Melindungi Tuan Putri bersama Orang-orang Aneh di Kelas yang Aneh dari Serangan Yakuza - Bab 5

Berduaan di rumah sambil membahas masa lalu adalah bencana yang menyedihkan.

 

“Hei!”

“Ya.”

“Apakah ini benar-benar rumahku?”

“Tidak, ini adalah rumah kita!”

“Begitukah, kalau begitu...”

“Tunggu dulu, mau kemana kau?”

“Tentu saja ke rumahku!”

“Rumahku? Bukankah kita sudah sampai di rumah kita?”

“Aku ingin pergi ke rumahku, bukan rumah kita!”

“Sekarang tidak akan ada kata ‘Aku’ atau ‘Kamu’ lagi, yang ada hanyalah ‘Kita’.... segala sesuatu milikmu akan menjadi milikku, dan segala sesuatu milikku akan tetap menjadi milikku!”

“Tunggu dulu! Bukankah tadi kau mengatakan kalau sekarang tidak akan ada kata ‘Aku’ atau ‘Kamu’ lagi?! Lalu apa maksud ucapanmu tadi?!”

Ren sudah sampai di rumahnya bersama dengan Putri.

Tapi...

Rumah Ren yang awalnya sangat berantakan, telah berubah menjadi sebuah rumah yang mungkin hanya bisa ditinggali oleh para bangsawan saja. Inilah yang membuat Ren ragu kalau ini benar-benar rumah tercintanya.

“Sebetulnya apa yang telah kau lakukan pada rumah tercintaku?”

Setelah Ren mulai menerima kenyataan, Ren langsung meminta penjelasan pada Putri. Dia bukanlah orang yang suka kebersihan dan juga kemewahan, jadi dia tidak akan senang meskipun rumahnya telah dibersihkan dan juga ditambahkan dengan banyak barang-barang mewah. Dia tidak akan senang, kecuali jika dia dapat memiliki semua barang-barang itu tanpa harus membaginya dengan orang lain. (Dasar Iblis, bukan hanya sangat kejam, tapi ternyata dia juga sangat serakah).

“Tentu saja Aku mendekor ulang rumahmu, rumahmu itu benar-benar tak layak huni... Aku heran kenapa ada orang yang mau tinggal di rumah seperti itu?”

“Kau tidak punya hak untuk menilai rumahku, karena kau hanya orang yang menumpang di sini!”

“Heh? Bukankah tadi sudah kukatakan kalau rumah ini telah menjadi rumah kita, setelah Aku mendekor ulang semuanya.... jadi Aku tidak lagi menumpang di rumahmu!”

“Sejak kapan rumahku menjadi rumahmu!”

“Sudah kukatakan kalau ini adalah rumah kita, bukan rumahmu atau rumahku!”

Ren benar-benar ingin memukul wajah Putri yang sedari tadi masih bisa tersenyum, tapi Ren merasakan kalau dia akan mengalami hal yang lebih mengerikan lagi jika dia melakukan hal itu, jadi Ren terpaksa menahan amarahnya.

“Hei, Ren.... Kau ingin makan apa malam ini, Aku akan memasakannya untukmu dengan penuh cinta?”

“Tidak! Aku tidak butuh makanan penuh cinta darimu!”

Ren kembali mengingat peristiwa pagi ini. Dia benar-benar tidak mungkin memakan masakan yang dibuat oleh Putri. Bukan karena rasanya tidak enak, tidak, rasanya memang tidak enak, bahkan sebelum dia memakannya dia sudah tahu hal itu, tapi bukan itu alasan utamanya tidak memakan masakan Putri. Ada alasan yang sangat sederhana kenapa Ren tidak dapat memakan masakan Putri.

“Ayolah... kau sudah tidak mau memakan sup linggis yang kumasak pagi ini, dan sekarang kau juga akan menolak kari uang logam yang akan kumasak nanti... kau seharusnya tahu kalau ada batas kekecewaan yang dapat hatiku terima.”

“Apa kau pikir Aku dapat memakan masakan seperti itu!?”

Itu karena masakan Putri terbuat dari bahan-bahan yang tak dapat dimakan.

“Aku tidak peduli jika hatimu penuh kekecewaan atau apapun, selama perutku baik-baik saja, Aku akan dengan senang hati menerima situasi itu!”

“Jadi itu artinya kau mau mengobati kekecewaan hatiku dengan menjadi budakku selama sehari penuh.”

“Aku tidak pernah mengatakan sesuatu seperti itu!”

Ren heran, kenapa Putri dapat mencapai kesimpulan seperti itu dari kalimatnya sebelumnya? Dia sama sekali tidak pernah bilang kalau dia mau menjadi budaknya atau hal semacamnya.

“Kau tadi mengatakan kalau selama perutmu baik-baik saja, kau akan senang hati menerima situasi itu... jadi itu berarti kau akan baik-baik saja menjadi budakku selama perutmu baik-baik saja!”

“Itu bukan maksudku saat Aku mengatakan kalau Aku akan dengan senang hati menerima situasi itu!”

Urat-urat di tubuh Ren serasa akan terputus saat ini juga. Dia tidak tahu harus sampai kapan dia akan menahan amarahnya seperti ini.

“Ren... apakah kau marah?”

“Kau seharusnya sudah tahu tanpa harus bertanya, bukan?”

“Begitukah.... kalau begitu Aku akan memasak sesuatu untukmu...”

“Tidak! Aku yang akan memasak!”

Ren terburu-buru menghentikan Putri yang sekarang sedang berjalan menuju dapur. Dia tidak ingin lagi melihat masakan yang sama seperti yang dia lihat tadi pagi.

Setelah Ren selesai meyakinkan Putri untuk membiarkannya memasak, Ren dengan malas menuju dapur dan dia melihat hal yang hanya dia pernah lihat di Televisi saja sebelum ini. Dapurnya penuh dengan peralatan masak yang sangat mewah. Apakah Putri membeli semua ini saat dia sedang pergi ke sekolah? Ren bertanya-tanya dalam hatinya.

Sebagian besar dari alat-alat itu tidak pernah Ren pakai sebelumnya, tapi Ren kurang lebih tahu bagaimana cara menggunakannya.

Ren sebetulnya ingin mencoba setiap alat baru tersebut, tapi dia tidak tahu apa yang harus dia masak dengan menggunakan alat itu. Kalau dia memasak makanan yang belum pernah dia buat sebelumnya, Ren tidak yakin kalau makanan itu akan enak hasilnya.

Ren juga memikirkan bagaimana reaksi Putri jika makanan yang dibuat Ren tidak enak hasilnya. Dia kemungkinan besar akan memaksa untuk memasak waktu berikutnya. Ini adalah hal yang harus Ren hindari sebisa mungkin.

‘Kurasa lebih baik Aku memeriksa bahannya terlebih dahulu, sebelum Aku menentukan masakan apa yang akan kubuat.’

Setelah menetapkan pikiran seperti itu, Ren berjalan menuju kulkasnya. Dia masih ingat kalau dia masih memiliki beberapa kaleng minuman, tapi dia tidak yakin bahan apa saja yang masih tersisa di kulkasnya.

Ren membuka pintu kulkas dan melihat bahan apa saja yang ada di dalam kulkas sambil memikirkan makanan apa yang akan dia buat.

-          Rantai sepanjang 1 meter.

-          Borgol dengan kuncinya.

-          Beberapa paku bekas.

-          Sekotak penuh paku payung.

-          Banyak sekali kaleng bekas.

-          Dan berbagai jenis benda lainnya yang terbuat dari logam.

Ren kembali menutup pintu kulkas, dia terdiam sejenak, lalu mengucek matanya dan kembali berpikir.

‘Apakah Aku baru saja melihat hal yang seharusnya tidak kulihat di dalam kulkas? Aku pasti terlalu kelelahan sehingga Aku berhalusinasi!’

Setelah meyakini dirinya sendiri kalau yang tadi dia lihat adalah halusinasi, Ren kembali membuka pintu kulkas dan memeriksa isinya.

-          Rantai sepanjang 1 meter.

-          Borgol dengan kuncinya.

-          Beberapa paku bekas.

-          Sekotak penuh paku payung.

-          Banyak sekali kaleng bekas.

-          Dan berbagai jenis benda lainnya yang terbuat dari logam.

“SUDAH KUDUGA KALAU INI BUKAN HALUSINASI!! SEBETULNYA APA YANG KAU PIKIRKAN PUTRIIII!!!”

Teriakan Ren membahana di dapur. Putri yang berada di ruang keluarga langsung berlari menghampiri Ren yang sedang meraung kesal.

“Ada apa Ren? Kenapa tiba-tiba kau berteriak seperti itu?”

“Siapa juga yang tidak akan berteriak jika melihat semua yang ada di dalam kulkas itu!?”

Ren membuka pintu kulkas dan memperlihatkan isinya pada Putri, tapi Putri justru hanya memiringkan kepalanya saat melihat isi kulkas itu.

“Memangnya ada apa? Bukankah itu bahan masakan yang wajar?”

“Bahan masakan yang wajar apanya!? Ini jelas-jelas adalah bahan-bahan yang terbuat dari besi, bahan yang tidak diciptakan untuk dimakan ataupun untuk dimasak!”

“Bukankah zat besi sangat bagus untuk tubuh, jadi bukankah semua bahan itu sangat menyehatkan?”

“Apanya yang menyehatkan!? Jelas-jelas itu semua adalah bahan-bahan yang bisa membuat perut orang yang memakannya menjadi sakit dan mungkin malah akan hancur!... dan juga, zat besi tidak berasal dari besi, tapi dari sayur-sayuran hijau, seperti bayam!”

Ren tidak mengerti dengan Putri, kenapa dia bisa menganggap semua yang ada di kulkasnya sebagai bahan yang dapat dimakan. Apakah dia sudah biasa memakan masakan yang terbuat dari semua hal itu.

“He he he he... Reaksimu benar-benar lucu, tenang saja... Aku hanya bercanda... kalau kau mencari bahan untuk masakan, itu berada di sini!”

Kemudian Putri mengeluarkan banyak kantong plastik yang berisi berbagai macam bahan makanan dari salah satu laci di dapur itu.

Ren merasa bersyukur karena Putri hanya bercanda. Dia kemudian mendekati Putri dan melihat isi kantong plastik yang dikeluarkan olehnya.

Semuanya berisi makanan kalengan...

“....”

Ren tidak memberikan respon apapun saat melihat itu, dia hanya mengambil beberapa makanan kaleng lalu memulai proses memasak tanpa mengeluarkan satu katapun. Setidaknya makanan kaleng jauh lebih baik dari pada hanya kalengnya. Jadi Ren tidak akan protes dan hanya akan memasak.

“Tunggu dulu, Ren! Kenapa kau tidak mengatakan apapun?... misalnya ‘Seorang gadis seharusnya tidak boleh memakan banyak makanan kaleng!’ atau mungkin ‘Kalau kau membeli banyak makanan kaleng, kau malah akan terlihat menyedihkan!’.... Ayolah, Ren katakan sesuatu!”

“Kurasa selama bisa dimakan, tidak masalah.”

Dia menjawab tanpa mengalihkan perhartiannya dari wajan, dia juga tak terlihat tertarik untuk mengomentari perkataan Putri.

Putri yang hanya menerima respon seperti itu mulai merasa bosan, jadi dia kembali ke ruang keluarga dan menonton kembali acara drama yang tadi dia tonton. Meskipun acara drama itu membosankan, tapi itu masih lebih baik dari pada hanya menonton Ren yang tidak melakukan apapun selain memasak.

Setelah 30 menit lebih di dapur, Ren akhirnya membawa masakannya ke ruang makan dan memanggil Putri.

Mereka berdua duduk di meja makan dan mulai memakan makan malam mereka masing-masing. Mereka sama sekali tidak mengatakan apapun, bahkan Putri hanya memakan makanan kaleng itu dengan tenang, tanpa mengomentari masakannya.

Putri harus akui kalau masakan itu memang enak, meskipun itu hanyalah makanan kaleng. Ren tampaknya ahli dalam mengolah makanan kaleng. Mungkin itu karena makanan kaleng adalah makanan yang praktis dan bisa dimasak oleh siapapun.

Setelah mereka selesai makan dan Ren membersihkan semua peralatan makan mereka. Putri akhirnya mengeluarkan satu komentarnya.

“Ren, kau telah tumbuh menjadi lelaki yang membosankan!”

“Kalau begitu, kenapa kau tidak pergi saja dari sini?”

“Sekarang kau sudah kembali lagi menjadi lelaki yang menarik!”

Ren merasa dia akan menyesali perkataannya tadi. Seharusnya dia tidak perlu menanggapi komentar Putri tadi.

“Sebetulnya kenapa kau membutuhkan perlindunganku? Kau bisa saja memanggil polisi atau semacamnya jika kau memang berada dalam bahaya... kalau kau hanya mengandalkan diriku, Aku mungkin tidak akan bisa melindungimu... kau seharusnya tahu, Aku hanya seorang pelajar SMA biasa!”

“Jangan merendah seperti itu, Aku yakin kau dapat mengalahkan satu pasukan tentara elit dengan hanya tangan kosong!”

“.....”

Melihat Ren tidak merespon candaannya sama sekali, Putri menyadari kalau Ren tidak ingin bercanda lagi.

Putri sebetulnya ingin menghindari untuk mengatakan hal yang sebenarnya, tapi sepertinya dia harus menceritakan yang sebenarnya terjadi pada dirinya kepada Ren agar lelaki itu mau melindungi dirinya.

“Apa kau tahu kalau Aku ini sangat cantik?”

“Hah!? Apa yang kau katakan tiba-tiba?”

Ren harus akui kalau dia memang cantik, tapi Ren tetap saja tidak suka jika orangnya sendiri yang mengatakan hal itu. Dia terdengar seperti orang sombong yang terlalu melebih-lebihkan kecantikannya.

“Aku tahu bagaimana cantiknya diriku dan begitu juga dengan orang-orang yang kita temui waktu itu!”

“Maksudmu orang-orang itu.... saat kita pertama kali bertemu!”

Putri tidak segera mengangguk. Sedangkan Ren tidak mengerti arah pembicaraan mereka. Dia merasa kalau hal ini tidak ada hubungannya dengan pertanyaan awalnya, atau mungkin itu hanya karena dirinya yang kurang peka saja.

“Aku ini sangat cantik, jadi ada banyak orang yang tertarik padaku... dan apa munurutmu yang akan terjadi saat seorang gadis cantik bersama dengan banyak pria di dalam sebuah kamar?”

“Entahlah, memangnya apa yang terjadi?”

“Entah kenapa Aku tiba-tiba merasa ingin membunuh seseorang!”

“Tunggu dulu... apa yang tiba-tiba kau katakan!? Di sini hanya ada Aku, kalau kau ingin membunuh seseorang, carilah orang lain!”

Ren tiba-tiba merasa ketakutan yang luar biasa di dalam tubuhnya. Saat orang mengatakan kalau dia ingin membunuh seseorang, biasanya itu hanyalah candaan belaka, tapi Ren merasa kalau Putri tidaklah bercanda dan dia juga merasa kalau target pembunuhan Putri adalah dirinya.

“Kau sedari tadi hanya mengatakan kalau dirimu cantik dan tiba-tiba kau mengatakan kalau kau merasa ingin membunuh seseorang... kedua hal itu tidaklah berhubungan sama sekali!”

“Ini semua adalah kesalahan dirimu! Aku tidak menyangka ada lelaki yang masih saja tidak mengerti dengan apa yang sedang kubicarakan!”

“Apa maksudmu lelaki biasanya akan langsung paham dengan apa yang kau katakan?”

“Tentu saja!”

Ren merasa kalau Putri sedang mengatakan dirinya adalah orang aneh, tapi Ren juga menyadari kalau dia protes tentang hal itu, Putri pasti akan langsung membunuhnya. Ini adalah saat-saat berbahaya dimana dia tidak boleh sampai salah bicara.

“Aku akan bertanya padamu... apa yang akan kau lakukan jika ada seorang gadis cantik lemah lembut di dekatmu dan kalian hanya berduaan saja di dalam sebuah ruangan?”

“Aku akan bersemangat!”

“Jawabanmu itu benar-benar membuatku ingin membunuhmu saat ini juga!”

“Tunggu dulu! Kau yang bertanya duluan dan Aku hanya menjawabnya dengan jujur! Jadi kenapa kau harus membunuhku!?”

Wanita ini benar-benar berbahaya. Tidak ada sedikitpun nada bercanda dalam nada suaranya saat ini, yang ada saat ini hanya aura membunuh yang semakin membesar yang keluar dari tubuhnya.

“Satu pertanyaan lagi... apa yang kau pikir yang akan mereka lakukan padaku kalau kau tidak muncul saat itu!”

“Maksudmu orang-orang aneh itu? Ummm.... menangkapmu!”

“....!”

“Tunggu! Tunggu! Kenapa tiba-tiba kau mengambil pisau dan mengarahkannya padaku!? Apakah yang Aku katakan tadi salah!?”

Putri menaruh kembali pisau di tangannya dan kembali menghadap ke arah Ren dengan wajah sangat serius. Sedangkan Ren langsung menghembuskan nafas lega saat dirinya melihat Putri menurunkan kembali pisau dia tadi dia genggam. Sepertinya Putri telah mengurungkan niatnya untuk membunuh Ren. Kelihatannya nyawa Ren masih diampuni oleh Putri untuk kali ini.

“Jawabanmu memang tak salah, tapi bukan itu jawaban yang benar!”

Karena Putri terlihat sangat marah, Ren tidak memiliki apapun untuk dikatakan. Kalau dia mengatakan sesuatu yang salah lagi, Putri pasti akan benar-benar membunuhnya. Dalam artian yang sebenarnya.

“Aku akan membuatnya menjadi lebih mudah untukmu.... mereka memcoba untuk memperkosaku!”

“Hah!? Kenapa mereka mau melakukan hal itu!?”

“Kalau lelaki normal pasti sudah melakukan hal itu!”

Putri hanya menurunkan bahunya sambil menghela nafas. Meskipun dia sudah mengatakannya sejelas itu, Ren masih saja nampak tidak begitu memahaminya. Apakah dia memang hanyalah seorang bocah bodoh yang bahkan tidak bisa memikirkan hal tersebut di pikirannya.

“Aku bertanya-tanya kenapa orang yang berpenampilan sepertimu tidak bisa memikirkan hal seperti itu!? Apakah kau sebegitu bodohnya sampai tidak bisa menyadari hal semacam itu!?”

“Apa yang kau katakan!? Meskipun Aku berpenampilan seperti ini, Aku masih bisa memikirkan banyak sekali rencana yang tidak dapat ditebak oleh orang lain dan memiliki kemungkinan berhasil sangat tinggi!”

“Tapi rencanamu itu dipenuhi oleh banyak hal jahat, sangat sesuai dengan penampilanmu! Sebetulnya apa yang terjadi padamu di masa lalu hingga membuatmu menjadi lelaki menyedihkan seperti ini?!”

Ren merasa kalau topik pembicaraan ini telah melenceng dari topik awalnya. Kenapa sekarang mereka bisa membicarakan tentang penampilannya? Meskipun penampilannya seperti preman, tapi dia tetap yakin kalau wajahnya masih tampan seperti dulu.

“Ada banyak hal yang terjadi di masa lalu...”

Ren nampaknya tidak ingin melanjutkan topik ini lagi. Dia sekarang bahkan terlihat tidak akan mengangkat kepalanya lagi, kecuali jika Putri mengubah topik pembicaraan mereka.

“Aku akan kembali ke topik pembicaraan awal.... kau sekarang sudah mengerti kalau mereka sedang mencoba memperkosaku, bukan?”

“Ya, tapi itu tidak menjawab kenapa kau membutuhkan pengawalanku... kalau kau memang takut diperkosa, kenapa kau tidak melaporkan kasus itu pada polisi, tapi malah mencari pelindungan dari bocah sepertiku?”

“Itu pertanyaan yang mudah... karena mereka bukan lawan yang bisa dikalahkan begitu saja, meskipun kau telah melaporkannya pada polisi.”

“Apakah itu berarti mereka sulit untuk ditangkap?”

Putri menganggukan kepalanya membenarkan ucapan Ren. Mereka memang agak sulit ditangkap oleh polisi.

“Apakah kau tahu tentang Yakuza?”

“Maksudmu kelompok yang mirip dengan mafia yang berasal dari jepang?”

“Sebetulnya banyak perbedaan antara yakuza dengan mafia, tapi jawabanmu tidak bisa dikatakan salah.”

“Lalu kau ingin mengatakan kalau kelompok seperti itu sedang mengincar dirimu?”

“Ya, begitulah...”

Kelompok seperti itu biasanya bisa ditangani kalau polisi mau bergerak dan meringkus mereka, tapi jika kau tidak memiliki bukti kalau mereka adalah yakuza, maka kau tidak bisa melaporkannya pada polisi. Ren merasa kalau Putri saat ini tidak memiliki bukti semacam itu. Melapor tanpa memiliki bukti sama saja dengan membuat laporan palsu. Kalau seperti itu kasusnya, maka yang akan ditangkap adalah Putri sendiri.

“Tapi kenapa kau tidak menyewa bodyguard saja, bocah SMA sepertiku mana mungkin bisa menangani mereka semua sendirian?”

“Apa kau pikir Aku dapat menyewa bodyguard yang bisa dipercaya di situasi seperti ini? Mereka bisa saja berkerja sama dengan yakuza itu? Dan apakah kau tahu kalau yakuza juga bisa diperkerjakan sebagai bodyguard?”

Ren baru mengetahui kalau yakuza juga bisa menjadi bodyguard, sekarang Ren telah benar-benar mengerti kenapa Putri tidak begitu saja menyewa pengawal, selain dirinya. Tapi hal itu tetap tidak menjawab pertanyaan awalnya.

“Aku sudah menyanyakan ini dari awal, tapi Aku akan menanyakannya lagi... kenapa kau memilihku sebagai pelindungmu?”

“Karena Aku percaya padamu!”

“Hah!? Apa hanya itu saja!? Kau memilihku hanya karena kau mempercayaiku!? Tapi kenapa kau bisa mempercayaiku!?”

Ren tidak yakin dengan apa yang sedang dipikirkan oleh Putri. Kenapa dia bisa percaya pada orang yang baru saja dia temui begitu saja.

“Kenapa kau terkejut seperti itu? Apakah aneh jika Aku percaya padamu?”

“Itu tidak aneh, sih! Tapi kita baru saja bertemu kemarin dan kau begitu saja percaya padaku... tidakkah kau berpikir kalau Aku bisa saja melakukan hal yang mengerikan padamu!?”

“Kalau itu dirimu, Aku akan menyerahkan diriku dengan suka rela!”

“Hah!? Apa yang kau katakan!? Apa kau sadar dengan yang kau katakan!? Kau baru saja mengatakan kalau kau mengizinkanku untuk melakukan apa saja yang Aku mau pada tubuhmu!”

“Itu memang yang sedang Aku bicarakan! Aku senang kau bisa mengerti dengan cepat, tidak seperti sebelumnya.”

Ren tidak sama sekali tidak mengerti dengan perkembangan pembicaraan mereka. Kenapa sekarang mereka sedang membicarakan sesuatu yang mengarah pada sesuatu yang begitu erotis?

“Kita kembali ke topik utama saja! Apakah tidak ada orang lain yang bisa mengantikan diriku!?”

“Tidak ada yang bisa menggantikanmu di hatiku, Ren!”

Sejujurnya ini adalah pertama kalinya Ren menghadapi situasi seperti ini, jadi Ren benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Ren menyadari sekali lagi betapa kurang berpengalaman dirinya.

“To-tolong jangan bercanda! Candaanmu sama sekali tidak lucu!”

“Aku sama sekali tidak bercanda, Aku 180o serius!”

“Tunggu dulu, kalau kau hanya 180o serius, itu berarti kau hanya setengah serius!”

“Apa yang kau bicarakan? Bukankah 180 itu lebih tinggi dari 100, jadi Aku jauh lebih serius dari orang biasanya!”

“Itu memang benar, tapi kau menggunakan derajat dan bukannya persen.... derajat dengan persen itu jauh berbeda!... 180o derajat itu hanyalah setengah dari lingkaran atau dengan kata lain hanyalah 50%!”

Serius. Ini memang pengalaman pertama Ren menghadapi situasi seperti ini.

Putri saat ini sedang menunjukan senyum berseri-seri, sepertinya dia sangat menikmati situasinya saat ini. Sedangkan Ren saat ini sedang menunjukan wajah kelelahan yang sangat pucat, sepertinya dia akan meninggal dalam hitungan detik lagi.

“Sepertinya sudah cukup kita membicarakan tentang alasanku memilihmu sebagai budak— tidak, maksudku pengawalku!”

“Kau barusan mengatakan budak, bukan!? Kau benar-benar menganggapku sebagai budakmu, bukan!?”

Ren benar-benar kelelahan dengan topik pembicaraan ini, jadi mengakhiri pembicaraan ini adalah ide yang sangat bagus.

“Bisakah kita mengakhiri pembicaraan kita di sini? Aku benar-benar tidak kuat melanjutkan topik ini lagi...”

“Kalau begitu, mari sekarang kita membicarakan tentang masa lalu kita dan kemudian masa depan kita!”

Tapi sayangnya Putri tidak berniat mengakhiri pembicaraan mereka, dia hanya ingin mengganti topiknya saja.

Sebetulnya Ren tadi ingin membalas kata-kata Putri mengenai masa depan mereka, tapi saat ini dia tidak lagi memiliki kekuatan yang tersisa untuk membalas perkataan Putri.

“Kalau begitu, mari kita bicaranya di dalam kamar saja!”

“Tunggu dulu! Kau masih ingin tidur di kamarku!?”

Entah kenapa Ren bisa mendapatkan kekuatannya lagi setelah mendengar perkataan Putri barusan. Ren masih ingat dengan jelas, kejadian dimana mereka berdua tidur di ruangan yang sama seperti baru kemarin saja, karena kejadian itu memang terjadi kemarin.

Bayangan dirinya yang dibungkus oleh selimut dan dijadikan guling oleh Putri masih segar di ingatan Ren. Dia hampir mati sesak nafas gara-gara ulah Putri. Tapi entah bagaimana Ren masih bisa bertahan hidup. Mungkin insting bertahan hidupnyalah yang membantunya untuk bertahan dari siksaan Putri, atau mungkin karena Ren jatuh pingsan dan tidak sempat memikirkan apapun.

“Sudahlah, jangan banyak protes! Ayo kita menikmati malam kita!”

“Tunggu dulu! Setidaknya dengarkan Aku! Ini masih belum malam, jadi bisakah kita tunda sebentar!?”

“Tidak bisa... kita akan menunggu malam di kamarmu!”

Ren berusaha sekuat tenaganya untuk menghentikan Putri, tapi dia tetap tidak bisa menghentikan Putri yang menyeret dirinya. Bagaimana ini mungkin bisa terjadi, tenaganya kalah dengan tenaga seorang perempuan.

Ren terus diseret oleh Putri sampai ke kamarnya, lalu Putri mengunci kamarnya dan melemparkan tubuh Ren ke kasur. Entah kenapa Ren merasa dirinya seperti orang yang akan menjadi korban pemerkosaan. Ren benar-benar berpikir kalau posisi di sini benar-benar terbalik. Bukankah seharusnya dia yang mengunci pintu dan melempar Putri ke kasur.

“Kau tidak akan bisa lari lagi!”

Ren benar-benar merasa dirinya adalah calon korban pemerkosaan. Ini benar-benar buruk baginya.

Bagaimana kira-kira reaksi teman-temannya, jika mereka tahu apa yang akan terjadi pada Ren sebentar lagi.

-          “Ren, kau benar-benar sudah melangkah ke jalan kedewasaan!” {ini pasti komentar dari si Alien}

-          “Ren, kau benar-benar telah melanggar sumpah kita sebagai lelaki perjaka sejati!” {yang ini pasti komentar dari si Bocah Anjing}

-          “Ren, kau benar-benar telah mengkhianatiku... Aku tidak akan memaafkanmu!” {yang ini pasti dari si Gadis Palu... dia benar-benar mengerikan}

-          “Bugh*... (Jatuh pingsan)” {Si Putri Salju pasti akan langsung jatuh pingsan}

-          “Ren, apakah diriku tidaklah cukup untukmu? (dengan mengenakan wajah malu-malu) {Aku benar-benar tidak mengerti dengan cara berpikir si Pria Cantik}

-          “Ren, Apakah kau melakukannya dengan semangat!? Kalau kau tidak melakukannya dengan semangat, maka artinya kau tidak memiliki semangat masa muda! Jadi, Fire!” {Bahkan Aku tidak ingin mengerti dengan apa yang sedang dibicarakan oleh si Bocah Api}

Entah kenapa reaksi dari teman-teman sekelasnya benar-benar membuat Ren kesal. Mereka benar-benar adalah teman sekelas paling mengerikan di dunia. Kenapa tidak ada satu orangpun yang simpatik padanya.

Tapi Ren mencoba untuk berpikir sebaliknya. Dia mencoba membayangkan orang lain yang berada di posisinya saat ini dan dia yang berkomentar tentang orang itu.

“Kenapa kau tidak pergi mati saja sana!?”

Ternyata dia sama mengerikannya dengan teman sekelas mengerikannya. Tidak, dia bahkan jauh lebih mengerikan dari yang lainnya.

Ren mencoba untuk menghilangkan semua pikiran itu dan menganalisa situasinya saat ini. Pintu yang terkunci, Putri yang berada di depannya dan menghalangi jalan keluarnya, dirinya yang tergeletak tak berdaya di atas kasur. Dia benar-benar akan kehilangan keperjakaannya saat ini juga.

“Tenang Putri! Kita harus berpikir jernih, kita masih terlalu dini untuk melakukan hal ini!”

“Apa yang kau bicarakan? Aku hanya ingin berbicara denganmu.”

“Eh!?”

Ren sekarang sudah tidak panik lagi. Dia memandang lurus ke arah Putri dan Putri membalas pandangannya. Muka Ren memerah dan dia menyembunyikan wajahnya di balik bantal. Ren benar-benar malu, dia sudah berpikiran yang tidak-tidak.

“Kita hanya bicara? Tidak melakukan apapun lagi?”

“Ren, jadi kau ingin melakukan sesuatu denganku, kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi saja!?”

“Tidak! Tidak! Aku juga hanya ingin bicara, hanya bicara saja!”

Ren hampir saja menggali kuburannya sendiri. Ini benar-benar berbahaya.

“Ren... Apa kau ingin mendengar cerita masa laluku?”

Putri sekarang tidak menggunakan nadanya yang biasa, tapi nada suara yang terdengar lebih lembut dan entah bagaimana terdengar sedih. Ren merasa dia juga harus serius, jadi dia menganggukan kepalanya dengan tenang dan membetulkan kembali posisi duduknya agar dia merasa lebih nyaman saat mendengarkan cerita Putri.

“Silahkah saja!”

“Apa kau tahu Aku berasal dari mana?”

Ren tidak tahu kenapa Putri menanyakan hal itu, tapi dia merasa kalau dia harus menjawab pertanyaannya dengan serius. Mungkin pertanyaan itu memang penting untuk memulai cerita masa lalunya. Kalau dari namanya saja, dia jelas berasal dari negara yang sama dengan Ren. Tapi kalau dilihat dari nama keluarganya, dia kemungkinan besar berasal dari luar negeri, kemungkinan besar dari Eropa.

“Eropa.”

“Hm... Aku memang berasal dari Eropa, lebih tepatnya Eropa Utara... dan apakah kau tahu legenda yang berasal dari Eropa Utara?”

Karena Putri tidak mengatakan nama negara tempat asalnya dan Ren juga tidak begitu ingin tahu hal itu, jadi Ren memutuskan untuk tidak bertanya hal itu dan mencoba menjawab pertanyaan Putri.

Legenda yang berasal dari Eropa utara. Apakah itu legenda tentang para dewa? Tapi itu tidak ada hubungannya dengan Putri, jadi kemungkinan legenda yang dimaksud oleh Putri adalah legenda yang berhubungan dengan manusia.

Legenda yang berhubungan dengan manusia? Manusia serigala? Tapi apa itu mungkin? Putri tidak mungkin membicarakan tentang manusia serigala.

“Apakah tentang manusia serigala?”

“Teeetttt.... Kau salah!”

Putri menyilangkan tangannya hingga berbentuk huruf X. Jadi memang bukan tentang manusia serigala.

Kalau bukan manusia serigala, itu berarti adalah mahluk yang dekat dengan itu. Ren yakin akan hal itu, karena kalau jawabannya benar-benar melenceng jauh, Putri mungkin sudah cemberut dan mengatakan kata-kata penghinaan, tapi dia tidak melakukannya, itu berarti jawaban yang Ren berikan tadi sudah hampir benar.

Mahluk yang mirip dengan manusia serigala, frankenstein? Tidak, monster seperti itu jelas tidak mirip dengan Putri sama sekali. Ren benar-benar tidak bisa menemukan kesamaan antara frankenstein dengan Putri, kecuali mereka berdua sama-sama monster yang mengerikan. Jadi jawabanya pasti bukan itu.

Ren memandangi Putri untuk menemukan petunjuk. Dia memiliki sosok yang sangat ideal, dari ujung kepala sampai ujung kaki, semua bagian tubuhnya benar-benar bisa membuat para pria jatuh cinta padanya dan gadis lain iri dengannya. Dengan sosok seperti itu, Ren hanya bisa memikirkan satu mahluk saja, yaitu Succubus. Putri juga suka menggoda Ren, sama seperti yang sering Succubus lakukan pada manusia.

“Succubus.”

“Apakah Aku bisa menganggap itu pujian... tapi meskipun begitu, jawabanmu tetap salah.”

Putri juga mengetahui apa itu Succubus, jadi dia tahu kalau sosok mahluk itu terkenal akan kecantikan dan keganasannya. Jadi Putri memang bisa menganggap Ren sedang memuji sosoknya yang mirip dengan Succubus yang cantik dan menggoda itu, tapi jawaban yang salah tetap jawaban yang salah, Putri tidak bisa mengatakan benar begitu saja. Ren harus memikirkan kembali jawabannya.

Ren kemudian kembali memikirkan jawabannya. Kalau bukan Succubus jawabannya, maka ada satu mahluk lagi yang tiba-tiba melintas di kepalanya.

“Kalau bukan tentang Succubus, ini pasti tentang vampir!”

“YA! Ini memang tentang vampir!”

“Yeaaah!’

Ren bersorak senang karena jawabannya benar, tapi sedetik kemudian dia kembali duduk di posisinya yang semula. Dia hampir kehilangan dirinya dan melupakan untuk menanyakan hal yang terpenting. Kenapa Putri mengajukan pertanyaaan seperti itu padanya?

“Lalu ada apa dengan vampir? Menurutku tidak ada hal yang terlalu istimewa dengan legenda vampir?”

“Jadi... apakah kau tahu legenda yang mengatakan kalau wanita berambut merah akan berubah menjadi vampir setelah kematiannya?”

“Apa itu? Aku baru mendengar hal itu.”

“Itu hanya legenda atau mitos.... hal itu tidak benar.”

“Ya, Aku mengerti... itu artinya Aku tidak perlu memikirkannya dan bisa pergi tidur.”

“Ren, apakah kau ingin tidur selamanya!?”

“Tidak, terima kasih! Aku minta maaf!”

Ren yang tadinya ingin tidur, langsung kembali terbangun. Dia benar-benar merasa tidak akan terbangun lagi, jika dia tidak bangun saat itu juga.

“Lalu kenapa kau menceritakan hal tersebut? Kurasa itu tidak ada kaitannya denganku?”

“Itu memang tak ada kaitannya denganmu, tapi itu berkaitan denganku... atau lebih tepatnya diriku yang dulu saat berada di Eropa Utara.”

“Jadi apa? Aku masih belum menangkap apa yang ingin kau katakan?”

“Kalau kau berpikir sedikit, maka kau akan mengerti... lihat baik-baik rambut merahku!.... apakah kau pikir rambutku ini tidak ada kaitannya dengan mitos vampir yang tadi Aku ceritakan?”

Ren memandang rambut Putri dan kemudian memikirkan apa yang telah Putri katakan sebelumnya. Putri memiliki rambut berwarna merah dan seseorang yang memiliki rambut merah akan berubah menjadi vampir setelah dia meninggal. Itu artinya Putri akan berubah menjadi vampir setelah dirinya meninggal atau dengan kata lain Putri adalah vampir.

“Apa kau ingin berkata kalau dirimu yang dulu sering dikatai sebagai vampir atau anak vampir dan tidak memiliki teman karena hal tersebut?”

“Tepat! Aku tidak menyangka kalau kau bisa langsung mengerti dengan apa yang kumaksud hanya dari perkataanku tadi!”

“Aku entah mengapa merasa kalau kau sedang mengataiku sebagai orang bodoh dari perkataanmu barusan.”

“Aku memang sedang mengataimu sebagai orang bodoh!”

“Sialan!!”

Ren benar-benar ingin memukul Putri. Dia benar-benar serius ingin memukul kepalanya, tapi Ren merasa kalau dia akan berada di situasi hidup dan mati, jika dia melakukannya. Ini benar-benar situasi yang tidak bisa ditangani olehnya.

“Lalu kenapa kalau kau dikatakan sebagai anak vampir!?..... kalau kau ingin membuatku simpati padamu, sayang sekali, Aku bukanlah orang yang akan simpati pada seseorang yang hanya mengalami hal seperti itu.”

“Sebetulnya Aku tidak hanya mengalami hal seperti itu, Aku juga mengalami pelecehan lainnya... seperti gadis-gadis yang ingin memotong rambutku, lalu para bocah nakal yang melempariku dengan kertas dan mengatakan sesuatu seperti “Pergi saja kau dasar gadis vampir.” Aku juga sering menemukan bawang putih di mejaku.... apakah sekarang kau sudah mulai merasa simpati padaku?”

Wajah melankolis yang ditunjukan oleh Putri membuat Ren tidak sanggup melihat ke arahnya. Harus Ren akui kalau dia mulai simpati pada Putri.

“Belum lagi banyak orang yang mengatakan kalau namaku ini sangat aneh... meskipun banyak orang yang sudah tahu kalau Aku berdarah campuran, tapi tetap saja banyak yang mengatakan kalau namaku adalah nama teraneh di dunia.”

Sebelum Ren mengatakan sesuatu, Putri sudah mengatakan sesuatu yang lain lagi. Ren sangat mengerti dengan perasaan Putri, karena dia sendiri sering mengalami hal yang sama dengan Putri saat dia masih kecil.

“Namamu tidaklah aneh, menurutku namamu sangat cocok dengan dirimu...”

“Mungkin semua orang di negeri ini memang akan mengatakan hal yang sama denganmu, tapi beda lagi jika kita sedang berada di Eropa... berbeda negara juga berarti berbeda pendapat, kau tidak bisa begitu saja memaksakan pendapatmu pada orang lain yang tidak kau kenal!”

Apa yang telah dikatakan oleh Putri memang benar, Ren juga mengakui kalau dia memang benar. Dia tidak bisa memaksakan pendapatnya begitu saja pada orang lain, apa lagi jika orang itu memang sudah memiliki pendapat yang bertentangan dengannya dari awal. Ren memang mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Putri, tapi Ren masih saja tidak mengerti kenapa Putri mengatakan semua itu padanya. Sebetulnya apa yang menjadi alasan dia mengatakan hal itu. Apakah dia memang murni ingin mengatakan itu, tanpa ada alasan dibaliknya, atau dia ingin membuat Ren simpati padanya dan mau menolongnya tanpa protes sedikitpun.

“Lalu apa yang kau inginkan? Aku bukanlah orang baik yang akan simpati padamu dan menuruti semua keinginanmu!”

“Aku sudah tahu hal itu!”

“Kalau begitu, apa maumu?”

“Menurutmu apa?”

“Kau ingin memanfaatkan kebaikanku!”

“Apa yang kau bicarakan.... Aku sudah tahu sejak awal kalau kau itu tidak memiliki kebaikan, jadi Aku memang tidak bisa memanfaatkan kebaikanmu sejak awal!”

Meskipun Ren kesal dengan cara dia mengatakannya, tapi dia tetap setuju dengan apa yang dikatakan oleh Putri. Dia memang tidak memiliki kebaikan yang bisa dimanfaatkan oleh orang lain, malah dia yang sering memanfaatkan kebaikan orang lain, atau lebih tepatnya mengancam mereka.

“Lalu apa? Jangan hanya berputar-putar saja dan katakan dengan jelas!”

“Alasannya cukup sederhana, Aku hanya ingin lebih dekat denganmu.”

“Huh?”

“Aku ingin dekat denganmu dengan menceritakan masa laluku, sebetulnya Aku juga ingin mendengar cerita masa lalumu.”

“Bukankah itu juga berarti kalau kau ingin mengetahui rahasiaku...”

“Kau bisa mengatakan dengan cara seperti itu juga!”

Dia bahkan tidak menyangkal ucapan Ren. Itu berarti dia memang ingin mengetahui rahasia Ren dan memanfaatkan hal itu. Ren harus lebih berhati-hati lagi dan tidak membiarkan Putri mengetahui rahasianya, terutama yang paling memalukan.

“Ada apa Ren, kenapa kau terlihat ketakutan seperti itu...?”

Siapa juga yang tidak takut saat ada orang yang ingin membongkar rahasianya dan memanfaatkan hal itu untuk memerasnya di masa depan. Ren harus lari dari sini atau membuat Putri menyerah untuk membongkar masa lalunya.

“Kurasa Aku bisa mengabaikan rasa takutmu, jadi bisakah kau menceritakan masa lalumu... terutama yang paling memalukan!”

‘Tolong jangan mengabaikan rasa takutku’. Ren benar-benar ingin berteriak seperti itu, tapi ada juga hal yang ingin dia teriakan. ‘Kenapa kau harus menegaskan bagian paling memalukannya’. Dia benar-benar ingin mendengar kisah memalukan Ren. Jadi benar, jika dia ingin memanfaatkan hal itu untuk memeras Ren.

Apa yang harus dia lakukan? Dia tidak bisa menurut begitu saja dan menceritakan masa lalunya yang memalukan. Tapi jika dia diam saja, Ren yakin kalau ada sesuatu yang sangat mengerikan yang sedang menunggunya. Lalu dia juga tidak bisa melarikan diri dari sini.

Pikirkan Ren. Pikirkan masa lalumu yang tidak memalukan. Pasti ada salah satu dari masa lalumu yang tidak memalukan.

-          Langsung dijauhi oleh anak-anak saat dia ingin bermain bersama.

-          Kehilangan uang saat ingin membeli barang yang sudah sangat lama ditunggu-tunggunya.

-          Selalu menakuti gadis-gadis yang ingin didekatinya, sehingga dia tidak pernah memiliki pacar.

-          Selalu dihajar dengan palu oleh si Gadis Palu.

-          Pernah dikejar-kejar polisi karena sebuah kesalahpahaman konyol.

-          Tidak pernah menang dengan cara jujur. (Itu dikarenakan Ren tidak pernah bermain secara jujur).

-          Sering disalahpahami sebagai Iblis oleh tetangganya sendiri.

-          Ditinggal sendirian oleh orang tuanya sendiri.

Sepertinya Ren memang tidak pernah mengalami hal yang baik di masa lalunya. Apakah itu memang nasibnya atau itu karena karma yang menimpanya? Ren benar-benar tidak bisa memastikan mana yang benar.

Pikirkan lagi, Ren harus memikirkan lagi masa lalunya, pasti ada satu hal dari masa lalunya yang bisa membuat orang lain menangis saat mendengar masa lalunya. Bukan karena kasihan, tapi karena terharu.

“Ada apa Ren? Apakah kau tidak ingin menceritakan masa lalumu, setelah kau mendengar masa lalu orang lain?!”

‘Bukankah kau sendiri yang ingin Aku menceritakannya’. Ren benar-benar ingin meneriakan itu pada Putri, tapi dia tahu itu tidaklah berguna. Lebih baik sekarang dia memikirkan sebuah cerita yang tidak akan membuat Putri menertawakannya.

“Hmmm.... saat Aku melihat wajahmu, Aku jadi menyadari sesuatu.... Ren, apakah semua masa lalumu berisi kenanganmu yang memalukan?”

Perkataan Putri benar-benar telah menusuk jantung Ren, dia mengatakan hal yang sangat tepat dengan yang Ren pikirkan saat ini. Masa lalunya memang hanya berisi kenangan yang memalukan. Ren serasa ingin menangis saat dia mengetahui kenyataan kejam itu.

“Aku tidak akan keberatan, meskipun kau menceritakan masa lalumu yang memalukan itu!”

“Tapi Aku yang keberatan di sini!”

Ren sebetulnya ingin menghindari topik ini, tapi sepertinya dia tidak akan bisa lolos begitu saja. Ren sebetulnya tidak ingin menceritakan ini. Menceritakan tentang kisah saat kedua orang tuanya meninggalkan dirinya sendirian di rumah ini.

“Aku sebetulnya tidak ingin mengatakan ini, tapi sepertinya hanya ini yang bisa membuatmu puas.... apakah kau tahu kenapa Aku bisa sendirian di sini, di rumah yang saat ini kutinggali sendirian?”

“Karena kau ditinggalkan oleh kedua orang tuamu!”

Jawaban yang diberikan oleh Putri benar-benar tepat sasaran dan hal itu jugalah yang membuat Ren benar-benar ingin menangis saat ini. Apakah masa lalunya memang bisa ditebak semudah itu atau justru Putri yang memang sangat pintar hingga dia bisa menebak masa lalu Ren?

“Itu benar... Aku memang ditinggalkan oleh kedua orang tuaku... tapi apakah kau tahu hal apa yang membuat mereka meninggalkanku?”

Ren berhasil menahan tangisnya dan berusaha untuk menyudutkan Putri dengan pertanyaan barunya, kalau Putri tidak bisa menjawab pertanyaan yang ini, maka Ren pasti bisa mengendalikan perasaan Putri.

“Hmmm... orang tuamu sering bertengkar, lalu mereka bercerai... dan akhirnya mereka meninggalkan dirimu.”

Kenapa dia bisa menebak hal itu. Ren mulai bertanya-tanya kalau Putri sebetulnya memiliki kemampuan membaca pikiran.

“Kau benar-benar menakutkan...”

Karena telah menyaksikan kemampuan Putri dengan mata kepalanya sendiri, Ren secara tidak sadar telah mengatakan hal tersebut.

“Bukankah di saat seperti ini kau seharusnya mengatakan bahwa Aku sangat menganggumkan!”

‘Tidak, kalau untukmu kata menakutkan adalah hal yang paling pantas.’

Ren menggumamkan hal itu dalam pikirannya. Karena kalau sampai Putri mendengar hal tersebut, Ren bisa berada di dalam situasi hidup dan mati.

Ren menghela nafas, sebelum akhirnya dia kembali membuka mulutnya.

“Meskipun Aku tidak bisa mengatakan kalau orang tuaku meninggalkanku bukan karena percerain mereka, tapi Aku ditinggalkan bukan saat kedua orang tuaku bercerai... tapi saat mereka akan menikah dengan orang lain.”

“Hah!? Apa maksudmu!?”

Sepertinya dugaan Ren salah, ternyata Putri tidak memiliki kemampuan membaca pikiran, buktinya dia saat ini sedang menunjukan wajah yang sangat terkejut. Tapi hal itu terjadi hanya dalam beberapa detik saja, karena setelah beberapa detik kemudian Putri membuka mulutnya lagi.

“Tolong jangan katakan padaku..... jangan-jangan mereka meninggalkanmu, karena calon pengantin mereka takut saat mereka melihat wajahmu!”

“KENAPA KAU BISA MENGETAHUI HAL ITU!?”

Ren benar-benar tak habis pikir, kenapa bisa Putri menebak sesuatu yang sangat menyedihkan seperti itu. Bahkan saat ini Ren sudah tidak bisa menahan air matanya lagi. Dia benar-benar menangis.

“Sudahlah Ren, kau tidak perlu menangis!... terkadang memang ada orang tua bodoh yang tega menelantarkan anak mereka sendiri, karena alasan yang bodoh.”

Bahkan Putri sampai tidak tega saat dia melihat air mata keluar dari mata Ren. Dia benar-benar tidak menyangka kalau sesuatu seperti itu bisa membuatnya menangis.

Meskipun Ren memiliki wajah yang menyeramkan, tapi dia tetap hanya manusia biasa. Ada beberapa hal yang dapat membuatnya menangis.

Putri entah mengapa jadi tidak tega melanjutkan topik ini. Putri sebetulnya tahu kalau yang membuat Ren menangis bukanlah karena perlakuan orang tuanya padanya, tapi karena nasibnya yang selalu nampak sangat menyedihkan. Bahkan kisah masa lalunya hanya dapat membuat orang lain menangis karena kasihan, bukan karena terharu.

Setelah menghapus air mata menyedihkannya, Ren kembali melanjutkan ceritanya. Meskipun sebenarnya dia tidak ingin melanjutkannya.

“Setelah kedua orang tuaku bercerai, Aku tinggal bersama dengan Ibuku.... tapi beberapa minggu kemudian Ibuku bertemu dengan pria tampan dan ingin menikah dengannya!”

“Kau tidak perlu memaksakan dirimu untuk melanjutkan ceritamu, Ren!.... lagi pula Aku juga sudah mengetahui kelanjutan dari kisahmu, jadi kau bisa berhenti sekarang!”

Putri benar-benar ingin Ren berhenti sebelum air mata Ren kembali menetes. Meskipun dia biasanya sangat kejam pada Ren, tapi dia juga tidak tega saat dia melihat Ren menangis menyedihkan seperti tadi. Sedangkan di sisi lain, Ren benar-benar merasa kalau dirinya akan segera menangis saat dia dikasihani oleh Putri. Terkadang rasa kasihan sangat menyakitkan untuk seseorang.

“Tidak apa... kau hanya perlu mendengarkannya saja...”

Ren mengatakan itu sambil menahan air matanya. Dia benar-benar telah berjuang sangat keras.

“Baiklah...”

Karena melihat tekad Ren, Putri mau tidak mau hanya bisa mengangguk. Sepertinya Ren sudah siap menanggung kesedihannya sendiri.

“Baik, Aku lanjutkan... Aku kemudian diperkenalkan pada pria itu, tapi pria itu langsung ketakutan begitu dia melihat wajahku... dia bahkan tidak ingin datang ke rumah Ibuku lagi, jika Aku masih tinggal di sana.”

Putri tahu kalau kisah ini sangat memalukan bagi Ren, tapi meski begitu Putri tidak tega memanfaatkan kisah ini untuk mengancam Ren. Dia bisa saja membuat Ren menangis darah kalau dia sampai melakukan hal itu.

“Lalu Ibuku menyuruhku untuk tinggal bersama Ayahku, karena dia tidak ingin gagal lagi dalam membina hubungan dengan seseorang...”

Ren tetap melanjutkan ceritanya tanpa menunggu respon dari Putri. Mungkin itu karena dia ingin cepat-cepat mengakhiri cerita meyedihkannya.

“Tapi saat Aku tinggal bersama dengan Ayahku, Ayahku tiba-tiba saja mendapatkan pacar baru... hanya untuk perberitahuan saja, tapi sebelum kedatanganku dia telah memiliki seorang pacar, tapi sayangnya tepat sehari sebelum kedatanganku dia putus dengan pacarnya...”

“Jadi Ayahmu tidak memiliki keberuntungan dengan wanita...”

Ren tidak dapat menyangkal hal tersebut. Dia mau tidak mau harus mengakui fakta tersebut, meski itu sangat memalukan bagi Ayahnya.

“... sama sepertimu!”

Ren sama sekali tidak bisa setuju dengan hal itu. Ayahnya selalu saja gagal dalam menjalin hubungan baik dengan pacarnya dalam jangka panjang, tentu saja kecuali dengan Ibu Ren. Tapi berbeda dengan Ayahnya, Ren tidak pernah mengalami yang namanya sakit hati karena diputuskan oleh pacar.

Ren tidak pernah sakit hati dan Ayahnya selalu sakit hati, jadi Ren jauh lebih baik dari Ayahnya.

Tapi harus diakui kalau Ayah Ren memiliki banyak mantan pacar, tidak seperti Ren yang tidak pernah memiliki pacar seumur hidupnya. Jadi dalam jumlah mantan pacar, Ayah Ren jauh lebih unggul darinya.

TAPI memiliki banyak mantan pacar bukan berarti hal yang bagus. Jadi Ayah Ren memang tidak lebih baik dari Ren sendiri.

“Aku akui jika Ayahku memang tidak memiliki keberuntungan sedikitpun dengan wanita, tapi itu bukan berarti Aku juga mewarisi nasib yang sama dengan Ayahku!”

“Tenang saja, Aku mengerti! Aku sudah tahu kalau kau memang tidak pernah memiliki pacar sebelumnya, tidak seperti Ayahmu!”

“Enak saja! Siapa bilang Aku tidak pernah memiliki pacar! Asal kau tahu saja, Aku itu memiliki banyak mantan pacar yang sangat cantik, bahkan melebihi dirimu... tapi sayangnya mereka semua tidak cocok denganku, jadi Aku memutuskan mereka semua!”

Meskipun Ren memang tidak pernah memiliki pacar, tapi dia tetap tidak ingin mengakui hal tersebut. Bisa hancur harga dirinya yang sudah rendah itu, jika banyak orang yang tahu kalau dirinya tidak pernah mempunyai pacar sebelumnya. (Tapi Ren, bukankah harga diri rendahmu itu memang sudah hancur sejak lama).

“Ren, sebetulnya Aku senang jika kau memujiku cantik, tapi kau lebih baik tidak usah berbohong seperti itu... Aku sudah tahu dengan baik kalau kau memang tak pernah memiliki pacar, kecuali dalam mimpimu.... jadi kau tidak perlu menipu seperti itu, karena itu hanya akan memperjelas betapa menyedihkannya dirimu yang sebenarnya!”

Ren merasa harga dirinya telah dihancurkan oleh perkataan Putri tadi. Dia tidak bisa lagi berbohong, dia harus mengakui kalau dirinya memang tidak pernah memiliki pacar seumur hidupnya. Jadi Ren menganggukan kepalanya dengan sedih.

“Aku mengerti... Aku mengakui kalau Aku memang tidak pernah mempunyai pacar seumur hidupku.”

Ren mengakuinya dengan jujur, meski sebenarnya perasaannya sangat sakit saat dia mengakuinya. Tapi mengakui kebenaran dengan jujur adalah salah satu sifat lelaki jantan, jadi Ren bisa berbangga dengan itu. (atau mungkin tidak).

“Baiklah... sekarang Aku akan melanjutkan ceritamu!”

Putri mengatakan itu sebelum Ren dapat melanjutkan ceritanya. Dia ingin menggantikan Ren bercerita, karena dia sudah tahu apa yang mungkin akan terjadi.

“Pacar baru Ayahmu pasti ketakutan, karena melihat wajahmu dan meminta Ayahmu untuk menyuruhmu pindah dari rumahnya... lalu Ayahmu mengusirmu dan menyuruhmu untuk tinggal di rumah ini. Aku benar, kan?”

Ren menganggukan kepalanya. Dia mengakui kalau cerita yang dikatakan oleh Putri memang adalah kenyataan dalam hidupnya.

“Lalu tak berapa lama setelah kau pindah ke sini, pacar Ayahmu pasti memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Ayahmu. Aku benar lagi, kan?”

Sekali lagi Ren mengakui harus kalau Ayahnya memang sangat tidak beruntung dengan wanita. Ayah yang sangat menyedihkan. Bahkan seorang Ren merasa kasihan pada Ayahnya, karena mengalami nasib yang sangat tragis.

Tapi dengan ini cerita tentang masa lalunya telah berakhir, jadi Ren tidak perlu menderita lagi, setidaknya untuk saat ini.

“Sekarang Aku ingin tidur... jadi kumohon padamu, tolong jangan ganggu tidurku!”

Karena Ren terlihat sangat menyedihkan, Putri tidak mengatakan apapun, dia hanya membiarkan Ren masuk ke dalam selimutnya dan pergi ke alam mimpi. Dia akan mengabulkan permohonan Ren dengan patuh.

Dia tidak lagi memiliki keinginan untuk menggoda Ren malam ini, jadi dia akan menunda keinginannya itu untuk besok pagi.

Setelah memastikan Ren sudah tertidur nyenyak, Putri keluar dari kamar Ren dan menutup pintu kamarnya dengan pelan agar tidak membangunkan Ren.

“Selamat malam!”

Sebelum benar-benar menutup pintu kamar Ren, Putri tak lupa untuk mengucapkan selamat malam pada lelaki yang mirip dengan Iblis itu.




Sebelumnya | ToC | Selanjutnya

Contact Form

Name

Email *

Message *