Melindungi Tuan Putri bersama Orang-orang Aneh di Kelas yang Aneh dari Serangan Yakuza - Bab 4

Guru yang tak memiliki hawa keberadaan adalah sebuah bencana yang tak disadari.


Setelah bel tanda pergantian pelajaran berdering. Seorang pria tua kurus yang memakai jas dan juga kacamata berjalan masuk ke dalam kelas F.

“Selamat siang anak-anak!”

Kata pria tersebut, yang bernama Hadi Adisakti, mencoba menyapa para muridnya.

“......!”

Tapi hanya keheningan saja yang menanggapinya, para muridnya sibuk dengan jam tangan mereka masing-masing. Mereka tampak sangat serius saat mereka memandangi jam tangan mereka di tangan mereka (Tapi ada juga yang sibuk memandangi jam tangan orang yang berada di sebelahnya, karena dia tidak memiliki jam tangan). Karena para muridnya tidak menganggapi sapaannya, Pak Hadi mengulangi salamnya.

“Selamat siang ana—“

“Sudah sepuluh menit berlalu, berarti guru itu telat!.... Saatnya kita mengerjainya sebagai hukuman karena terlambat!”

Teriak Ren memotong ucapan Pak Hadi.

“Anu, Ren.... sebetulnya Bapak di sini!”

Pak Hadi mencoba untuk menjelaskan kalau dia sudah berada di sini, tapi sayangnya tidak ada yang mendengarkan ucapannya. Mereka seperti tidak menyadari keberadaannya atau kenyataannya memang begitu, mereka benar-benar tidak menyadari keberadaan guru di depan kelas mereka.

“Ayo semuanya!! Kita persiapkan jebakan kita!”

“Ayoooo!!”

Teriakan bersemangat dari para siswa yang lainnya membahana di seluruh kelas. Mereka tampak sangat bersemangat untuk menjahili guru mereka. Sedangkan para siswinya hanya diam saja, mereka tak berniat menghentikan ataupun membantu para siswa.

OPERASI MEMASANG JEBAKAN UNTUK GURU YANG TELAT :

DIMULAI!

“Bocah Api dan Bocah Anjing! Kalian pergi mengambil ember dan mengisinya dengan air sampai penuh!”

“Siap!”

“Fire!”

Perintah Ren langsung ditanggapi oleh Bran dan juga Raya dengan semangat, mereka berduapun berlari ke arah pintu keluar dan menabrak Pak Hadi yang berdiri di depan pintu masuk, Pak Hadi-pun terlempar keluar kelas tanpa disadari oleh siapapun di dalam kelas.

“Alien cepat kunyah permen karet sebanyak mungkin dan tempelkan di bangku guru!”

“Tapi, Iblis... Aku tidak punya permen karet!”

“Apa!? Kalau begitu Pria Cantik cepat beli permen karet di kantin!”

“Siap!”

Kata Soni, kemudian dia menengadahkan tangannya ke arah Ren. Ren yang melihatnya hanya menaikan alisnya tanda tidak mengerti.

“Apa?”

“Mana uang untuk membeli permen karet!”

Ren menganggukan kepalanya tanda mengerti, kemudian dia dengan seenaknya menunjuk seseorang yang tengah duduk di bangkunya.

“Kalau begitu minta saja sama Wanita Palu di sana! Diakan bendahara di kelas ini!”

“Baik!”

Sonipun menganggukan kepalanya dan kemudian dia berjalan ke arah Grace yang sedang memangku dagunya di tangannya.

“APA?!”

Setelah melihat Soni mendekatinya, Grace langsung melototinya dan tangannya sudah siap di pegangan palu raksasanya.

Soni yang ketakutan buru-buru menggelengkan kepalanya secepat mungkin.

“Tidak ada! Aku hanya mau bilang kalau Aku akan membeli permen karet itu dengan uangku sendiri!”

Kemudian Soni berlari secepat kilat keluar kelas. Pak Hadi yang mau masuk kembali ke dalam kelas, sekali lagi ditambrak oleh muridnya dan kembali terpental keluar kelas.

“Si Mesum! Apa kau membawa lem super kuat milikmu?”

“Selalu siap sedia!”

Kemudian Doni melemparkan kaleng berisi lem super kuat miliknya ke arah Ren yang berada di depan kelas dan dengan sukses ditangkap oleh Ren.

“Berhasil!”

Ren membuat pose kemenangan setelah dia berhasil menangkap kaleng tersebut.

“Sebetulnya kau mau melakukan apa dengan lem tersebut?”

Putri yang sedari tadi diam saja melihat aksi teman-teman barunya akhirnya bertanya juga. Dia cukup heran dengan teman-teman barunya, kenapa mereka sangat bersemangat mengerjai guru yang terlambat? Apa mereka tak takut dihukum atau diceramahi, karena aksi mereka?

“Kau lihat saja!”

Kemudian Ren merobet secarik kertas dari buku catatan Soni yang sedang membeli permen karet. Dia kemudian menuangkan lem super kuat ke atas kertas tersebut dan menaruh kertas tersebut di dekat meja guru.

“hu... Anak-anak.... Auuwww!”

Pak Hadi yang sedang berjalan ke arah kelas, tertabrak dari belakang dan kemudian tubuhnya terinjak-injak oleh tiga siswa yang berlari di belakangannya.

“““Misi selesai!”””

Teriak tiga siswa tersebut (Bran, Raya, dan Soni) bersamaan. Bran dan Raya menunjukan ember berisi air mereka, sedangkan Soni menunjukan permen berbagai rasa yang baru saja dibelinya di kantin. Mereka tidak menyadari keberadaan Pak Hadi yang berada tepat di bawah kaki mereka.

“Bagus! Sekarang Bocah Anjing dan Bocah Api, pasang perangkap ember air itu! Sedangkan Alien dan Pria Cantik, bantu Aku mengunyah permen karet ini, lalu memasangkannya di tempat duduk guru!”

““SIAP!!””

“Fire!”

Kemudian Bran dan Raya menutup pintu kelas dengan menyisahkan sedikit ruang terbuka untuk nantinya menaruh ember di atas pintu tersebut, lalu Bran naik di salah satu meja dan menaruh dengan sangat hati-hati ember yang dipegangnya agar tidak jatuh ke lantai.

Sedangkan Ren, Soni, dan Alian sedang sibuk mengunyah permen karet mereka masing-masing, setelah rasa manis dari permen karet tersebut menghilang, mereka bertiga langsung menempelkan permen karet mereka di bangku guru.

“Dengan ini perangkap selesai dipasang!.... semuanya kembali ke tempat duduk masing-masing, pura-puralah sibuk dengan buku kalian... sedangkan Komandan Gadungan akan terus mengawasi keadaan di luar kelas, jika ada guru yang datang ke kelas tolong beri tahu Aku!”

“Siap Ketua Iblis!”

Ren menahan dirinya untuk tidak memukul Haryono karena memanggilnya Ketua Iblis dan memilih untuk kembali ke tempat duduknya sendiri.

“Kenapa kalian selalu melakukan ini saat pelajaran... sekarang pelajaran siapa, ya? Kenapa Aku tidak ingat pelajaran siapa saat ini?’

Grace yang awalnya sedang menggerutu saat melihat tingkah Ren dan kawan-kawan, tapi di tengah kalimat dia malah menjadi bingung sendiri. Karena dia tidak bisa mengingat pelajaran siapa saat ini. Dia mengacak-ngacak rambutnya sendiri karena tidak berhasil mengingat nama gurunya yang mengajar saat ini.

STATUS OPERASI MEMASANG JEBAKAN UNTUK GURU YANG TELAT :

SELESAI

“Apakah akan baik-baik saja, jika kalian melakukan hal ini?”

Putri yang duduk di samping Ren bertanya dengan penasaran, Ren langsung memberi Putri senyum meremehkan.

“Apa yang kau katakan? Ini bukanlah masalah, karena.....”

“Karena?”

“Karena orang yang melanggar peraturan wajib dihukum!”

Putri memandang Ren dengan wajah tercengang, karena Ren memasang wajah yang terlihat sangat bangga saat dirinya mengatakan hal itu. Tapi setelah beberapa detik Putri malah memasang sebuah senyuman di wajahnya.

“Kau benar-benar orang yang menarik!”

Ren pura-pura tidak mendengar apa yang dikatakan Putri tadi mengenai dirinya dan fokus pada perangkap yang dia dan anak buahnya pasang tadi.

Haryono yang duduk di bangku barisan paling depan, sedang mengunakan teropong di tangannya untuk melihat perangkap yang barusan dipasang oleh pasukan Ren.

Dan saat dia melihat ke arah pintu yang tepat berada di depannya, pintu itu terbuka dan ember yang berisi air di atasnya tumpah dan mengenai seseorang yang membuka pintu tersebut.

Byurrr

“Eeee... anak-anak, kenapa kalian  menaruh ember berisi air di atas pintu?”

Mata Haryono melotot saat dia melihat hal tersebut.

“Gawat Ketua Iblis! Pintu tiba-tiba saja terbuka dan jebakan yang kita pasang tadi tidak mengenai sasarannya. Jebakan pertama gagal!”

Teriak Haryono sangat kencang di walkie talkie-nya. Ren yang berada di barisan paling belakang bisa mendengar suaranya dengan sangat jelas, bahkan tanpa walkie talkie.

“Tenang saja, masih ada jebakan selanjutnya! Jangan menyerah!”

Teriak Ren yang saat ini tidak menggenggam walkie-talkie-nya, karena walkie talkie-nya sekarang berada tepat di telinga Flan yang mengakibatkan si pemilik julukan Beruang Hibernasi itu terbangun, karena kaget mendengar suara Haryono yang sangat kencang tepat di telinganya.

“Sail! Kenapa kalian sangat berisik?”

Gerutunya tanpa ada satu orangpun di kelas itu yang memperhatikannya. Semuanya sekarang sedang terpaku pada jebakan yang dipasang oleh Ren dan anak buahnya.

Pak Hadi yang bajunya sudah basah oleh air yang berasal dari ulah Ren dan anak buahnya, meremas-remas bajunya agar lebih cepat kering, setelah dirasa cukup kering Pak Hadi berjalan menuju meja guru, dia tak menyadari keberadaan kertas yang ditaruh Ren tadi dan menginjaknya.

“Apa ini?”

Katanya sambil melihat ke arah kakinya yang telah menginjak kertas yang diberi lem oleh Ren dan sekarang menempel di telapak sepatunya.

“Gawaaaatttttttt! Jebakan kedua gagaaaalllll!!! Kertas yang ditaruh Ren terbawa angin!”

“Tenang saja masih ada jebakan terakhir!”

Pak hadi mencoba melepaskan kertas yang menempel di sepatunya, jadi dia duduk di kursi guru tanpa melihatnya terlebih dahulu untuk mempermudahnya melepaskan kertas yang menempel di sepatunya.

Setelah kertas itu terlepas dari sepatunya, Pak Hadi mencoba berdiri untuk menyapa anak muridnya sekali lagi, tapi saat dia akan bangun, dia menyadari ada yang aneh dengan bagian pantatnya dan saat dia melihat pantatnya, dia melihat pantatnya yang telah terkena jebakan permen karet yang menempel di kursi.

Pak Hadi mencoba melepaskannya dengan menahan kursinya di tanah dan menarik tubuhnya ke atas, tapi dia terpeleset dan jatuh mengenai lantai, kertas yang tadi di buangnya begitu saja, sekarang mengenai kepalanya dan menempel di rambutnya.

“Ada apa ini!? Kenapa tiba-tiba bangku itu jatuh sendiri!?”

“Ini pasti karena Ren! Karena wajah menyeramkannya telah mengundang pasukan hantu untuk datang ke kelas ini dan mengagalkan semua jebakan kita!”

“Apa maksudmu, Alien? Kalau hantu itu memang ada di kelas ini, pasti mereka membantu kita dengan jebakan kita! Karena seharusnya hantu membantu orang untuk berbuat kejahatan!”

“Jadi maksudmu yang mengagalkan semua ini adalah malaikat!”

“Mungkin mereka datang ke kelas ini karena ingin melihat wajah tampanku dan mengagalkan jebakan kita, karena tidak ingin Aku yang tampan dan suci ini berbuat dosa!”

“Itu sangat tidak mungkin, Bocah Anjing! Kau selalu berbuat dosa dengan menyalin perkerjaan rumah orang lain!”

“Diam kau, Ketua Iblis! Kau juga sering menyalin perkerjaan rumah orang lain, kan?!”

“Tapi tidak sebanyak kau!”

“Sudahlah kalian berdua! Sekarang jebakan yang kalian semua pasang telah gagal, jadi apa yang akan kalian lakukan?”

Grace menghentikan pertingkaian kecil antara Ren dan Bran. Ren kemudian menundukan kepalanya berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Grace tadi.

“Kalau sudah begini, mau bagaimana lagi....”

Kemudian Ren berdiri dari kursinya dan memandang ke arah seluruh kelas.

“Karena sekarang jebakan yang kita pasang telah gagal, dan Aku yakin guru yang mengajar pelajaran kali ini tidak akan datang....... Aku perintahkan kalian untuk.... melakukan apapun yang kalian suka!”

“HORAAAAYYYY!!!”

Teriakan kesenangan mengakhiri pidato Ren yang tidak penting tadi. Mereka semua kemudian melakukan aktivitas mereka masing-masing.

“Hei Ren! Aku ingin menanyakan sesuatu!”

“Apa itu, Tuan Putri Manja yang Banyak Maunya?”

“Kau bisa memanggilku hanya dengan Putri! Aku hanya ingin bertanya, kenapa kalian ditempatkan di kelas ini dan kenapa kalian tidak takut dihukum karena mengerjai guru?”

“Kami sama sekali tidak mengerjai guru tadi! Kami hanya menghukum orang yang melanggar peraturan!”

Ren menjelaskan hal tersebut dengan nada bangga dan berwibawa, tapi sayangnya karena isi perkataannya yang aneh, malah membuat nada bangga dan berwibawa yang digunakan Ren hanya terdengar seperti nada bercanda yang tidak berguna, padahal Ren sangat serius saat dia mengatakan hal tersebut.

“Hukum di kelas ini adalah menghukum atau dihukum! Itulah yang kami pegang teguh selama ini. Jadi kami tidak melakukan kesalahan apapun!”

“... lalu, kenapa kalian ditempatkan di kelas ini?”

“Kalau masalah itu....”

Ren melihat ke arah teman-temannya dengan wajah kurang yakin. Dia tidak yakin harus mengatakan apa untuk menjawab pertanyaan Putri.

“Tenanglah anak-anak! Sekarang Bapak akan menjelaskan tentang manfaat...”

“MAJALAH DEWASAAAAA!!”

“Ada apa Doni? Kau berisik sekali! Aku jadi tidak bisa tidur!”

“Majalah dewasaku menghilang! Dimana kau, sayangkuuu!”

“Sebetulnya dari mana kau mendapatkannya? Dasar lelaki mesum!”

“Itu rahasia perusahaan! Gadis dada rata sepertimu tidak usah tahu!”

“APA KATAMUUUU!!!”

Braakkk!

“Kasihan sekali dia... betul, kan Shiroku. Kau benar-benar anjing yang manis!”

“Anjing dibilang manis! Manisan juga wajahku!”

“Ya, tapi sayangnya kau bukan seorang gadis!”

“Aku tidak peduli dengan gadis berwajah manis! Yang Aku pedulikan hanyalah gadis yang dipenuh oleh semangat, sama seperti diriku. Fire!!”

““Aku tidak bertanya tentang seleramu!!””

Ren kembali melihat ke arah Putri setelah dia memperhartikan tingkah teman-temannya yang mulai menggila.

“Kau bisa berpikir sendiri jawabannya, bukan!?”

“Karena kalian semua adalah orang aneh!”

Bruk.

 Ren terjatuh dari kursinya karena jawaban Putri yang tepat pada sasaran. Entah kenapa perasaan Ren terasa sangat tersakiti saat dia mendengar jawaban langsung dari Putri.

“Seharusnya kau tidak perlu terlalu berterus terang!”

“Begitukah, lalu ada satu hal lainnya yang ingin kutanyakan kepadamu. Bagaimana dengan mata pelajaran di kelas ini? Kepala sekolah mengatakan kalau pelajaran di kelas ini sangat mengasikan!”

“Pelajaran di kelas ini sama sekali tidak menyenangkan! Kelas ini hanya diajar oleh guru-guru aneh saja!”

“Apa maksudmu?”

“Kelas ini sama sekali tidak memiliki mata pelajaran yang tetap, kelas ini hanya memiliki 6 guru yang mengajar dan mereka bebas mengajarkan apa saja yang mereka ingin ajarkan!”

“Aku semakin bingung dengan jawabanmu!”

“Intinya adalah hanya ada 6 orang guru saja yang mau mengajar di kelas ini dan mereka akan secara bergantian mengajar kami sesuai jadwal, dan mereka akan mengajarkan apa saja yang mereka ingin ajarkan... sebagai contoh Pak Botak tadi yang mengajar di sini, dia bebas ingin mengajarkan kami tentang apa saja, baik itu kebijkansaan ataupun kejahatan!”

“Begitukah, kelas ini memang sangat menarik!”

“Kelas ini sama sekali tidak menarik! Lagi pula bagaimana bisa kau masuk ke kelas ini?”

“Sebetulnya Aku dilarang masuk ke kelas ini oleh guru-guru yang lain, karena kata mereka kelas ini sangat berbahaya!”

“Jadi bahkan gurupun menganggap kalau kelas ini memang berbahaya!”

“Karena Aku yang bersih keras ingin satu kelas denganmu, akhirnya Aku dibawa ke ruang kepala sekolah untuk menemui kepala sekola, lalu di sana kami banyak sekali membicarakan tentang dirimu....”

“Tunggu dulu! Apa yang Nenek Tua itu bicarakan tentangku?”

“Banyak hal, seperti bagaimana lucunya tingkahmu atau berbagai macam hal aneh yang sering kau lakukan, selain dirimu, dia juga menceritakan tentang teman-temanmu di kelas ini. Dia mengatakan kalau kelas ini sangat menarik!”

“Jelaskan lebih spesifik lagi!”

“Aku sudah berjanji untuk tidak membeberkan terlalu banyak tentang apa yang kami bicarakan di sana!”

“Aku tidak peduli dengan janjimu, cepat katakan saja! Apa yang nenek sialan itu katakan tentangku?!”

“Ra-ha-sia...”

“Apa-apaan itu! Lalu kenapa kau bisa masuk ke sini? Apa kiteria aneh yang membuatmu bisa masuk ke kelas ini?”

“Aku hanya mengatakan kalau Aku adalah pacarmu! Itu saja dan dia dengan sangat yakin memasukanku ke kelas ini!”

“Apa-apaan ituuu! Apa itu maksudnya dengan menjadi pacarku, kau sudah dapat menjadi orang aneh!? Apa itu berarti yang suka padaku hanyalah orang aneh!? Apakah itu berarti Aku juga adalah orang aneh!?”

“Kurasa memang begitu!”

“Apa kau benar-benar sadar, kalau kau tadi berkata seolah-olah kau menerima kalau dirimu adalah orang aneh!”

“Ya, Aku memang orang aneh! Karena Aku bisa tergila-gila padamu!”

“Arghghagraagraggahahhaggrrag!”

“Ada apa Ren? Bahasamu mulai aneh!”

“Bisakah kau berhenti berbohong, Aku tidak suka dibohongi!”

“Tapi bukankah kau suka berbohong?”

“Berbohong dan dibohongi adalah dua hal yang sangat berbeda!”

“Saat kau berbohong, kau harus siap dibohongi!”

Ren jatuh lemas di bangkunya. Perutnya yang lapar ditambah dia yang tidak bisa membalas perkataan Putri benar-benar telah membuatnya sangat lemas dan tidak bisa bergerak sedikitpun dari tempat duduknya.

“Aku juga ingin bertanya tentang struktur pengurusan kelas di kelas ini? Apa kau bisa menjelaskannya padaku?”

Ren benar-benar tidak ingin menjawabnya, tapi tetap saja dia terpaksa menjawabnya karena melihat wajah Putri yang menyeramkan saat dia bertanya. Wajah tersenyum dengan aura menakutkan yang keluar dari tubuhnya.

“Ketua kelas di sini adalah si Komandan Gadungan yang berada di sebelah sana!”

Kata Ren sambil menunjuk Haryono yang sedang bermain dengan senjata mainannya.

“Lalu sang wakil adalah Si Alien yang sedang menikmati hadiah yang dia dapatkan dari para penggemarnya!”

Lalu Ren menunjuk dengan wajah kesal ke arah saingan seumur hidupnya, yang dengan wajah bahagia sedang menikamti hadiah dari salah satu penggemarnya.

“Lalu, kau bisa lihat gadis yang membawa palu di sebelah sana, dialah sang sekretaris!”

Ren sekarang menunjuk ke arah Grace yang sedang mencoba mengusir Maso yang sedang mencoba memeluk dirinya, tapi berakhir dengan Maso yang harus kembali menerima hantaman palu dari Grace.

“Lalu gadis yang dikatakan berasal dari negeri salju yang entah berada di mana, sang Princess Snow atau Putri Salju, dialah bendahara di kelas ini!”

Sekarang arah telunjuk Ren mengarah ke arah Liliana, dan wajah Liliana langsung berubah menjadi merah cerah begitu dia menyadari kalau Ren sedang melihat ke arahnya. Lalu beberapa detik kemudian kepalanya telah terkulai di atas mejanya.

“Kenapa mata, rambut dan bahkan kulitnya berwarna putih semua, apakah dia albino atau semacamnya?”

Putri bertanya sambil memiringkan kepalanya. Dia belum pernah melihat orang yang memiliki seluruh tubuhnya berwarna putih.

“Entahlah Aku tidak tahu mengenai hal itu, tapi yang jelas dia adalah gadis tercantik di sekolah ini, setidaknya itulah hasil survei yang kami adakan beberapa hari yang lalu!”

“Kalian mengadakan survei juga?”

“Ada seorang Nenek Sihir yang memaksa kami mengadakan survei tersebut, tapi begitu dia mengetahui hasil surveinya dia langsung ingin bunuh diri!”

Catatan yang harus diperhatikan : yang menyuruh Ren dan kawan-kawannya mengadakan Survei adalah seorang guru yang tadi sempat diperkenalkan sekejap saat operasi pencarian informasi siswi baru. Dia adalah seorang wanita lajang yang belum pernah memiliki kekasih selama hidupnya. Dia merasa sangat depresi begitu mengetahui hasil survei yang diberikan Ren dan kawan-kawan, karena tidak ada satupun orang yang memilihnya sebagai gadis tercantik di sekolah ini. Bagaimanapun dia adalah seorang gadis meskipun usianya yang sudah lebih dari 30 tahun.

“Hei, kelas lain sedang melalukan pelajaran olah raga!”

Suara Bran membuat suasana kelas yang sedang ramai dan tidak teratur menjadi memanas dengan aura mesum.

Para siswa langsung berkumpul di depan jendela, mereka langsung berebut melihat ke arah lapangan yang saat ini dipenuhi oleh siswi yang sedang melakukan peregangan. Para siswa tersebut melihat dengan seksama gerakan mereka semua. Sedangkan para siswi hanya melihat mereka dengan pandangan tajam.

“Hei, Doni! Kalau kau membawa teropong atau semacamnya cepat keluarkan, Aku ingin melihat lekukan tubuh mereka dengan lebih jelas!”

“Aku selalu membawa benda-benda ini di manapun dan kapanpun!”

“Jadi kau sudah mengeluarkannya, kalau begitu bagi-bagi denganku! Jangan hanya dinikmati sendiri saja!”

“Tidak mau!”

“Kalau kau meminjamkannya padaku, akan kuberikan kau foto Shirona yang sedang mandi!”

“Aku tidak suka foto anjing saat mandi!”

“Tapi, Shirona adalah seorang gadis manis, kau tahu!”

“Aku tetap tidak mau, meskipun dia betina!”

“Yos, melihat mereka yang sedang bersemangat, Akupun ikut bersemangat! Aku akan ikut berolahraga bersama mereka. Fire!”

“““JANGAN LAKUKAN HAL ITU!!”””

“Eh? Kenapa?”

“Karena kau hanya akan merusak pemandangan!”

“Kenapa denganmu, Soni? Bukankah seharusnya kau tidak tertarik dengan anak perempuan? Dan kenapa juga Aku akan merusak pemandangan? Fire!”

“Asal kau tahu saja, Aku bisa bertindak sebagai laki-laki ataupun perempuan tergantung dari situasi yang sedang Aku hadapi!”

“Jadi kau memang hermaphrodite!”

“Kurasa dia sejenis siput!”

“Diamlah kau Alien, Bocah Anjing!”

Meskipun di sana para siswa sedang bersemangat mengintip pelajaran olah raga kelas lain, tapi Ren tidak ada di antara mereka, karena saat ini dia sedang memegangi perut yang benar-benar sedang keroncongan.

“Ada apa Ren? Apa kau sedang kelaparan?”

Putri yang memperhartikan kalau Ren sedang lemas dan terus menerus memegangi perutnya bertanya dengan nada yang dibuat-buat khawatir. Dia sudah tahu kalau Ren belum sarapan tadi pagi.

“Kalau kau sudah tahu, kenapa kau harus bertanya?!”

“Itu gawat sekali.... kalau kau begitu kelaparannya... kau bisa.... ‘memakanku’!”

Bruukk. Duk!

Ren langsung terjatuh dari bangkunya sekali lagi sambil memegangi hidung yang mungkin saja akan mengeluarkan darah mimisan jika dia melepasnya. Dia benar-benar tidak menyangka kalau gadis itu bisa mengatakan hal yang seperti itu.

Tapi bukan hanya Ren saja yang mendengar hal tersebut, melainkan semua siswa-siswi yang berada di kelas F ikut mendengar apa yang dikatakan Putri.

“Ren coba jelaskan apa yang dikatakan olehnya tadi!”

“Benar, Ren! Apa kau benar-benar telah mengkhianati persatuan lelaki perjaka kita!?”

“Aku tidak ingat kalau Aku pernah masuk ke dalam persatuan seperti itu! Dasar Bocah Anjing!”

“Ren, Aku tahu kau sudah mulai menapaki jalan kedewasaan, tapi Aku tidak menyangka kau akan melangkah sejauh itu...”

“Apa maksudmu mengatakan itu, Alien! Asal kau tahu saja, Aku masih perjaka tulen!”

“Kasihan sekali!”

“Diam! Kau juga masih perjaka, bukan!? Padahal wajahmu tampan dan banyak gadis yang menyukaimu, tapi kau masih saja perjaka... kurasa kau benar-benar payah!”

“Apa maksudmu?! Aku tidak payah sedikitpun!”

“Itu benar, dia tidak payah... karena dia sebentar lagi akan menyusulmu!”

“Benar sekali, Aku akan membantunya untuk menyusulmu!”

“Itu benar sekali... sebentar lagi kau tidak akan bisa menyusulnya lagi!”

“Tunggu dulu, Nana, Nini, Nunu.... Apa yang akan kalian lakukan? Kenapa kalian memeganggiku sangat kuat? Kenapa kalian mencoba melepaskan bajuku? Tunggu, tungu, tungguuuuuuu!!”

Teriakan Alian menjadi awal dari usahanya untuk lepas dari jeratan tiga bersaudara yang tidak terkait darah itu. Sementara Ren hanya melihatnya saja tanpa berniat sedikitpun untuk membantunya, karena dia memiliki masalah lain yang harus diurus.

“Kenapa kau mengatakan kalau Aku boleh memakanmu, memangnya dagingmu itu enak dimakan?”

“Jangan berpura-pura bodoh seperti itu, Aku tahu kalau kau mengerti dengan apa yang kumaksudkan...”

Ekspresi menggoda milik Putri benar-benar telah menyulut api kemarahan Ren. Dia sama sekali tak tergoda, malah sebaliknya, Ren justru terlihat seperti ingin menghajar habis-habisan gadis di depannya, dalam arti yang sebenarnya.

“Ayolah Ren, tidakkah kau ingin memakanku... bukankah binatang buas seharusnya selalu rakus dan ingin memakan segala sesuatu yang ada di depannya!”

“Siapa juga yang binatang buas, Aku sama sekali bukan binatang buas... kalau bicara soal binatang, kau harus menunjuk ke Bocah Anjing di sana... dia adalah binatang buas yang sebenarnya. Jadi kalau kau mau dimakan, kau bisa minta kepadanya!”

Bran yang tiba-tiba terseret masuk ke dalam percakapan mereka langsung menunjukan wajah mesum. Dia terlihat sangat menunggu-nunggu jawaban dari Putri. Siapa tahu kalau Putri juga mau dimakan olehnya. Putri kemudian melihat ke lelaki yang ditunjuk oleh Ren, tapi setelah beberapa detik, Putri kembali menatap Ren.

“Kembali ke topik utama, kenapa kau tidak mau memakanku?’

“Tunggu dulu... ekspresimu mengatakan kalau kau sama sekali tidak tertarik padaku, tidak justru kau malah terlihat tidak ingin melihat ke arahku lagi!”

“Ren jawab!”

“Tunggu, jangan mengabaikanku! Kalau kau mengabaikanku, kau justru terlihat seperti tidak mau mengakui keberadaanku.... Ren, tolong katakan sesuatu!”

“Lebih baik kau menghilang saja!”

“Kau sama sekali tidak menolong!”

Kalau boleh jujur, Ren lebih suka kalau orang itu menghilang saja. Sementara Putri, dia memang tidak ingin mengakui keberadaannya. Dia tidak mau sampai dimakan oleh seseorang seperti lelaki itu.

“Kalau Aku memakanku, Aku tidak akan kenyang.... saat ini Aku ingin sesuatu yang bisa membuat perutku terisi!”

“Kalau begitu, kau bisa memakanku juga!”

“Jangankan memakanmu, menyentuhmu saja Aku tidak mau.”

“Ren, kau menyakiti hatiku... hiks.”

“Diamlah!”

“Kalau begitu, Aku saja... kalau kau memang mau, Aku bisa menggantikannya!”

“Hah!? Apa yang kau katakan, memangnya kau memiliki daging lebih yang bisa kumakan... kalau Aku memakanmu, bisa-bisa kau tidak memiliki daging apapun.... Waaaa! Tu-tunggu dulu... Waaaaa!”

Sebelum Ren sempat mengatakan hal lainnya, Grace telah mengayunkan palunya. Meskipun Ren dapat mengelak dari serangan yang pertama, tapi Ren tidak dapat mengelak untuk kedua kalinya. Jadilah Ren kembali merasakan hantaman kuat palu Grace.

“Kalau dia pingsan begitu, kurasa dia tidak akan bisa memakanku....”

Dari pada khawatir tentang keadaan Ren saat ini, Putri malah lebih khawatir tentang Ren yang tidak bisa ‘memakan’nya.

“Hei, Aku tahu kalau kau itu murid baru.... tapi kenapa kau sangat ingin dimakan oleh mahluk di sana itu.”

Setelah meletakkan palu raksasanya, Grace bertanya pada Putri. Dia heran kenapa murid baru seperti Putri bisa begitu dekat dengan Ren? Sebetulnya ada hubungan apa di antara mereka?

“Tentu saja Aku khawatir.... karena tadi pagi dia hanya minum air, tanpa memakan masakan buatanku sedikitpun!”

“Tunggu, tadi apa yang kau katakan?”

Mungkin Grace salah dengar. Dia seperti mengdengar kalau gadis di depannya itu mengatakan kalau dia memasak untuk Ren tadi pagi. Dia pasti salah dengar! Dia pasti salah dengar!

“Tentu saja, Aku khawatir.... karena tadi pagi dia hanya minum air, tanpa memakan masakan buatanku sedikitpun!”

Tapi sayangnya dia tidak salah dengar, gadis di depannya benar-benar mengatakan hal yang sama persis seperti yang sebelumnya.

“Tu-tunggu... Kenapa kau bisa memasak untuknya!?... Kenapa kau bisa memasak untuknya?”

“Kau tidak perlu menanyakannya dua kali.... kenapa Aku bisa memasak untuknya, ya?... hmmm... apakah ada yang salah jika Aku memasak?... apalagi jika untuk orang yang kucintai?”

“Tidak, kurasa itu tidak salah sama sekali, tapi... yang kutanyakan adalah kenapa kau bisa memasak untuknya tadi pagi?... ini masih wajar jika kau memasak makan malam, tapi memasak untuk pagi hari.... kau setidaknya harus bangun pagi, lalu datang ke rumahnya dan memasak di rumahnya, jika kau ingin memasak sarapan untuknya... kenapa kau mau melakukan hal merepotkan seperti itu?”

“Itu pertanyaan yang sangat panjang, tapi Aku tetap akan menjawabnya.... alasan pertama, itu tidak merepotkan sama sekali, karena Aku tinggal satu rumah dengannya; alasan kedua, karena Ren sangat sulit dibangunkan, jadi Aku memang terpaksa memasak untuknya; alasan ketiga, karena Aku ingin membuatnya terkesan dengan kemampuan memasakku. Apakah itu cukup untuk menjawab pertanyaanmu?”

Grace mengulang kembali jawaban Putri di dalam pikirannya. Pertama dia mengatakan kalau mereka tinggal satu rumah, kedua dia mengatakan kalau Ren susah bangun pagi (Kalau ini Grace sudah tahu sejak lama), ketiga dia mengatakan kalau dia membuat Ren terkesan. Kesimpulannya : Gadis di depannya telah menikah dengan Ren.

“Tunggu dulu, Ren! Sejak kapan kau menikah dengannya?!”

“Tenanglah! Aku masih bisa menjelasakannya, jadi kau tidak perlu mengangkat palumu setinggi itu!”

Ren panik menghentikan Grace yang akan menyerangnya sekali lagi. Dia tidak mau sampai dia terkena tiga serangan palu raksasa dalam satu hari. Bisa-bisa kepalanya akan hancur suatu hari nanti. Setidaknya dia berharap kalau saat ini kepalanya tidak akan hancur.

“Baiklah, Aku akan memberikanmu waktu 3 detik untuk menjelaskannya!”

“Mana mungkin Aku bisa menjelaskannya dalam waktu tiga detik!”

“Waktumu sudah habis! Bersiaplah, Ren!”

“Tunggu dulu!”                

Ren dengan panik menghindari setiap serangan Grace, tapi Grace tidak kalah gesit. Meskipun palu yang dipegang Grace sangat besar, tapi Grace mampu mengayunkannya dengan sangat mudah. Tapi berbeda dengan Grace, Ren justru terlihat sangat kesusahan menghindari setiap serangan Grace.

“Ha ha ha... kau benar-benar sangat menarik, Ren!”

“Apanya yang menarik dari ini!?”

Sementara Ren yang sedang mencoba menyelamatkan dirinya, Pak Hadi yang berada di depan kelas mencoba untuk membuat para anak muridnya tenang.

“Anu... anak-anak bisakah kalian tenang, kalau kalian tidak tenang.... Aku akan memanggil kepala sekolah...”

Entah karena kelas ini yang terlalu berisik atau suara Pak Hadi yang terlalu pelan, tapi yang jelas, para murid kelas F ini tidak ada yang mendengarkannya. Mereka masih sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

“Kalau begitu... Aku tidak punya pilihan...”

Pak Hadi kemudian mengeluarkan telepon genggamnya yang telah ketinggalan jaman dan menekan nomor telepon kepala sekolah.

“Halo... siapa ini?”

Suara dari seberang telepon dapat didengar dari telepon genggam yang berada di tangan Pak Hadi.

“Ini Pak Hadi Adisakti.”

“Adisakti? Siapa itu?”

“Itu Aku!”

“Ya, maksudku... siapa kau sebenarnya? Apakah kau orang tua dari salah satu muridku di kelas F? Tapi setahuku Aku tidak mempunyai murid yang bernama Adisakti di kelas itu, jadi siapa kau?”

Pak Hadi benar-benar ingin menangis saat mendengar hal tersebut. Kenapa bisa kepala sekolahnya juga ikut-ikutan melupakan dirinya? Padahal dia yang menyuruhnya mengajar di kelas ini.

“Aku guru yang mengajar di kelas F!”

Setelah dia memberitahukan hal ini, kepala sekolah tua itu mulai teringat sesuatu. Dia menepuk pelan telapak yangan kirinya dengan tangan kanannya yang terkepal. Dia sekarang ingat siapa Adisakti itu.

“Oh, sekarang Aku ingat! Jadi kau, ya... Lalu dimana kau sekarang? Aku saat ini sedang melihat keadaan kelas yang sedang kacau melalui CCTV, tapi Aku tidak dapat melihatmu.... Kenapa kau tidak ada di kelas itu? Seharusnya ini adalah waktunya kau mengajar, bukan?”

“Sebetulnya Aku ada di depan kelas, dekat dengan papan tulis... Apakah kamera CCTV tidak dapat menangkap gambar di daerah dimana Aku berdiri sekarang?”

“Jangan bicara sembarang! Aku telah memasang CCTV di berbagai sudut kelas F, agar Aku bisa melihat dengan seksama aksi para bocah itu dari berbagai sudut... jadi tidak mungkin ada titik buta di kelas itu!”

“Kalau begitu, seharusnya kau dapat melihatku, bukan?”

“Tidak, Aku tidak dapat melihatmu! Sebetulnya kau berada dimana?... Aku tidak suka dibohongi, jadi cepat katakan saja dimana kau berada?.... Kalau kau bolos mengajar dengan alasan yang tidak masuk akal, Aku tidak akan segan-segan untuk memecatmu!”

“Aku berada di dalam kelas.”

“Jangan bohong!”

Air mata terus keluar dengan deras dan semakin deras dari kedua mata Pak Hadi. Dia benar-benar tak menyangka kalau menghubungi kepala sekolahnya adalah keputusan yang terburuk. Sekarang profesinya sebagai guru terancam dipecat.

Tepat setelah Pak Hadi mematikan teleponya, suara bel berdering dengan sangat nyaring dan diikuti sorakan gembira dari para murid.

“Baiklah anak-anak, bereskan peralatan kalian sebelum kita menyudahi...”

Tapi sebelum Pak Hadi dapat menyelesaikan perkataannya, para anak muridnya telah berlari keluar dari kelas, terutama Ren yang sedang mencoba menyelamatkan nyawanya dari Grace yang masih saja mengayunkan palu raksasanya pada Ren. Dia benar-benar berlari dengan kecepatan penuh.

Sekarang hanya tersisa Pak Hadi sendirian di dalam Kelas.  Dia hanya bisa menatap kosong ke arah kelas yang telah sepi.

“Apakah tidak ada satu orangpun di dunia ini yang dapat merasakan keberadaanku....?”

Gumaman lirih keluar dari mulut Pak Hadi, lalu diikuti dengan lelehan air matanya. Pak Hadi yang kasihan.




Sebelumnya | ToC | Selanjutnya

Contact Form

Name

Email *

Message *