jawaban kompak dari mereka semua telah membuat Pak Maman sangat kesal. Kenapa mereka semua sangat kompak saat menjawab hal tersebut? Apakah tidak ada orang yang tidak menyamakan dirinya dengan gorila di dunia ini? Apakah istrinya nanti juga akan menganggap dirinya sebagai gorila? Atau dia akan menikah dengan gorila? Tunggu dulu! Ada apa dengan pemikiran terakhirnya!? Sangat tidak mungkin dirinya yang sangat tampan seperti ini akan menikah dengan seekor gorila betina. Itu sangat tidak mungkin!

“Sudah kita lupakan saja topik tentang gorila itu.... Ren, sepulang sekolah nanti kau harus pergi ke kantor kepala sekolah, sepertinya beliau ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu!”

“Untuk apa Nenek Tua itu memanggilku?! Aku tidak mau datang kalau kau tidak mengatakan alasan kenapa dia mau Aku ke ruangannya... kalau kau tidak tahu alasannya, kau harus menanyakannya saat ini juga atau Aku akan langsung pulang begitu bel berbunyi!”

Ren menyilangkan tangannya di depan dada, lalu memalingkan wajahnya. Dia sepertinya tidak mau datang ke tempat si Nenek Tua, atau mungkin dia hanya masih marah dengan kejadian yang menimpanya beberapa saat yang lalu.

“Kalau kau tidak datang ke ruangannya, beliau mengatakan kalau dirinya akan mengirimkan semua foto liburannya di pantai tahun lalu ke rumahmu... tentu saja dirinya hanya mengenakan pakaian renang di foto itu... tapi Aku yakin kalau kau tahu betapa menyeramkannya pemandangan tersebut!”

Tentu saja Ren mengetahui betapa menakutkannya benda tersebut, karena dia tadi sudah mencoba foto tersebut pada si gorila. Si gorila itu saja bisa sampai pingsan, karena melihat foro itu, apalagi Ren yang mentalnya lebih lemah dibandingkan dengannya. Sepertinya Ren tidak memiliki pilihan lain, selain menuruti permintaan si Nenek Tua dan datang ke ruangannya. Meskipun Ren yakin kalau dia hanya akan membicarakan hal tak berguna, tapi mendengarkan ocehan tak bergunanya akan jauh lebih baik dari pada memiliki satu kotak penuh berisi foto mengerikan yang bisa menjatuhkan seekor gorila dengan mudahnya.

“Baiklah, Aku mengerti.... Aku akan datang ke ruangannya setelah sekolah nanti!”

Setelah puas melihat Ren yang nampak menderita, Pak Maman segera meninggalkan ruang kelas F. Dia merasa sangat puas bisa melihat ekspresi penderitaan Ren untuk terakhir kalinya di hari ini. Dia sebetulnya ingin menambahkan penderitaan lainnya pada Ren, tapi sepertinya itu sudah cukup berat baginya, jadi Pak Maman memutuskan untuk menahan dirinya.


Contact Form

Name

Email *

Message *