Berduaan di rumah sambil membahas masa lalu adalah bencana yang menyedihkan.
“Hei!”
“Ya.”
“Apakah ini benar-benar rumahku?”
“Tidak, ini adalah rumah kita!”
“Begitukah, kalau begitu...”
“Tunggu dulu, mau kemana kau?”
“Tentu saja ke rumahku!”
“Rumahku? Bukankah kita sudah sampai di rumah kita?”
“Aku ingin pergi ke rumahku, bukan rumah kita!”
“Sekarang tidak akan ada kata ‘Aku’ atau ‘Kamu’ lagi,
yang ada hanyalah ‘Kita’.... segala sesuatu milikmu akan menjadi milikku, dan
segala sesuatu milikku akan tetap menjadi milikku!”
“Tunggu dulu! Bukankah tadi kau mengatakan kalau
sekarang tidak akan ada kata ‘Aku’ atau ‘Kamu’ lagi?! Lalu apa maksud ucapanmu
tadi?!”
Ren sudah sampai di rumahnya bersama dengan Putri.
Tapi...
Rumah Ren yang awalnya sangat berantakan, telah
berubah menjadi sebuah rumah yang mungkin hanya bisa ditinggali oleh para bangsawan
saja. Inilah yang membuat Ren ragu kalau ini benar-benar rumah tercintanya.
“Sebetulnya apa yang telah kau lakukan pada rumah
tercintaku?”
Setelah Ren mulai menerima kenyataan, Ren langsung
meminta penjelasan pada Putri. Dia bukanlah orang yang suka kebersihan dan juga
kemewahan, jadi dia tidak akan senang meskipun rumahnya telah dibersihkan dan
juga ditambahkan dengan banyak barang-barang mewah. Dia tidak akan senang,
kecuali jika dia dapat memiliki semua barang-barang itu tanpa harus membaginya
dengan orang lain. (Dasar Iblis, bukan hanya sangat kejam, tapi ternyata dia
juga sangat serakah).
“Tentu saja Aku mendekor ulang rumahmu, rumahmu itu
benar-benar tak layak huni... Aku heran kenapa ada orang yang mau tinggal di
rumah seperti itu?”
“Kau tidak punya hak untuk menilai rumahku, karena kau
hanya orang yang menumpang di sini!”
“Heh? Bukankah tadi sudah kukatakan kalau rumah ini
telah menjadi rumah kita, setelah Aku mendekor ulang semuanya.... jadi Aku
tidak lagi menumpang di rumahmu!”
“Sejak kapan rumahku menjadi rumahmu!”
“Sudah kukatakan kalau ini adalah rumah kita, bukan
rumahmu atau rumahku!”
Ren benar-benar ingin memukul wajah Putri yang sedari
tadi masih bisa tersenyum, tapi Ren merasakan kalau dia akan mengalami hal yang
lebih mengerikan lagi jika dia melakukan hal itu, jadi Ren terpaksa menahan
amarahnya.
“Hei, Ren.... Kau ingin makan apa malam ini, Aku akan
memasakannya untukmu dengan penuh cinta?”
“Tidak! Aku tidak butuh makanan penuh cinta darimu!”
Ren kembali mengingat peristiwa pagi ini. Dia
benar-benar tidak mungkin memakan masakan yang dibuat oleh Putri. Bukan karena
rasanya tidak enak, tidak, rasanya memang tidak enak, bahkan sebelum dia
memakannya dia sudah tahu hal itu, tapi bukan itu alasan utamanya tidak memakan
masakan Putri. Ada alasan yang sangat sederhana kenapa Ren tidak dapat memakan
masakan Putri.
“Ayolah... kau sudah tidak mau memakan sup linggis
yang kumasak pagi ini, dan sekarang kau juga akan menolak kari uang logam yang
akan kumasak nanti... kau seharusnya tahu kalau ada batas kekecewaan yang dapat
hatiku terima.”
“Apa kau pikir Aku dapat memakan masakan seperti
itu!?”
Itu karena masakan Putri terbuat dari bahan-bahan yang
tak dapat dimakan.
“Aku tidak peduli jika hatimu penuh kekecewaan atau
apapun, selama perutku baik-baik saja, Aku akan dengan senang hati menerima
situasi itu!”
“Jadi itu artinya kau mau mengobati kekecewaan hatiku
dengan menjadi budakku selama sehari penuh.”
“Aku tidak pernah mengatakan sesuatu seperti itu!”
Ren heran, kenapa Putri dapat mencapai kesimpulan
seperti itu dari kalimatnya sebelumnya? Dia sama sekali tidak pernah bilang
kalau dia mau menjadi budaknya atau hal semacamnya.
“Kau tadi mengatakan kalau selama perutmu baik-baik
saja, kau akan senang hati menerima situasi itu... jadi itu berarti kau akan
baik-baik saja menjadi budakku selama perutmu baik-baik saja!”
“Itu bukan maksudku saat Aku mengatakan kalau Aku akan
dengan senang hati menerima situasi itu!”
Urat-urat di tubuh Ren serasa akan terputus saat ini
juga. Dia tidak tahu harus sampai kapan dia akan menahan amarahnya seperti ini.
“Ren... apakah kau marah?”
“Kau seharusnya sudah tahu tanpa harus bertanya,
bukan?”
“Begitukah.... kalau begitu Aku akan memasak sesuatu
untukmu...”
“Tidak! Aku yang akan memasak!”
Ren terburu-buru menghentikan Putri yang sekarang
sedang berjalan menuju dapur. Dia tidak ingin lagi melihat masakan yang sama
seperti yang dia lihat tadi pagi.
Setelah Ren selesai meyakinkan Putri untuk
membiarkannya memasak, Ren dengan malas menuju dapur dan dia melihat hal yang
hanya dia pernah lihat di Televisi saja sebelum ini. Dapurnya penuh dengan
peralatan masak yang sangat mewah. Apakah Putri membeli semua ini saat dia
sedang pergi ke sekolah? Ren bertanya-tanya dalam hatinya.
Sebagian besar dari alat-alat itu tidak pernah Ren
pakai sebelumnya, tapi Ren kurang lebih tahu bagaimana cara menggunakannya.
Ren sebetulnya ingin mencoba setiap alat baru
tersebut, tapi dia tidak tahu apa yang harus dia masak dengan menggunakan alat
itu. Kalau dia memasak makanan yang belum pernah dia buat sebelumnya, Ren tidak
yakin kalau makanan itu akan enak hasilnya.
Ren juga memikirkan bagaimana reaksi Putri jika
makanan yang dibuat Ren tidak enak hasilnya. Dia kemungkinan besar akan memaksa
untuk memasak waktu berikutnya. Ini adalah hal yang harus Ren hindari sebisa
mungkin.
‘Kurasa lebih baik Aku memeriksa bahannya terlebih
dahulu, sebelum Aku menentukan masakan apa yang akan kubuat.’
Setelah menetapkan pikiran seperti itu, Ren berjalan
menuju kulkasnya. Dia masih ingat kalau dia masih memiliki beberapa kaleng
minuman, tapi dia tidak yakin bahan apa saja yang masih tersisa di kulkasnya.
Ren membuka pintu kulkas dan melihat bahan apa saja
yang ada di dalam kulkas sambil memikirkan makanan apa yang akan dia buat.
-
Rantai sepanjang 1 meter.
-
Borgol dengan kuncinya.
-
Beberapa paku bekas.
-
Sekotak penuh paku payung.
-
Banyak sekali kaleng bekas.
-
Dan berbagai jenis benda lainnya yang terbuat
dari logam.
Ren kembali menutup pintu kulkas, dia terdiam sejenak,
lalu mengucek matanya dan kembali berpikir.
‘Apakah Aku baru saja melihat hal yang seharusnya
tidak kulihat di dalam kulkas? Aku pasti terlalu kelelahan sehingga Aku berhalusinasi!’
Setelah meyakini dirinya sendiri kalau yang tadi dia
lihat adalah halusinasi, Ren kembali membuka pintu kulkas dan memeriksa isinya.
-
Rantai sepanjang 1 meter.
-
Borgol dengan kuncinya.
-
Beberapa paku bekas.
-
Sekotak penuh paku payung.
-
Banyak sekali kaleng bekas.
-
Dan berbagai jenis benda lainnya yang terbuat
dari logam.
“SUDAH KUDUGA KALAU INI BUKAN HALUSINASI!! SEBETULNYA
APA YANG KAU PIKIRKAN PUTRIIII!!!”
Teriakan Ren membahana di dapur. Putri yang berada di
ruang keluarga langsung berlari menghampiri Ren yang sedang meraung kesal.
“Ada apa Ren? Kenapa tiba-tiba kau berteriak seperti
itu?”
“Siapa juga yang tidak akan berteriak jika melihat
semua yang ada di dalam kulkas itu!?”
Ren membuka pintu kulkas dan memperlihatkan isinya
pada Putri, tapi Putri justru hanya memiringkan kepalanya saat melihat isi
kulkas itu.
“Memangnya ada apa? Bukankah itu bahan masakan yang
wajar?”
“Bahan masakan yang wajar apanya!? Ini jelas-jelas
adalah bahan-bahan yang terbuat dari besi, bahan yang tidak diciptakan untuk
dimakan ataupun untuk dimasak!”
“Bukankah zat besi sangat bagus untuk tubuh, jadi
bukankah semua bahan itu sangat menyehatkan?”
“Apanya yang menyehatkan!? Jelas-jelas itu semua
adalah bahan-bahan yang bisa membuat perut orang yang memakannya menjadi sakit
dan mungkin malah akan hancur!... dan juga, zat besi tidak berasal dari besi,
tapi dari sayur-sayuran hijau, seperti bayam!”
Ren tidak mengerti dengan Putri, kenapa dia bisa
menganggap semua yang ada di kulkasnya sebagai bahan yang dapat dimakan. Apakah
dia sudah biasa memakan masakan yang terbuat dari semua hal itu.
“He he he he... Reaksimu benar-benar lucu, tenang
saja... Aku hanya bercanda... kalau kau mencari bahan untuk masakan, itu berada
di sini!”
Kemudian Putri mengeluarkan banyak kantong plastik
yang berisi berbagai macam bahan makanan dari salah satu laci di dapur itu.
Ren merasa bersyukur karena Putri hanya bercanda. Dia
kemudian mendekati Putri dan melihat isi kantong plastik yang dikeluarkan
olehnya.
Semuanya berisi makanan kalengan...
“....”
Ren tidak memberikan respon apapun saat melihat itu,
dia hanya mengambil beberapa makanan kaleng lalu memulai proses memasak tanpa
mengeluarkan satu katapun. Setidaknya makanan kaleng jauh lebih baik dari pada
hanya kalengnya. Jadi Ren tidak akan protes dan hanya akan memasak.
“Tunggu dulu, Ren! Kenapa kau tidak mengatakan apapun?...
misalnya ‘Seorang gadis seharusnya tidak boleh memakan banyak makanan kaleng!’
atau mungkin ‘Kalau kau membeli banyak makanan kaleng, kau malah akan terlihat
menyedihkan!’.... Ayolah, Ren katakan sesuatu!”
“Kurasa selama bisa dimakan, tidak masalah.”
Dia menjawab tanpa mengalihkan perhartiannya dari
wajan, dia juga tak terlihat tertarik untuk mengomentari perkataan Putri.
Putri yang hanya menerima respon seperti itu mulai
merasa bosan, jadi dia kembali ke ruang keluarga dan menonton kembali acara
drama yang tadi dia tonton. Meskipun acara drama itu membosankan, tapi itu
masih lebih baik dari pada hanya menonton Ren yang tidak melakukan apapun
selain memasak.
Setelah 30 menit lebih di dapur, Ren akhirnya membawa
masakannya ke ruang makan dan memanggil Putri.
Mereka berdua duduk di meja makan dan mulai memakan
makan malam mereka masing-masing. Mereka sama sekali tidak mengatakan apapun,
bahkan Putri hanya memakan makanan kaleng itu dengan tenang, tanpa mengomentari
masakannya.
Putri harus akui kalau masakan itu memang enak, meskipun
itu hanyalah makanan kaleng. Ren tampaknya ahli dalam mengolah makanan kaleng.
Mungkin itu karena makanan kaleng adalah makanan yang praktis dan bisa dimasak
oleh siapapun.
Setelah mereka selesai makan dan Ren membersihkan
semua peralatan makan mereka. Putri akhirnya mengeluarkan satu komentarnya.
“Ren, kau telah tumbuh menjadi lelaki yang membosankan!”
“Kalau begitu, kenapa kau tidak pergi saja dari sini?”
“Sekarang kau sudah kembali lagi menjadi lelaki yang
menarik!”
Ren merasa dia akan menyesali perkataannya tadi.
Seharusnya dia tidak perlu menanggapi komentar Putri tadi.
“Sebetulnya kenapa kau membutuhkan perlindunganku? Kau
bisa saja memanggil polisi atau semacamnya jika kau memang berada dalam
bahaya... kalau kau hanya mengandalkan diriku, Aku mungkin tidak akan bisa
melindungimu... kau seharusnya tahu, Aku hanya seorang pelajar SMA biasa!”
“Jangan merendah seperti itu, Aku yakin kau dapat
mengalahkan satu pasukan tentara elit dengan hanya tangan kosong!”
“.....”
Melihat Ren tidak merespon candaannya sama sekali,
Putri menyadari kalau Ren tidak ingin bercanda lagi.
Putri sebetulnya ingin menghindari untuk mengatakan hal
yang sebenarnya, tapi sepertinya dia harus menceritakan yang sebenarnya terjadi
pada dirinya kepada Ren agar lelaki itu mau melindungi dirinya.
“Apa kau tahu kalau Aku ini sangat cantik?”
“Hah!? Apa yang kau katakan tiba-tiba?”
Ren harus akui kalau dia memang cantik, tapi Ren tetap
saja tidak suka jika orangnya sendiri yang mengatakan hal itu. Dia terdengar
seperti orang sombong yang terlalu melebih-lebihkan kecantikannya.
“Aku tahu bagaimana cantiknya diriku dan begitu juga
dengan orang-orang yang kita temui waktu itu!”
“Maksudmu orang-orang itu.... saat kita pertama kali
bertemu!”
Putri tidak segera mengangguk. Sedangkan Ren tidak
mengerti arah pembicaraan mereka. Dia merasa kalau hal ini tidak ada
hubungannya dengan pertanyaan awalnya, atau mungkin itu hanya karena dirinya
yang kurang peka saja.
“Aku ini sangat cantik, jadi ada banyak orang yang tertarik
padaku... dan apa munurutmu yang akan terjadi saat seorang gadis cantik bersama
dengan banyak pria di dalam sebuah kamar?”
“Entahlah, memangnya apa yang terjadi?”
“Entah kenapa Aku tiba-tiba merasa ingin membunuh
seseorang!”
“Tunggu dulu... apa yang tiba-tiba kau katakan!? Di
sini hanya ada Aku, kalau kau ingin membunuh seseorang, carilah orang lain!”
Ren tiba-tiba merasa ketakutan yang luar biasa di
dalam tubuhnya. Saat orang mengatakan kalau dia ingin membunuh seseorang,
biasanya itu hanyalah candaan belaka, tapi Ren merasa kalau Putri tidaklah
bercanda dan dia juga merasa kalau target pembunuhan Putri adalah dirinya.
“Kau sedari tadi hanya mengatakan kalau dirimu cantik
dan tiba-tiba kau mengatakan kalau kau merasa ingin membunuh seseorang... kedua
hal itu tidaklah berhubungan sama sekali!”
“Ini semua adalah kesalahan dirimu! Aku tidak
menyangka ada lelaki yang masih saja tidak mengerti dengan apa yang sedang
kubicarakan!”
“Apa maksudmu lelaki biasanya akan langsung paham
dengan apa yang kau katakan?”
“Tentu saja!”
Ren merasa kalau Putri sedang mengatakan dirinya
adalah orang aneh, tapi Ren juga menyadari kalau dia protes tentang hal itu,
Putri pasti akan langsung membunuhnya. Ini adalah saat-saat berbahaya dimana
dia tidak boleh sampai salah bicara.
“Aku akan bertanya padamu... apa yang akan kau lakukan
jika ada seorang gadis cantik lemah lembut di dekatmu dan kalian hanya berduaan
saja di dalam sebuah ruangan?”
“Aku akan bersemangat!”
“Jawabanmu itu benar-benar membuatku ingin membunuhmu
saat ini juga!”
“Tunggu dulu! Kau yang bertanya duluan dan Aku hanya
menjawabnya dengan jujur! Jadi kenapa kau harus membunuhku!?”
Wanita ini benar-benar berbahaya. Tidak ada sedikitpun
nada bercanda dalam nada suaranya saat ini, yang ada saat ini hanya aura
membunuh yang semakin membesar yang keluar dari tubuhnya.
“Satu pertanyaan lagi... apa yang kau pikir yang akan
mereka lakukan padaku kalau kau tidak muncul saat itu!”
“Maksudmu orang-orang aneh itu? Ummm.... menangkapmu!”
“....!”
“Tunggu! Tunggu! Kenapa tiba-tiba kau mengambil pisau
dan mengarahkannya padaku!? Apakah yang Aku katakan tadi salah!?”
Putri menaruh kembali pisau di tangannya dan kembali
menghadap ke arah Ren dengan wajah sangat serius. Sedangkan Ren langsung
menghembuskan nafas lega saat dirinya melihat Putri menurunkan kembali pisau
dia tadi dia genggam. Sepertinya Putri telah mengurungkan niatnya untuk
membunuh Ren. Kelihatannya nyawa Ren masih diampuni oleh Putri untuk kali ini.
“Jawabanmu memang tak salah, tapi bukan itu jawaban
yang benar!”
Karena Putri terlihat sangat marah, Ren tidak memiliki
apapun untuk dikatakan. Kalau dia mengatakan sesuatu yang salah lagi, Putri
pasti akan benar-benar membunuhnya. Dalam artian yang sebenarnya.
“Aku akan membuatnya menjadi lebih mudah untukmu....
mereka memcoba untuk memperkosaku!”
“Hah!? Kenapa mereka mau melakukan hal itu!?”
“Kalau lelaki normal pasti sudah melakukan hal itu!”
Putri hanya menurunkan bahunya sambil menghela nafas.
Meskipun dia sudah mengatakannya sejelas itu, Ren masih saja nampak tidak begitu
memahaminya. Apakah dia memang hanyalah seorang bocah bodoh yang bahkan tidak
bisa memikirkan hal tersebut di pikirannya.
“Aku bertanya-tanya kenapa orang yang berpenampilan
sepertimu tidak bisa memikirkan hal seperti itu!? Apakah kau sebegitu bodohnya
sampai tidak bisa menyadari hal semacam itu!?”
“Apa yang kau katakan!? Meskipun Aku berpenampilan
seperti ini, Aku masih bisa memikirkan banyak sekali rencana yang tidak dapat
ditebak oleh orang lain dan memiliki kemungkinan berhasil sangat tinggi!”
“Tapi rencanamu itu dipenuhi oleh banyak hal jahat,
sangat sesuai dengan penampilanmu! Sebetulnya apa yang terjadi padamu di masa lalu
hingga membuatmu menjadi lelaki menyedihkan seperti ini?!”
Ren merasa kalau topik pembicaraan ini telah melenceng
dari topik awalnya. Kenapa sekarang mereka bisa membicarakan tentang
penampilannya? Meskipun penampilannya seperti preman, tapi dia tetap yakin
kalau wajahnya masih tampan seperti dulu.
“Ada banyak hal yang terjadi di masa lalu...”
Ren nampaknya tidak ingin melanjutkan topik ini lagi.
Dia sekarang bahkan terlihat tidak akan mengangkat kepalanya lagi, kecuali jika
Putri mengubah topik pembicaraan mereka.
“Aku akan kembali ke topik pembicaraan awal.... kau
sekarang sudah mengerti kalau mereka sedang mencoba memperkosaku, bukan?”
“Ya, tapi itu tidak menjawab kenapa kau membutuhkan
pengawalanku... kalau kau memang takut diperkosa, kenapa kau tidak melaporkan
kasus itu pada polisi, tapi malah mencari pelindungan dari bocah sepertiku?”
“Itu pertanyaan yang mudah... karena mereka bukan
lawan yang bisa dikalahkan begitu saja, meskipun kau telah melaporkannya pada
polisi.”
“Apakah itu berarti mereka sulit untuk ditangkap?”
Putri menganggukan kepalanya membenarkan ucapan Ren.
Mereka memang agak sulit ditangkap oleh polisi.
“Apakah kau tahu tentang Yakuza?”
“Maksudmu kelompok yang mirip dengan mafia yang
berasal dari jepang?”
“Sebetulnya banyak perbedaan antara yakuza dengan
mafia, tapi jawabanmu tidak bisa dikatakan salah.”
“Lalu kau ingin mengatakan kalau kelompok seperti itu
sedang mengincar dirimu?”
“Ya, begitulah...”
Kelompok seperti itu biasanya bisa ditangani kalau
polisi mau bergerak dan meringkus mereka, tapi jika kau tidak memiliki bukti
kalau mereka adalah yakuza, maka kau tidak bisa melaporkannya pada polisi. Ren
merasa kalau Putri saat ini tidak memiliki bukti semacam itu. Melapor tanpa
memiliki bukti sama saja dengan membuat laporan palsu. Kalau seperti itu
kasusnya, maka yang akan ditangkap adalah Putri sendiri.
“Tapi kenapa kau tidak menyewa bodyguard saja, bocah
SMA sepertiku mana mungkin bisa menangani mereka semua sendirian?”
“Apa kau pikir Aku dapat menyewa bodyguard yang bisa
dipercaya di situasi seperti ini? Mereka bisa saja berkerja sama dengan yakuza
itu? Dan apakah kau tahu kalau yakuza juga bisa diperkerjakan sebagai bodyguard?”
Ren baru mengetahui kalau yakuza juga bisa menjadi bodyguard,
sekarang Ren telah benar-benar mengerti kenapa Putri tidak begitu saja menyewa
pengawal, selain dirinya. Tapi hal itu tetap tidak menjawab pertanyaan awalnya.
“Aku sudah menyanyakan ini dari awal, tapi Aku akan
menanyakannya lagi... kenapa kau memilihku sebagai pelindungmu?”
“Karena Aku percaya padamu!”
“Hah!? Apa hanya itu saja!? Kau memilihku hanya karena
kau mempercayaiku!? Tapi kenapa kau bisa mempercayaiku!?”
Ren tidak yakin dengan apa yang sedang dipikirkan oleh
Putri. Kenapa dia bisa percaya pada orang yang baru saja dia temui begitu saja.
“Kenapa kau terkejut seperti itu? Apakah aneh jika Aku
percaya padamu?”
“Itu tidak aneh, sih! Tapi kita baru saja bertemu
kemarin dan kau begitu saja percaya padaku... tidakkah kau berpikir kalau Aku
bisa saja melakukan hal yang mengerikan padamu!?”
“Kalau itu dirimu, Aku akan menyerahkan diriku dengan
suka rela!”
“Hah!? Apa yang kau katakan!? Apa kau sadar dengan
yang kau katakan!? Kau baru saja mengatakan kalau kau mengizinkanku untuk
melakukan apa saja yang Aku mau pada tubuhmu!”
“Itu memang yang sedang Aku bicarakan! Aku senang kau
bisa mengerti dengan cepat, tidak seperti sebelumnya.”
Ren tidak sama sekali tidak mengerti dengan
perkembangan pembicaraan mereka. Kenapa sekarang mereka sedang membicarakan
sesuatu yang mengarah pada sesuatu yang begitu erotis?
“Kita kembali ke topik utama saja! Apakah tidak ada
orang lain yang bisa mengantikan diriku!?”
“Tidak ada yang bisa menggantikanmu di hatiku, Ren!”
Sejujurnya ini adalah pertama kalinya Ren menghadapi
situasi seperti ini, jadi Ren benar-benar tidak tahu apa yang harus dia
lakukan. Ren menyadari sekali lagi betapa kurang berpengalaman dirinya.
“To-tolong jangan bercanda! Candaanmu sama sekali
tidak lucu!”
“Aku sama sekali tidak bercanda, Aku 180o
serius!”
“Tunggu dulu, kalau kau hanya 180o serius,
itu berarti kau hanya setengah serius!”
“Apa yang kau bicarakan? Bukankah 180 itu lebih tinggi
dari 100, jadi Aku jauh lebih serius dari orang biasanya!”
“Itu memang benar, tapi kau menggunakan derajat dan
bukannya persen.... derajat dengan persen itu jauh berbeda!... 180o derajat
itu hanyalah setengah dari lingkaran atau dengan kata lain hanyalah 50%!”
Serius. Ini memang pengalaman pertama Ren menghadapi
situasi seperti ini.
Putri saat ini sedang menunjukan senyum berseri-seri,
sepertinya dia sangat menikmati situasinya saat ini. Sedangkan Ren saat ini
sedang menunjukan wajah kelelahan yang sangat pucat, sepertinya dia akan
meninggal dalam hitungan detik lagi.
“Sepertinya sudah cukup kita membicarakan tentang
alasanku memilihmu sebagai budak— tidak, maksudku pengawalku!”
“Kau barusan mengatakan budak, bukan!? Kau benar-benar
menganggapku sebagai budakmu, bukan!?”
Ren benar-benar kelelahan dengan topik pembicaraan
ini, jadi mengakhiri pembicaraan ini adalah ide yang sangat bagus.
“Bisakah kita mengakhiri pembicaraan kita di sini? Aku
benar-benar tidak kuat melanjutkan topik ini lagi...”
“Kalau begitu, mari sekarang kita membicarakan tentang
masa lalu kita dan kemudian masa depan kita!”
Tapi sayangnya Putri tidak berniat mengakhiri
pembicaraan mereka, dia hanya ingin mengganti topiknya saja.
Sebetulnya Ren tadi ingin membalas kata-kata Putri
mengenai masa depan mereka, tapi saat ini dia tidak lagi memiliki kekuatan yang
tersisa untuk membalas perkataan Putri.
“Kalau begitu, mari kita bicaranya di dalam kamar
saja!”
“Tunggu dulu! Kau masih ingin tidur di kamarku!?”
Entah kenapa Ren bisa mendapatkan kekuatannya lagi
setelah mendengar perkataan Putri barusan. Ren masih ingat dengan jelas,
kejadian dimana mereka berdua tidur di ruangan yang sama seperti baru kemarin
saja, karena kejadian itu memang terjadi kemarin.
Bayangan dirinya yang dibungkus oleh selimut dan
dijadikan guling oleh Putri masih segar di ingatan Ren. Dia hampir mati sesak
nafas gara-gara ulah Putri. Tapi entah bagaimana Ren masih bisa bertahan hidup.
Mungkin insting bertahan hidupnyalah yang membantunya untuk bertahan dari
siksaan Putri, atau mungkin karena Ren jatuh pingsan dan tidak sempat
memikirkan apapun.
“Sudahlah, jangan banyak protes! Ayo kita menikmati
malam kita!”
“Tunggu dulu! Setidaknya dengarkan Aku! Ini masih
belum malam, jadi bisakah kita tunda sebentar!?”
“Tidak bisa... kita akan menunggu malam di kamarmu!”
Ren berusaha sekuat tenaganya untuk menghentikan
Putri, tapi dia tetap tidak bisa menghentikan Putri yang menyeret dirinya.
Bagaimana ini mungkin bisa terjadi, tenaganya kalah dengan tenaga seorang
perempuan.
Ren terus diseret oleh Putri sampai ke kamarnya, lalu
Putri mengunci kamarnya dan melemparkan tubuh Ren ke kasur. Entah kenapa Ren
merasa dirinya seperti orang yang akan menjadi korban pemerkosaan. Ren
benar-benar berpikir kalau posisi di sini benar-benar terbalik. Bukankah
seharusnya dia yang mengunci pintu dan melempar Putri ke kasur.
“Kau tidak akan bisa lari lagi!”
Ren benar-benar merasa dirinya adalah calon korban
pemerkosaan. Ini benar-benar buruk baginya.
Bagaimana kira-kira reaksi teman-temannya, jika mereka
tahu apa yang akan terjadi pada Ren sebentar lagi.
-
“Ren, kau benar-benar sudah melangkah ke
jalan kedewasaan!” {ini pasti komentar dari si Alien}
-
“Ren, kau benar-benar telah melanggar
sumpah kita sebagai lelaki perjaka sejati!” {yang ini pasti komentar dari si
Bocah Anjing}
-
“Ren, kau benar-benar telah
mengkhianatiku... Aku tidak akan memaafkanmu!” {yang ini pasti dari si Gadis
Palu... dia benar-benar mengerikan}
-
“Bugh*... (Jatuh pingsan)” {Si Putri Salju
pasti akan langsung jatuh pingsan}
-
“Ren, apakah diriku tidaklah cukup
untukmu? (dengan mengenakan wajah malu-malu) {Aku benar-benar tidak mengerti
dengan cara berpikir si Pria Cantik}
-
“Ren, Apakah kau melakukannya dengan
semangat!? Kalau kau tidak melakukannya dengan semangat, maka artinya kau tidak
memiliki semangat masa muda! Jadi, Fire!” {Bahkan Aku tidak ingin mengerti
dengan apa yang sedang dibicarakan oleh si Bocah Api}
Entah kenapa reaksi dari teman-teman sekelasnya
benar-benar membuat Ren kesal. Mereka benar-benar adalah teman sekelas paling
mengerikan di dunia. Kenapa tidak ada satu orangpun yang simpatik padanya.
Tapi Ren mencoba untuk berpikir sebaliknya. Dia
mencoba membayangkan orang lain yang berada di posisinya saat ini dan dia yang
berkomentar tentang orang itu.
“Kenapa kau tidak pergi mati saja sana!?”
Ternyata dia sama mengerikannya dengan teman sekelas
mengerikannya. Tidak, dia bahkan jauh lebih mengerikan dari yang lainnya.
Ren mencoba untuk menghilangkan semua pikiran itu dan
menganalisa situasinya saat ini. Pintu yang terkunci, Putri yang berada di
depannya dan menghalangi jalan keluarnya, dirinya yang tergeletak tak berdaya
di atas kasur. Dia benar-benar akan kehilangan keperjakaannya saat ini juga.
“Tenang Putri! Kita harus berpikir jernih, kita masih
terlalu dini untuk melakukan hal ini!”
“Apa yang kau bicarakan? Aku hanya ingin berbicara
denganmu.”
“Eh!?”
Ren sekarang sudah tidak panik lagi. Dia memandang
lurus ke arah Putri dan Putri membalas pandangannya. Muka Ren memerah dan dia
menyembunyikan wajahnya di balik bantal. Ren benar-benar malu, dia sudah berpikiran
yang tidak-tidak.
“Kita hanya bicara? Tidak melakukan apapun lagi?”
“Ren, jadi kau ingin melakukan sesuatu denganku,
kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi saja!?”
“Tidak! Tidak! Aku juga hanya ingin bicara, hanya
bicara saja!”
Ren hampir saja menggali kuburannya sendiri. Ini
benar-benar berbahaya.
“Ren... Apa kau ingin mendengar cerita masa laluku?”
Putri sekarang tidak menggunakan nadanya yang biasa,
tapi nada suara yang terdengar lebih lembut dan entah bagaimana terdengar
sedih. Ren merasa dia juga harus serius, jadi dia menganggukan kepalanya dengan
tenang dan membetulkan kembali posisi duduknya agar dia merasa lebih nyaman
saat mendengarkan cerita Putri.
“Silahkah saja!”
“Apa kau tahu Aku berasal dari mana?”
Ren tidak tahu kenapa Putri menanyakan hal itu, tapi
dia merasa kalau dia harus menjawab pertanyaannya dengan serius. Mungkin
pertanyaan itu memang penting untuk memulai cerita masa lalunya. Kalau dari
namanya saja, dia jelas berasal dari negara yang sama dengan Ren. Tapi kalau
dilihat dari nama keluarganya, dia kemungkinan besar berasal dari luar negeri, kemungkinan
besar dari Eropa.
“Eropa.”
“Hm... Aku memang berasal dari Eropa, lebih tepatnya
Eropa Utara... dan apakah kau tahu legenda yang berasal dari Eropa Utara?”
Karena Putri tidak mengatakan nama negara tempat
asalnya dan Ren juga tidak begitu ingin tahu hal itu, jadi Ren memutuskan untuk
tidak bertanya hal itu dan mencoba menjawab pertanyaan Putri.
Legenda yang berasal dari Eropa utara. Apakah itu
legenda tentang para dewa? Tapi itu tidak ada hubungannya dengan Putri, jadi
kemungkinan legenda yang dimaksud oleh Putri adalah legenda yang berhubungan
dengan manusia.
Legenda yang berhubungan dengan manusia? Manusia
serigala? Tapi apa itu mungkin? Putri tidak mungkin membicarakan tentang
manusia serigala.
“Apakah tentang manusia serigala?”
“Teeetttt.... Kau salah!”
Putri menyilangkan tangannya hingga berbentuk huruf X.
Jadi memang bukan tentang manusia serigala.
Kalau bukan manusia serigala, itu berarti adalah
mahluk yang dekat dengan itu. Ren yakin akan hal itu, karena kalau jawabannya
benar-benar melenceng jauh, Putri mungkin sudah cemberut dan mengatakan
kata-kata penghinaan, tapi dia tidak melakukannya, itu berarti jawaban yang Ren
berikan tadi sudah hampir benar.
Mahluk yang mirip dengan manusia serigala,
frankenstein? Tidak, monster seperti itu jelas tidak mirip dengan Putri sama
sekali. Ren benar-benar tidak bisa menemukan kesamaan antara frankenstein
dengan Putri, kecuali mereka berdua sama-sama monster yang mengerikan. Jadi
jawabanya pasti bukan itu.
Ren memandangi Putri untuk menemukan petunjuk. Dia
memiliki sosok yang sangat ideal, dari ujung kepala sampai ujung kaki, semua
bagian tubuhnya benar-benar bisa membuat para pria jatuh cinta padanya dan gadis
lain iri dengannya. Dengan sosok seperti itu, Ren hanya bisa memikirkan satu
mahluk saja, yaitu Succubus. Putri juga suka menggoda Ren, sama seperti yang
sering Succubus lakukan pada manusia.
“Succubus.”
“Apakah Aku bisa menganggap itu pujian... tapi
meskipun begitu, jawabanmu tetap salah.”
Putri juga mengetahui apa itu Succubus, jadi dia tahu
kalau sosok mahluk itu terkenal akan kecantikan dan keganasannya. Jadi Putri
memang bisa menganggap Ren sedang memuji sosoknya yang mirip dengan Succubus
yang cantik dan menggoda itu, tapi jawaban yang salah tetap jawaban yang salah,
Putri tidak bisa mengatakan benar begitu saja. Ren harus memikirkan kembali
jawabannya.
Ren kemudian kembali memikirkan jawabannya. Kalau
bukan Succubus jawabannya, maka ada satu mahluk lagi yang tiba-tiba melintas di
kepalanya.
“Kalau bukan tentang Succubus, ini pasti tentang
vampir!”
“YA! Ini memang tentang vampir!”
“Yeaaah!’
Ren bersorak senang karena jawabannya benar, tapi
sedetik kemudian dia kembali duduk di posisinya yang semula. Dia hampir
kehilangan dirinya dan melupakan untuk menanyakan hal yang terpenting. Kenapa
Putri mengajukan pertanyaaan seperti itu padanya?
“Lalu ada apa dengan vampir? Menurutku tidak ada hal
yang terlalu istimewa dengan legenda vampir?”
“Jadi... apakah kau tahu legenda yang mengatakan kalau
wanita berambut merah akan berubah menjadi vampir setelah kematiannya?”
“Apa itu? Aku baru mendengar hal itu.”
“Itu hanya legenda atau mitos.... hal itu tidak
benar.”
“Ya, Aku mengerti... itu artinya Aku tidak perlu
memikirkannya dan bisa pergi tidur.”
“Ren, apakah kau ingin tidur selamanya!?”
“Tidak, terima kasih! Aku minta maaf!”
Ren yang tadinya ingin tidur, langsung kembali
terbangun. Dia benar-benar merasa tidak akan terbangun lagi, jika dia tidak
bangun saat itu juga.
“Lalu kenapa kau menceritakan hal tersebut? Kurasa itu
tidak ada kaitannya denganku?”
“Itu memang tak ada kaitannya denganmu, tapi itu
berkaitan denganku... atau lebih tepatnya diriku yang dulu saat berada di Eropa
Utara.”
“Jadi apa? Aku masih belum menangkap apa yang ingin
kau katakan?”
“Kalau kau berpikir sedikit, maka kau akan mengerti...
lihat baik-baik rambut merahku!.... apakah kau pikir rambutku ini tidak ada
kaitannya dengan mitos vampir yang tadi Aku ceritakan?”
Ren memandang rambut Putri dan kemudian memikirkan apa
yang telah Putri katakan sebelumnya. Putri memiliki rambut berwarna merah dan
seseorang yang memiliki rambut merah akan berubah menjadi vampir setelah dia
meninggal. Itu artinya Putri akan berubah menjadi vampir setelah dirinya
meninggal atau dengan kata lain Putri adalah vampir.
“Apa kau ingin berkata kalau dirimu yang dulu sering
dikatai sebagai vampir atau anak vampir dan tidak memiliki teman karena hal tersebut?”
“Tepat! Aku tidak menyangka kalau kau bisa langsung mengerti
dengan apa yang kumaksud hanya dari perkataanku tadi!”
“Aku entah mengapa merasa kalau kau sedang mengataiku
sebagai orang bodoh dari perkataanmu barusan.”
“Aku memang sedang mengataimu sebagai orang bodoh!”
“Sialan!!”
Ren benar-benar ingin memukul Putri. Dia benar-benar
serius ingin memukul kepalanya, tapi Ren merasa kalau dia akan berada di
situasi hidup dan mati, jika dia melakukannya. Ini benar-benar situasi yang
tidak bisa ditangani olehnya.
“Lalu kenapa kalau kau dikatakan sebagai anak vampir!?.....
kalau kau ingin membuatku simpati padamu, sayang sekali, Aku bukanlah orang
yang akan simpati pada seseorang yang hanya mengalami hal seperti itu.”
“Sebetulnya Aku tidak hanya mengalami hal seperti itu,
Aku juga mengalami pelecehan lainnya... seperti gadis-gadis yang ingin memotong
rambutku, lalu para bocah nakal yang melempariku dengan kertas dan mengatakan
sesuatu seperti “Pergi saja kau dasar gadis vampir.” Aku juga sering menemukan
bawang putih di mejaku.... apakah sekarang kau sudah mulai merasa simpati
padaku?”
Wajah melankolis yang ditunjukan oleh Putri membuat
Ren tidak sanggup melihat ke arahnya. Harus Ren akui kalau dia mulai simpati
pada Putri.
“Belum lagi banyak orang yang mengatakan kalau namaku
ini sangat aneh... meskipun banyak orang yang sudah tahu kalau Aku berdarah
campuran, tapi tetap saja banyak yang mengatakan kalau namaku adalah nama
teraneh di dunia.”
Sebelum Ren mengatakan sesuatu, Putri sudah mengatakan
sesuatu yang lain lagi. Ren sangat mengerti dengan perasaan Putri, karena dia
sendiri sering mengalami hal yang sama dengan Putri saat dia masih kecil.
“Namamu tidaklah aneh, menurutku namamu sangat cocok
dengan dirimu...”
“Mungkin semua orang di negeri ini memang akan
mengatakan hal yang sama denganmu, tapi beda lagi jika kita sedang berada di
Eropa... berbeda negara juga berarti berbeda pendapat, kau tidak bisa begitu
saja memaksakan pendapatmu pada orang lain yang tidak kau kenal!”
Apa yang telah dikatakan oleh Putri memang benar, Ren
juga mengakui kalau dia memang benar. Dia tidak bisa memaksakan pendapatnya
begitu saja pada orang lain, apa lagi jika orang itu memang sudah memiliki
pendapat yang bertentangan dengannya dari awal. Ren memang mengerti dengan apa
yang dikatakan oleh Putri, tapi Ren masih saja tidak mengerti kenapa Putri
mengatakan semua itu padanya. Sebetulnya apa yang menjadi alasan dia mengatakan
hal itu. Apakah dia memang murni ingin mengatakan itu, tanpa ada alasan
dibaliknya, atau dia ingin membuat Ren simpati padanya dan mau menolongnya
tanpa protes sedikitpun.
“Lalu apa yang kau inginkan? Aku bukanlah orang baik
yang akan simpati padamu dan menuruti semua keinginanmu!”
“Aku sudah tahu hal itu!”
“Kalau begitu, apa maumu?”
“Menurutmu apa?”
“Kau ingin memanfaatkan kebaikanku!”
“Apa yang kau bicarakan.... Aku sudah tahu sejak awal
kalau kau itu tidak memiliki kebaikan, jadi Aku memang tidak bisa memanfaatkan
kebaikanmu sejak awal!”
Meskipun Ren kesal dengan cara dia mengatakannya, tapi
dia tetap setuju dengan apa yang dikatakan oleh Putri. Dia memang tidak
memiliki kebaikan yang bisa dimanfaatkan oleh orang lain, malah dia yang sering
memanfaatkan kebaikan orang lain, atau lebih tepatnya mengancam mereka.
“Lalu apa? Jangan hanya berputar-putar saja dan
katakan dengan jelas!”
“Alasannya cukup sederhana, Aku hanya ingin lebih
dekat denganmu.”
“Huh?”
“Aku ingin dekat denganmu dengan menceritakan masa
laluku, sebetulnya Aku juga ingin mendengar cerita masa lalumu.”
“Bukankah itu juga berarti kalau kau ingin mengetahui
rahasiaku...”
“Kau bisa mengatakan dengan cara seperti itu juga!”
Dia bahkan tidak menyangkal ucapan Ren. Itu berarti
dia memang ingin mengetahui rahasia Ren dan memanfaatkan hal itu. Ren harus
lebih berhati-hati lagi dan tidak membiarkan Putri mengetahui rahasianya,
terutama yang paling memalukan.
“Ada apa Ren, kenapa kau terlihat ketakutan seperti
itu...?”
Siapa juga yang tidak takut saat ada orang yang ingin
membongkar rahasianya dan memanfaatkan hal itu untuk memerasnya di masa depan.
Ren harus lari dari sini atau membuat Putri menyerah untuk membongkar masa
lalunya.
“Kurasa Aku bisa mengabaikan rasa takutmu, jadi
bisakah kau menceritakan masa lalumu... terutama yang paling memalukan!”
‘Tolong jangan mengabaikan rasa takutku’. Ren
benar-benar ingin berteriak seperti itu, tapi ada juga hal yang ingin dia
teriakan. ‘Kenapa kau harus menegaskan bagian paling memalukannya’. Dia
benar-benar ingin mendengar kisah memalukan Ren. Jadi benar, jika dia ingin
memanfaatkan hal itu untuk memeras Ren.
Apa yang harus dia lakukan? Dia tidak bisa menurut
begitu saja dan menceritakan masa lalunya yang memalukan. Tapi jika dia diam
saja, Ren yakin kalau ada sesuatu yang sangat mengerikan yang sedang menunggunya.
Lalu dia juga tidak bisa melarikan diri dari sini.
Pikirkan Ren. Pikirkan masa lalumu yang tidak
memalukan. Pasti ada salah satu dari masa lalumu yang tidak memalukan.
-
Langsung dijauhi oleh anak-anak saat dia
ingin bermain bersama.
-
Kehilangan uang saat ingin membeli barang
yang sudah sangat lama ditunggu-tunggunya.
-
Selalu menakuti gadis-gadis yang ingin
didekatinya, sehingga dia tidak pernah memiliki pacar.
-
Selalu dihajar dengan palu oleh si Gadis Palu.
-
Pernah dikejar-kejar polisi karena sebuah
kesalahpahaman konyol.
-
Tidak pernah menang dengan cara jujur.
(Itu dikarenakan Ren tidak pernah bermain secara jujur).
-
Sering disalahpahami sebagai Iblis oleh
tetangganya sendiri.
-
Ditinggal sendirian oleh orang tuanya sendiri.
Sepertinya Ren memang tidak pernah mengalami hal yang
baik di masa lalunya. Apakah itu memang nasibnya atau itu karena karma yang
menimpanya? Ren benar-benar tidak bisa memastikan mana yang benar.
Pikirkan lagi, Ren harus memikirkan lagi masa lalunya,
pasti ada satu hal dari masa lalunya yang bisa membuat orang lain menangis saat
mendengar masa lalunya. Bukan karena kasihan, tapi karena terharu.
“Ada apa Ren? Apakah kau tidak ingin menceritakan masa
lalumu, setelah kau mendengar masa lalu orang lain?!”
‘Bukankah kau sendiri yang ingin Aku menceritakannya’.
Ren benar-benar ingin meneriakan itu pada Putri, tapi dia tahu itu tidaklah
berguna. Lebih baik sekarang dia memikirkan sebuah cerita yang tidak akan
membuat Putri menertawakannya.
“Hmmm.... saat Aku melihat wajahmu, Aku jadi menyadari
sesuatu.... Ren, apakah semua masa lalumu berisi kenanganmu yang memalukan?”
Perkataan Putri benar-benar telah menusuk jantung Ren,
dia mengatakan hal yang sangat tepat dengan yang Ren pikirkan saat ini. Masa
lalunya memang hanya berisi kenangan yang memalukan. Ren serasa ingin menangis
saat dia mengetahui kenyataan kejam itu.
“Aku tidak akan keberatan, meskipun kau menceritakan
masa lalumu yang memalukan itu!”
“Tapi Aku yang keberatan di sini!”
Ren sebetulnya ingin menghindari topik ini, tapi
sepertinya dia tidak akan bisa lolos begitu saja. Ren sebetulnya tidak ingin
menceritakan ini. Menceritakan tentang kisah saat kedua orang tuanya
meninggalkan dirinya sendirian di rumah ini.
“Aku sebetulnya tidak ingin mengatakan ini, tapi
sepertinya hanya ini yang bisa membuatmu puas.... apakah kau tahu kenapa Aku
bisa sendirian di sini, di rumah yang saat ini kutinggali sendirian?”
“Karena kau ditinggalkan oleh kedua orang tuamu!”
Jawaban yang diberikan oleh Putri benar-benar tepat
sasaran dan hal itu jugalah yang membuat Ren benar-benar ingin menangis saat
ini. Apakah masa lalunya memang bisa ditebak semudah itu atau justru Putri yang
memang sangat pintar hingga dia bisa menebak masa lalu Ren?
“Itu benar... Aku memang ditinggalkan oleh kedua orang
tuaku... tapi apakah kau tahu hal apa yang membuat mereka meninggalkanku?”
Ren berhasil menahan tangisnya dan berusaha untuk
menyudutkan Putri dengan pertanyaan barunya, kalau Putri tidak bisa menjawab
pertanyaan yang ini, maka Ren pasti bisa mengendalikan perasaan Putri.
“Hmmm... orang tuamu sering bertengkar, lalu mereka
bercerai... dan akhirnya mereka meninggalkan dirimu.”
Kenapa dia bisa menebak hal itu. Ren mulai
bertanya-tanya kalau Putri sebetulnya memiliki kemampuan membaca pikiran.
“Kau benar-benar menakutkan...”
Karena telah menyaksikan kemampuan Putri dengan mata
kepalanya sendiri, Ren secara tidak sadar telah mengatakan hal tersebut.
“Bukankah di saat seperti ini kau seharusnya
mengatakan bahwa Aku sangat menganggumkan!”
‘Tidak, kalau untukmu kata menakutkan adalah hal yang
paling pantas.’
Ren menggumamkan hal itu dalam pikirannya. Karena
kalau sampai Putri mendengar hal tersebut, Ren bisa berada di dalam situasi
hidup dan mati.
Ren menghela nafas, sebelum akhirnya dia kembali
membuka mulutnya.
“Meskipun Aku tidak bisa mengatakan kalau orang tuaku
meninggalkanku bukan karena percerain mereka, tapi Aku ditinggalkan bukan saat
kedua orang tuaku bercerai... tapi saat mereka akan menikah dengan orang lain.”
“Hah!? Apa maksudmu!?”
Sepertinya dugaan Ren salah, ternyata Putri tidak
memiliki kemampuan membaca pikiran, buktinya dia saat ini sedang menunjukan
wajah yang sangat terkejut. Tapi hal itu terjadi hanya dalam beberapa detik
saja, karena setelah beberapa detik kemudian Putri membuka mulutnya lagi.
“Tolong jangan katakan padaku..... jangan-jangan
mereka meninggalkanmu, karena calon pengantin mereka takut saat mereka melihat
wajahmu!”
“KENAPA KAU BISA MENGETAHUI HAL ITU!?”
Ren benar-benar tak habis pikir, kenapa bisa Putri menebak
sesuatu yang sangat menyedihkan seperti itu. Bahkan saat ini Ren sudah tidak
bisa menahan air matanya lagi. Dia benar-benar menangis.
“Sudahlah Ren, kau tidak perlu menangis!... terkadang
memang ada orang tua bodoh yang tega menelantarkan anak mereka sendiri, karena
alasan yang bodoh.”
Bahkan Putri sampai tidak tega saat dia melihat air
mata keluar dari mata Ren. Dia benar-benar tidak menyangka kalau sesuatu
seperti itu bisa membuatnya menangis.
Meskipun Ren memiliki wajah yang menyeramkan, tapi dia
tetap hanya manusia biasa. Ada beberapa hal yang dapat membuatnya menangis.
Putri entah mengapa jadi tidak tega melanjutkan topik
ini. Putri sebetulnya tahu kalau yang membuat Ren menangis bukanlah karena
perlakuan orang tuanya padanya, tapi karena nasibnya yang selalu nampak sangat
menyedihkan. Bahkan kisah masa lalunya hanya dapat membuat orang lain menangis
karena kasihan, bukan karena terharu.
Setelah menghapus air mata menyedihkannya, Ren kembali
melanjutkan ceritanya. Meskipun sebenarnya dia tidak ingin melanjutkannya.
“Setelah kedua orang tuaku bercerai, Aku tinggal
bersama dengan Ibuku.... tapi beberapa minggu kemudian Ibuku bertemu dengan
pria tampan dan ingin menikah dengannya!”
“Kau tidak perlu memaksakan dirimu untuk melanjutkan
ceritamu, Ren!.... lagi pula Aku juga sudah mengetahui kelanjutan dari kisahmu,
jadi kau bisa berhenti sekarang!”
Putri benar-benar ingin Ren berhenti sebelum air mata
Ren kembali menetes. Meskipun dia biasanya sangat kejam pada Ren, tapi dia juga
tidak tega saat dia melihat Ren menangis menyedihkan seperti tadi. Sedangkan di
sisi lain, Ren benar-benar merasa kalau dirinya akan segera menangis saat dia
dikasihani oleh Putri. Terkadang rasa kasihan sangat menyakitkan untuk
seseorang.
“Tidak apa... kau hanya perlu mendengarkannya saja...”
Ren mengatakan itu sambil menahan air matanya. Dia
benar-benar telah berjuang sangat keras.
“Baiklah...”
Karena melihat tekad Ren, Putri mau tidak mau hanya
bisa mengangguk. Sepertinya Ren sudah siap menanggung kesedihannya sendiri.
“Baik, Aku lanjutkan... Aku kemudian diperkenalkan
pada pria itu, tapi pria itu langsung ketakutan begitu dia melihat wajahku...
dia bahkan tidak ingin datang ke rumah Ibuku lagi, jika Aku masih tinggal di
sana.”
Putri tahu kalau kisah ini sangat memalukan bagi Ren,
tapi meski begitu Putri tidak tega memanfaatkan kisah ini untuk mengancam Ren.
Dia bisa saja membuat Ren menangis darah kalau dia sampai melakukan hal itu.
“Lalu Ibuku menyuruhku untuk tinggal bersama Ayahku,
karena dia tidak ingin gagal lagi dalam membina hubungan dengan seseorang...”
Ren tetap melanjutkan ceritanya tanpa menunggu respon
dari Putri. Mungkin itu karena dia ingin cepat-cepat mengakhiri cerita
meyedihkannya.
“Tapi saat Aku tinggal bersama dengan Ayahku, Ayahku
tiba-tiba saja mendapatkan pacar baru... hanya untuk perberitahuan saja, tapi
sebelum kedatanganku dia telah memiliki seorang pacar, tapi sayangnya tepat
sehari sebelum kedatanganku dia putus dengan pacarnya...”
“Jadi Ayahmu tidak memiliki keberuntungan dengan
wanita...”
Ren tidak dapat menyangkal hal tersebut. Dia mau tidak
mau harus mengakui fakta tersebut, meski itu sangat memalukan bagi Ayahnya.
“... sama sepertimu!”
Ren sama sekali tidak bisa setuju dengan hal itu. Ayahnya
selalu saja gagal dalam menjalin hubungan baik dengan pacarnya dalam jangka
panjang, tentu saja kecuali dengan Ibu Ren. Tapi berbeda dengan Ayahnya, Ren
tidak pernah mengalami yang namanya sakit hati karena diputuskan oleh pacar.
Ren tidak pernah sakit hati dan Ayahnya selalu sakit
hati, jadi Ren jauh lebih baik dari Ayahnya.
Tapi harus diakui kalau Ayah Ren memiliki banyak
mantan pacar, tidak seperti Ren yang tidak pernah memiliki pacar seumur
hidupnya. Jadi dalam jumlah mantan pacar, Ayah Ren jauh lebih unggul darinya.
TAPI memiliki banyak mantan pacar bukan berarti hal
yang bagus. Jadi Ayah Ren memang tidak lebih baik dari Ren sendiri.
“Aku akui jika Ayahku memang tidak memiliki
keberuntungan sedikitpun dengan wanita, tapi itu bukan berarti Aku juga
mewarisi nasib yang sama dengan Ayahku!”
“Tenang saja, Aku mengerti! Aku sudah tahu kalau kau
memang tidak pernah memiliki pacar sebelumnya, tidak seperti Ayahmu!”
“Enak saja! Siapa bilang Aku tidak pernah memiliki pacar!
Asal kau tahu saja, Aku itu memiliki banyak mantan pacar yang sangat cantik,
bahkan melebihi dirimu... tapi sayangnya mereka semua tidak cocok denganku,
jadi Aku memutuskan mereka semua!”
Meskipun Ren memang tidak pernah memiliki pacar, tapi
dia tetap tidak ingin mengakui hal tersebut. Bisa hancur harga dirinya yang
sudah rendah itu, jika banyak orang yang tahu kalau dirinya tidak pernah
mempunyai pacar sebelumnya. (Tapi Ren, bukankah harga diri rendahmu itu memang
sudah hancur sejak lama).
“Ren, sebetulnya Aku senang jika kau memujiku cantik,
tapi kau lebih baik tidak usah berbohong seperti itu... Aku sudah tahu dengan
baik kalau kau memang tak pernah memiliki pacar, kecuali dalam mimpimu.... jadi
kau tidak perlu menipu seperti itu, karena itu hanya akan memperjelas betapa
menyedihkannya dirimu yang sebenarnya!”
Ren merasa harga dirinya telah dihancurkan oleh
perkataan Putri tadi. Dia tidak bisa lagi berbohong, dia harus mengakui kalau
dirinya memang tidak pernah memiliki pacar seumur hidupnya. Jadi Ren menganggukan
kepalanya dengan sedih.
“Aku mengerti... Aku mengakui kalau Aku memang tidak
pernah mempunyai pacar seumur hidupku.”
Ren mengakuinya dengan jujur, meski sebenarnya
perasaannya sangat sakit saat dia mengakuinya. Tapi mengakui kebenaran dengan
jujur adalah salah satu sifat lelaki jantan, jadi Ren bisa berbangga dengan
itu. (atau mungkin tidak).
“Baiklah... sekarang Aku akan melanjutkan ceritamu!”
Putri mengatakan itu sebelum Ren dapat melanjutkan
ceritanya. Dia ingin menggantikan Ren bercerita, karena dia sudah tahu apa yang
mungkin akan terjadi.
“Pacar baru Ayahmu pasti ketakutan, karena melihat
wajahmu dan meminta Ayahmu untuk menyuruhmu pindah dari rumahnya... lalu Ayahmu
mengusirmu dan menyuruhmu untuk tinggal di rumah ini. Aku benar, kan?”
Ren menganggukan kepalanya. Dia mengakui kalau cerita
yang dikatakan oleh Putri memang adalah kenyataan dalam hidupnya.
“Lalu tak berapa lama setelah kau pindah ke sini,
pacar Ayahmu pasti memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Ayahmu. Aku benar
lagi, kan?”
Sekali lagi Ren mengakui harus kalau Ayahnya memang
sangat tidak beruntung dengan wanita. Ayah yang sangat menyedihkan. Bahkan
seorang Ren merasa kasihan pada Ayahnya, karena mengalami nasib yang sangat tragis.
Tapi dengan ini cerita tentang masa lalunya telah
berakhir, jadi Ren tidak perlu menderita lagi, setidaknya untuk saat ini.
“Sekarang Aku ingin tidur... jadi kumohon padamu,
tolong jangan ganggu tidurku!”
Karena Ren terlihat sangat menyedihkan, Putri tidak
mengatakan apapun, dia hanya membiarkan Ren masuk ke dalam selimutnya dan pergi
ke alam mimpi. Dia akan mengabulkan permohonan Ren dengan patuh.
Dia tidak lagi memiliki keinginan untuk menggoda Ren
malam ini, jadi dia akan menunda keinginannya itu untuk besok pagi.
Setelah memastikan Ren sudah tertidur nyenyak, Putri
keluar dari kamar Ren dan menutup pintu kamarnya dengan pelan agar tidak
membangunkan Ren.
“Selamat malam!”
Sebelum benar-benar menutup pintu kamar Ren, Putri tak
lupa untuk mengucapkan selamat malam pada lelaki yang mirip dengan Iblis itu.
Sebelumnya | ToC | Selanjutnya