Murid pindahan dengan seorang guru yang (Sok) bijak adalah kombinasi dari sebuah bencana.
Kruuukkk...
Perut Ren berbunyi kelaparan, hal ini terjadi karena
dia tidak sempat sarapan (Karena dia ingin menghindari Putri secepatnya), dan
yang paling sialnya adalah dia juga melupakan uang jajannya, jadilah di istirahat
siang ini Ren harus menahan rasa lapar
Ren menampakan wajah kesalnya. Ren tidak kesal karena
kelaparannya, tapi lebih kepada teman-temannya yang sedang enak-enaknya makan
di depan Ren, malah ada yang menggoda Ren yang sedang kelaparan.
“Kalau Ren mau, Aku mau kok membagi bekal makananku!”
Tiba-tiba suara feminim datang dari arah belakang Ren.
Kemudian Ren dengan wajah bahagia berbalik ke belakang dan wajahnya langsung
berubah kembali menjadi wajah suram begitu dia mengetahui siapa yang
memangilnya.
“Ada apa? Apa Ren mau Aku suapi saja atau
jangan-jangan Ren mau memakan Aku? Ih, Ren nakal deh...”
Kata orang tersebut dengan pipi yang memerah, kedua tangannya
memegangi pipinya dan membuat bekal yang berada di tangannya terjatuh dan
isinya berhamburan di tanah.
“Siaaalllll bekaaalkuuuuuuu!”
Teriaknya dengan suara lelaki dewasa, dan itu juga membuat
Ren makin kesal. Kalau saja Ren masih mempunyai cukup tenaga untuk menghajarnya,
sudah pasti dia akan menghajarnya tanpa belas kasihan.
‘Siapa juga yang mau memakanmu Soni... meskipun kau
memiliki rambut panjang yang indah dan halus, mata yang lentik, bibir yang
menggoda, juga kulit putih yang lembut dan halus!.... Beda ceritanya kalau kau
memang seorang perempuan sungguhan, kalau kau perempuan Aku akan dengan senang
hati akan memakanmu!’
Batin Ren yang semula masih memasang wajah suram yang
kemudian berubah menjadi wajah mesumnya yang mengerikan.
Sedangkan Soni yang tadi sempat mengeluarkan suara
Lelaki dewasa-nya, sekarang sedang menangisi isi bekalnya yang berhamburan di
tanah.
“Kenapa hidup ini begitu kejam padamu, wahai bekalku!?”
Ren mengalihkan pandangannya menjauh dari pemandangan
menyedihkan tersebut, dia menatap seorang temannya yang lain. Salah seorang
yang telah membuat hari Ren yang awalnya sudah sangat suram, menjadi sangat
suram. Ren berharap kalau orang itu bisa lenyap dari dunia ini sekarang juga.
Merasakan tatapan dari Ren, orang yang ditatap Ren
tersebut langsung menatap balik Ren dengan pandangan sinis.
“Meskipun kau menangis sambil bersujud-sujud di bawah
kakiku sekalipun, Aku tidak akan memberikanmu sedikitpun makananku!”
Kata pemuda yang dikelilingi oleh binatang
peliharaannya yang sedang makan bersamanya, kemudian pemuda tersebut menyendok
makanan dalam kaleng yang ada di genggamannya dan memasukannya ke dalam
mulutnya.
“SIAPA JUGA YANG MAU MAKAN MAKANAN ANJINGMUUU, BOCAH
ANJING SIALAN!!”
Bran yang diteriaki oleh Ren seperti itu hanya
memasang wajah mengasihani pada Ren, sedangkan Ren sendiri yang melihat
ekspresi wajah Bran tersebut hanya bisa memasang wajah kesal.
‘Pasti dia akan mengatakan hal aneh lagi!’ duga Ren
dalam hatinya.
“Begitulah pikiran orang yang tidak tahu apa-apa, asal
kau tahu makanan Anjing itu sangat bergizi... makanan anjing juga bisa membuat
anjing bersemangat, belum lagi makanan anjing instan bisa langsung dimakan
begitu kalengnya dibuka! Tidakkah kau pikir makanan anjing itu begitu
menakjubkan!”
‘Tentu saja makanan anjing bergizi, bagaimanapun semua
makanan memang mengandung gizi... dan mengapa anjing bisa bersemangat setelah
makan itu, itu karena energinya telah terisi kembali setelah makan, tidak
peduli makanannya apa, Anjing tetap akan bersemangat setelah makan.... dan yang
terakhir kenapa makanan anjing bisa langsung dimakan setelah dibuka, alasannya
sangat mudah, karena makanan anjing memang tak perlu dimasak!’
Itulah isi pikiran Ren setelah dia mendengar ocehan
dari Bran, tapi tampaknya ocehan Bran masih belum selesai.
“Kau tahu profesi penyicip makanan anjing juga sangat
populer belakangan ini dan juga diberi gaji yang tinggi, dan Aku juga bertekad
akan menjadi penyicip makanan anjing dan akan menjadi penyicip makanan anjing
terbaik di seluruh dunia, kemudian Aku juga akan menjadi orang terkaya di dunia!”
Setelah Bran menyelesaikan ocehannya yang panjang,
tiba-tiba Ren serasa melihat latar belakang Bran berubah menjadi tebing tinggi
dan ombak yang mengulung-gulung, bahkan anjing-anjing Bran juga menggonggong
seolah-olah mereka mendukung majikan mereka tersebut.
‘Aku akui semangatmu memang luar biasa, dan Aku juga
tahu belakang ini profesi tersebut cukup digemari oleh sebagian orang, tapi kau
tidak akan menjadi orang terkaya di dunia hanya karena menjadi penyicip makanan
anjing, kurasa setidaknya kau harus punya pabrik pembuatan makanan anjing yang
terkenal dan sukses sebelum kau ingin menjadi orang terkaya di dunia.’
Sekali lagi Ren membatin setelah mendengar ocehan
terakhir Bran. Ren berharap kalau orang itu akan berhenti mengoceh, karena
bisa-bisa bukan hanya perutnya yang sakit tapi kepalanya juga akan menjadi
sakit, karena mendengar ocehannya.
Ren mengalihkan sekali lagi pandangannya dari mahluk
penyuka anjing tersebut ke arah mahluk lainnya, dan dia melihat pemandangnya
yang sangat menghangatkan tubuh, tidak malah memanaskan tubuhnya.
“Yo, Ren. Kalau kau kelaparan, kau bisa mengalihkan
perhatianmu dengan melakukan push up sepertiku! Fire!”
Dengan badan yang seakan-akan terbakar oleh api
semangat si Bocah Api, Raya, melakukan push up dengan semangatnya.
‘Kalau Aku melakukan push up sepertimu yang ada Aku
malah akan jatuh pingsan!’ Ren sekali lagi mengalihkan pandangannya dari
pemandangan yang memanaskan itu.
Sekarang yang masuk ke dalam pandangan Ren adalah
seorang pemuda yang bersandar pada dinding bangunan kelasnya yang bercat putih,
angin menghembuskan perlahan helaian rambut pemuda tersebut. Pemuda tersebut
sedang mengerakan sendoknya perlahan ke arah mulutnya dan memakan bekal makan
siangnya dengan tenang, di sampingnya bertumpuk puluhan, tidak, tapi ratusan
bungkusan hadiah yang dia dapatkan dari para pengemarnya.
Pemuda itu menatap ke arah Ren yang sedari tadi
menatap dirinya, sebetulnya Ren hanya menatap ke arah hadiah yang diterima oleh
pemuda tersebut dan merencankan bagaimana dia bisa mencuri setidaknya satu buah
hadiah dari tumpukan hadiah tersebut, tapi karena hadiah tersebut ada di sampingnya,
jadi seolah-olah Ren menatap pemuda tersebut.
“Ada apa Ren? Apa kau akhirnya menyadari kalau Aku
jauh lebih tampan, pintar, keren dan juga kuat dibandingkan dirimu!”
Ren harus mengakui kalau dia memang lebih tampan dan
keren dari dirinya, tapi seingat Ren, pemuda tersebut pernah menangis hanya
karena tertusuk duri, sekitar 15 tahun yang lalu, jadi Ren tidak terima kalau
dia bilang kalau pemuda itu lebih kuat dari dirinya.
Tapi bukankah 15 tahun lalu pemuda tersebut masih
berumur sekitar 1 tahun, jadi bukankah sudah wajar kalau bayi yang baru berumur
segitu menangis karena tertusuk duri, tapi yang menjadi pertanyaannya adalah
kenapa Ren bisa mengingat kejadian itu, padahal seharusnya dia juga baru
berumur 1 tahun kala itu. Sepertinya hanya Ren dan tuhan yang tahu jawabannya.
“Hei! Apa kau tadi lihat? Ada seorang siswi cantik
baru masuk ke sekolah ini!”
“Iya, Aku lihat! Dia memang cantik sekali!”
Semua pandangan Ren dan yang lain langsung beralih ke arah
obrolan dua orang siswa yang kebetulan lewat saat mereka mengatakan ‘Siswi
cantik baru’. Telinga mereka menajam mendengar hal tersebut, Soni yang
sebelumnya sedang menangisi bekalnya yang tumpah akibat perbuatannya sendiri
juga berhenti dan mendengarkan percakapan mereka.
“Benar, belum lagi dadanya yang besar!”
‘Dada yang besaaarrr!’ batin Ren dan yang lainnya saat
mendengar percakapan mereka.
“Ditambah lagi pantat yang seksi!”
‘Pantat yang seksiiii!’ batin Ren dan yang lainnya lagi
saat mereka mendengar kelanjutan dari percakapan mereka, ditambah dengan darah
mulai muncul dari lubang hidung mereka.
“Pinggul yang ramping.”
‘Pinggul yang rampiiinggg!’ masih sama Ren dan yang
lainnya tetap membantin secara bersamaan, dan darah dari hidung mereka sudah mulai
menetes ke lantai.
Setelah mendengar pembicaraan kedua siswa itu, Ren
langsung menghadap ke arah teman-temannya.
“Berbaris!” perintahnya kepada teman-teman sekelasnya.
Kemudian teman-temannya berbaris mematuhi perintah dari Ren. Lalu Ren memberikan
komandonya pada para pasukannya yang sudah berbaris sangat rapi di depannya.
“Bocah Api, kau cepat cari si Mesum dan suruh dia
dapatkan informasi tentang si murid pindahan tersebut!”
“Fire!”
Rayapun berlari
dengan sangat cepat untuk mencari sosok yang diperintahkan Ren. Kalau soal
lari, sepertinya tidak akan ada yang bisa menandinginya di kelas F.
“Pria Cantik dan Bocah Anjing, cepat kalian cari
Masocist dan buat dia menjadi perisai kalau terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan saat operasi dimulai!”
“Siap!”
“Guk! guk!”
Soni dan Bran kemudian pergi mencari sosok yang
diperintahkan, seperti Raya sebelumnya.
“Dan Alien! Tugasmu adalah membaur dengan para gadis
dan pantau situasi di tempat operasi akan berlangsung!”
“Siap Iblis!”
Perempatan muncul di kening Ren, tapi sebelum Ren bisa
membalas perkataan Alian tadi, sosok Alian sudah menghilang entah ke mana.
Sepertinya dia kabur untuk menghindari amukan Ren. Ren bersumpah dalam hatinya,
kalau dia akan membalas perkataan Alian berkali-kali lipat, jika mereka bertemu
lagi.
Setelah menenangkan dirinya, Ren kemudian juga
beranjak dari tempatnya, dia menghampiri tas Doni dan membuka isinya tanpa
seijin pemiliknya dan mengambil sebuah alat dari tas tersebut.
Setelah semua orang mengerjakan tugas awal yang
diberikan oleh Ren, Ren berkumpul kembali dengan teman-teman sekelasnya. Ren
kemudian menghubungi Alian menggunakan smartphonenya.
“Hei, Alien! Dimana kau sekarang? Kenapa kau tiba-tiba
hilang begitu saja?”
“Bukankah kau sendiri yang menyuruhku untuk mengawasi
keadaan di tempat operasi! Sekarang Aku sudah berada di sana!”
Ren benar-benar lupa tentang tugas yang diberikannya
karena emosinya yang sempat meluap-luap tadi.
“B-baiklah kalau begitu! Bagaimana keadaan di sana?”
Ren segera mengganti topik pembicaraan untuk menutupi
rasa malunya, karena melupakan tugas yang dia berikan sendiri pada Alian.
“Si murid pindahan sekarang berada di ruang kepala
sekolah!... sepertinya dia dipanggil ke ruang kepala sekolah karena tadi dia
sedikit membuat keributan di ruang guru!”
“Baiklah, laporan diterima!”
Kemudian Ren menghadap para anak buahnya, selama
operasi ini berlangsung Ren akan menganggap mereka semua adalah anak buahnya
dan bukan lagi teman sekelasnya.
“Baiklah dengarkan Aku baik-baik! Si Mesum, kau
kutugaskan untuk mencari informasi tentang siswi pindahan itu, ingat baik-baik
kau adalah kunci kesuksesan dalam operasi kita kali ini!”
“Siap!”
Doni menganggukan kepalanya sambil memberikan hormat
kepada Ren, kemudian menyerahkan Walkie-talkie (alat yang tadi Ren ambil dari
tas Doni) kepada Doni sang pemilik walkie-talkie tersebut.
“Bocah Api dan Masocist, kalian berdua akan menjadi
pelindung Si Mesum! Bocah Api, kau kutugaskan untuk mengawasi keadaan sekitar,
jika kau melihat Pak Gorila lewat dan memergoki kalian, langsung peringatkan Si
Mesum dan kau bawalah Si Mesum melarikan diri! Dan kau Masocist, kau akan
menjadi perisai mereka, kau harus menghalangi jalan Pak Golira, kalau kau
bertemu dengannya! Apa kalian mengerti!?”
““Siap, kami mengerti!””
Raya dan Maso memberi hormat kepada Ren dan menjawab
bersamaan. Mereka benar-benar patuh dengan tugas aneh yang diberikan pada
mereka.
“Sedangkan tugas Bocah Anjing dan Pria Cantik adalah
melidungiku, jika kalian melihat seseorang yang akan menjadi ancaman dalam
operasi kita segera peringatkan Aku! Kalian mengerti!?”
“Mengerti!”
“Kalau untuk Ren apapun Aku mau!”
Bran menjawab dengan tegas, sedangkan Soni menjawab
dengan pipi yang merona, sedangkan langsung Ren menjauh beberapa langkah dari
Soni.
“Kalau semua sudah siap, Operation...!”
Ren mengangkat tangan kanannya lurus ke atas
kepalanya, kemudian dia menurunkan tangannya.
“START!”
OPERASI
PECARIAN INFORMASI SISWI BARU :
DIMULAI!
Ren saat ini sedang berdiri di belakang sebuah tiang
untuk mengamati Doni yang sedang melakukan tugasnya. Dia bersembunyi agar tidak
terlihat oleh siapapun dan membuat operasi yang tengah berlangsung ini ketahuan
oleh pihak yang dapat menggagalkan operasinya. Padahal para siswa dan siswi
yang lalu-lalang di tempatnya bersembunyi bisa melihatnya dengan sangat jelas.
Sedangkan Bran dan Soni sedang berjaga di dekatnya,
mereka juga sedang bersembunyi, hanya saja mereka bersembunyi di semak-semak
dan juga di balik tong sampah, yang lagi-lagi dapat dilihat oleh siswa-siswi
yang lalu lalang di sana.
‘Sebetulnya apa yang sedang mereka lakukan?’ itulah
pikiran siswa-siswi yang melihat tingkah mereka.
“Mesum, bagaimana keadaan di sana?”
Ren bertanya dengan menggunakan walkie-talkienya. Tak
berapa lama terdengar balasan dari walkie-talkie tersebut.
“Si Mesum kepada Iblis! Aku sudah sampai di tempat
siswi pindahan itu berada! Laporan selesai!”
Sebetulnya Ren ingin protes karena dipanggil Iblis,
tapi dia tidak ingin mengacaukan misi ini. Padahal dia sendiri memanggil orang
mesum seenaknya, tapi dia malah tidak suka dipanggil iblis.
“Bagus! Pantau terus situasi di sana dan segera
dapatkan informasi tentang siswi tersebut!” Ren memberikan perintah layaknya pemimpin
pasukan khusus, padahal dia cuma ingin mencari tahu informasi tentang siswi
pindahan tersebut. Siapa tahu kalau siswi pindahan itu bisa dijadikan pacarnya.
“Mengerti!”
Ren mengarahkan pandangannya kepada dua temannya, Bran
yang bersembunyi di dekat tong sampah dan Soni yang bersembunyi di balik
semak-semak.
‘Kenapa mereka sembunyi di sana!? Apa mereka tidak
menyadari kalau tempat persembunyian mereka tidak aman dan mereka terlihat
jelas, bahkan olehku!’ batin Ren yang tidak menyadari kalau tempat persembunyiannya
sendiri juga tidak aman.
“Ketua Iblis! Keadaan daruraaaattt! Pak Gorila sudah
mendeteksi keberadaan kami! Aku tadi sudah mengirim Masocist, tapi sekarang apa
yang harus Aku lakukan?!”
Suara yang berasal dari walkie-talkie yang berada di tangan
Ren mengalihkan perhantiannya dari kedua anak buahnya.
“Tenanglah! Kau sekarang cari informasi dari siswi
pindahan tersebut, kalau kau sudah selesai kau bisa suruh Bocah Api untuk bersiap-siap
membawamu melarikan diri!... Tunggu perintah dariku, setelah kau menerima
perintahku, kau langsung suruh Bocah Api untuk melarikan diri!”
Ren memberikan intruksi dengan tenang. Padahal dia
berbakat menjadi pemimpin, tapi kenapa dia malah mau memimpin operasi tidak
jelas seperti ini? Sungguh bakat yang terbuang percuma.
Kemudian smartphone yang berada di kantung celana Ren
bergetar. Dia kemudian mengambil smartphonenya dan melihat nama di layar
smartphone tersebut, ada tulisan Alien sang mahluk asing di layar tersebut.
“Alien, ada apa?!”
“Ketua Iblis, Gawat! Pak Gorila sudah hampir selesai
membantai Masocist!”
“Bagaimana keadaannya?!”
“Dia baik-baik saja, wajahnya masih menunjukan senyum
bahagia! Dia hanya mengalami lebam-lebam di wajah dan juga patah tulang!”
“Laporan diterima! Kau segera pergi dari lokasi
kejadian pembantaian tersebut dan pergi ke ‘tempat rahasia’ kita!”
Ren kemudian mematikan telepon dari Alian dan
memasukan kembali smartphonenya ke dalam kantung celananya.
““Gawat Ketua Iblis!””
“Sekarang apa lagi!?”
Bran dan Soni menghampiri Ren sambil berteriak
bersamaan, mereka sudah keluar dari tempat persembunyian mereka yang tidak aman.
“Nenek Sihir sedang berjalan menuju kita!”
Kata Bran sambil menunujuk seseorang. Ren mengikuti
arah telunjuk dari Bran dan dia bisa melihat wanita sedang berjalan dengan
wajah tersenyum dan mata terpejam, tapi di belakangnya terdapat aura serba
hitam dan tengkorak yang melayang-layang.
“Pria Cantik! Kau hadang dia, katakan saja kau tahu
krim anti keriput dan krim pemutih kulit yang sangat ampuh dan bisa menarik
perhatian para pria muda jika dia memakainya!”
“Siap laksanakan!”
Kemudian Soni berjalan ke arah wanita tersebut.
Setelah beberapa detik mereka berbicara, tengkorak-tengkorak yang melayang di sekitarnya
berubah menjadi tanda hati.
“Mesum! Sekarang kau pergilah dari tempat itu, kita
akan bertemu di ‘tempat rahasia’ kita! Jangan sampai kita menyia-nyiakan
pengorbanan Masocist! Kau harus tetap selamat sampai tujuan!”
Setelah mengatakan itu melalui walkie-talkienya, Ren
segera berlari bersama dengan Bran yang ikut berlari di belakangnya.
Di sebuah ruangan yang terdapat banyak pintu berbaris
dan juga cermin yang sangat besar, Ren dan semua anak buahnya berkumpul
kembali. Tempat ini juga adalah tempat yang sangat penting bagi siswa untuk
membuang air ‘suci’ dan juga ‘emas’ mereka. Singkatnya tempat ini bernama
toilet siswa, dan tempat ini juga yang disebut oleh Ren sebagai ‘tempat
rahasia’.
Ren berdiri di depan Alian, Bran, Doni, dan Raya. Di tangannya
terdapat sebuah buku catatan dan juga pena, yang entah dari mana dia dapat.
“Mesum berikan laporanmu!”
Perintah Ren kepada Doni. Merasa namanya dipanggil,
Doni langsung maju selangkah ke depan, di tangannya juga terdapat buku catatan
yang mirip dengan milik Ren. Yang jadi pertanyaan adalah kenapa Doni tidak
langsung saja memberikan buku catatannya, bukannya malah membuang-buang
waktunya dengan membacakannya di depan mereka dulu sebelum Ren mencatatnya lagi
di buku catatannya. Sudahlah biarkan saja mereka dengan tingkah mereka yang
aneh.
“Maaf Aku tidak dapat mengetahui nama, alamat dan
nomor teleponnya..... karena kertas biodatanya tertutup saat Aku ingin
melihatnya, tapi Aku berhasil melihat wujudnya dan juga mengetahui kelas mana
yang akan dia masuki!”
“Tidak apa... katakan saja informasi apa yang kau
dapatkan darinya!”
“Aku belum sempat mengukur tiga ukurannya, karena Pak
Gorila sudah keduluan datang... tapi yang jelas dia memiliki dada yang besar,
pinggul yang langsing dan seksi dan juga bokong yang aduhai!”
‘Sialan kau, Pak Gorila! Kau mengganggu operasi
penting kami!’ runtuk Ren dalam hatinya. “Aku sudah tahu hal itu! Lanjutkan
dengan informasi yang berhasil kau dapatkan, tapi belum diketahui oleh siswa
lainnya!”
“Dia memiliki rambut dan mata merah yang sangat
cantik, dia juga memiliki tinggi badan yang cukup tinggi untuk ukuran seorang
gadis seusia kita!”
Ren mencatat hasil laporan Doni pada buku catatannya
sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
“Dan kelas yang akan dia masuki adalah......”
Doni sengaja memotong perkataannya seperti itu agar
semua yang berada di sana penasaran, dan terbukti berhasil, mereka semua
mendekatkan telinga mereka ke arah Doni untuk mendengarkannya
”.... KELAS F, Kelas kebanggaan kitaaaa!”
Semua yang mendengarkan teriakan Doni langsung memasang
senyuman mesum mereka, ternyata meskipun kelas mereka berisi orang-orang aneh,
ada juga seorang siswi cantik yang akan masuk ke dalam kelas mereka.
“Dia bahkan sampai membuat keributan di ruang guru
karena ingin masuk ke kelas kita! Aku tak menyangkanya sama sekali, karena
kelas kita ternyata terkenal juga, sampai bisa membuat siswi tersebut mau
berdebat dengan guru hanya karena dia ingin masuk ke kelas kita!”
Setelah Ren mendengarkan laporan terakhir Doni, Ren
melihat kembali buku catatannya.
Dada besar.
Pinggul yang langsing dan seksi.
Bokong yang aduhai.
Rambut dan mata merah yang indah.
Berbadan tinggi.
Dan Kelas F.
‘Kok, Aku merasa pernah melihat gadis dengan ciri-ciri
seperti ini? Dan perasaan tidak enak apa ini?’
Pikir Ren dengan wajah kebingungan dan sedetik
kemudian wajahnya langsung memucat.
“Ada apa, Ren?” tanya Alian penasaran dan memajukan
wajahnya ke arah Ren. Teman sekelasnya yang lain juga penasaran dengan
perubahan warna wajah Ren dan mendekatkan wajah mereka pada Ren. Kenapa wajah
Sang Ketua Iblis memucat seperti itu? mereka bertanya-tanya dalam hati mereka.
Kruuuuk. (Bunyi perut Ren).
“Perutku sakit!” gumam Ren sembil memegangi perutnya
yang kelaparan.
Gubraak!
Dan teman-temannya yang mendengar itupun langsung terjatuh
ke lantai.
Sebetulnya bukan hanya kelaparan saja yang menjadi
alasan perut Ren sakit, tapi ada sesuatu yang lain yang lebih mengerikan yang
sedang menantinya dan hal itulah yang membuat perut Ren sakit.
STATUS
OPERASI PENCARIAN INFORMASI SISWI BARU :
SUKSES?
Dua orang berdiri di depan kelas F. Satu seorang guru
yang memiliki kepala botak dengan alis, jenggot dan kumis yang sangat panjang.
Di sampingnya berdiri seorang siswi cantik yang sedang tersenyum ramah (Bagi
Ren tersenyum mengerikan).
“Perkenalkan namaku adalah Putri Scarlet! Aku harap
kalian bisa berteman denganku!”
Kata gadis itu memperkenalkan dirinya dengan senyuman
yang sangat lebar (Meskipun bagi Ren adalah seringai iblis). Semua siswa di sana
(Kecuali Ren) tersenyum bahagia (Mesum) melihatnya. Sedangkan para siswinya
hanya menundukan kepala dengan aura suram, karena mereka tampak kalah saing
dengannya.
“Dan Aku adalah pacar Ren!”
Kalimat tersebut sukses membuat semua orang melihat ke
arah Ren dengan berbagai macam ekspresi di wajah mereka. Sedangkan Ren sendiri
langsung berdiri dan menunjuk ke arah Putri sedang berdiri sekarang.
“Sejak kapan Aku menjadi pacarmuuuu!!!”
“Tentu saja sejak kemarin! Apa kau melupakan apa yang
kita lakukan kemarin malam!? Kau benar-benar melukai hatiku, tahu!”
Wajah Ren langsung memerah mendengarnya, setengah
karena marah dan sisanya karena dia malu. Tentu saja Ren masih mengingat ‘hal’
yang mereka lakukan kemarin malam, dan itulah kenapa dia merasa malu sekarang.
“Ren!... Kau penghianaaaat! Apa kau melupakan janji
kitaaaa! Bukankah kita telah membuat janji untuk menjadi lelaki sejati bersama!
Tapi kenapa sekarang kau malah meninggalkankuuuuu?!!!”
Bran memegang kerah baju Ren sambil berteriak tepat di
depan wajahnya. Ren menjauhkan wajahnya sejauh mungkin dari wajah Bran yang mulai
mendekatkan wajahnya saat dia berteriak tadi.
‘Memangnya kapan Aku membuat janji seperti itu! Dan
lagi apa maksudmu menjadi lelaki sejati? Aku sama sekali tidak melakukan sesuatu
yang dapat membuatku menjadi lelaki sejati?’
Ren melepaskan kerahnya dari cengkraman Bran, lalu dia
menendang tubuh Bran tanpa rasa belas kasih dan ragu-ragu sedikitpun. Tubuh
Bran menabrak dinding dan anjing-anjing peliharaannya kemudian mengerumuninya
dan menyanyikan lagu pemakaman dengan bahasa anjing.
Ren kemudian melihat ke arah teman sekelasnya yang
lainnya, yang masih melihat ke arah Ren dengan ekspresi mereka masing-masing. Mereka
bahkan tidak melirik sedikitpun ke arah Bran yang sudah tergeletak dengan
‘manis’nya di lantai.
Ren melihat Liliana yang sudah pingsan saat Putri
mangatakan kalau dia adalah pacar Ren, Ren juga melihat Flan yang masih asik
berhibernasi dan juga Doni yang sedari tadi terus mengeluarkan darah mimisan
dari kedua lubang hidungnya.
‘Kenapa kau mimisan!? Apa kau sedang membayangkan
sesuatu yang mesum di kepala mesummu itu?!’ pikir Ren penuh curiga saat dia
melihat temannya tersebut.
“Ren.. kau menghianatiku! Padahal kau sudah
memilikiku.. tapi kau malah...”
Soni berkata dengan nada sedih, ada setitik air mata
di ujung matanya dan dia juga menutupi mulutnya. Pose seorang yang sedang
menahan tangisnya. Alis Ren berkedut-kedut melihat adegan tersebut.
“SIAPA JUGA YANG MENGKHIANTIMUUUUU!!!... DAN LAGI AKU
JUGA TIDAK MEMILIKIMUUU.... JIKA KAU INGIN MENJADI MILIKKU KAU HARUS MENJALANI
OPERASI GANTI KELAMIN...... DAN LAGI SEBETULNYA JENIS KELAMINMU ITU APA?!! APA
KAU MEMILKI JENIS KEMALIN KETIGA.... JENIS KELAMIN XMALE!!”
Ren mengatur nafasnya yang memburu setelah dia
berteriak dengan sangat kencang dan juga sangat panjang. Mungkin dia
benar-benar akan kehabisan nafas dan tidak dapat diisi kembali kalau sampai dia
berteriak seperti tadi sekali lagi.
“Jenis kelamin Xmale?... Aku tidak pernah
mendengarnya... yang Aku tahu hanya ada Male dan Female saja!”
Tony bertanya murni karena dia penasaran dan tak ada
keinginan untuk meledek Ren sedikitpun. Tapi Ren langsung melototinya dengan
mata merah menyala dan tentu saja membuat Tony ketakutan setengah mati.
“M-m-maafkan A-a-aku...”
Duk!
Saat akan bersujud meminta maaf ke arah Ren, tanpa
sengaja kepalanya terbentur dengan meja dan akhirnya dia pingsan di tempat.
Saat Ren masih melototi Tony yang sudah pingsan dengan
mata yang masih menyala merah, seseorang menepuk bahu Ren, dan secara refleks
Ren melihat orang yang menepuk pundaknya.
“Aku tak menyangka kau sudah menapaki jalan
kedewasaan, kawan!”
Alian, orang yang menepuk pundak Ren, berkata dengan
wajah bijaksana.
“SIAPA YANG SUDAH MENAPAKI JALAN KEDEWASAAANNNNN!!
ALIEEEEENNNN SIALAAAAANNNNN!!!”
“SIAPA YANG KAU PANGGIL ALIEN SIALAN?!!..... IBLIS
SIALAN!!”
“SIAPA YANG KAU TADI PANGIL IBLIS SIALAN?!... AKU
BUKAN IBLISSSS!!”
“Memangnya apa lagi namanya kalau bukan iblis?! Hanya
iblis saja yang bisa merubah warna matanya menjadi merah menyala!!”
“Mataku memang sudah merah dari Aku lahir!! Alien
kurang ajar!”
“Siapa yang kau panggil Alien kurang ajar?!”
“Tentu saja kau! Mana ada manusia yang memiliki wajah
setampan itu, lalu kulitmu juga sangat putih dan halus, apa lagi komposisi
tubuh yang sempurna! Kau pasti Alien yang sedang menyamar!!”
Krik. Krik. Krik. Krik. Krik.
Hanya ada suara jangkrik yang menjawab perkataan Ren
tadi.
“Loh, kok diam?”
Ren bertanya dengan wajah yang sangat kebingungan. Tidak biasanya suasana
menjadi hening setelah dia berkata suatu hal.
“Ren.... Aku tak menangka kau memperhatikanku sampai seperti
itu!”
Alian berkata dengan wajah malu-malu yang imut. Saat
dia mengatakan itu Ren juga melihat kalau pandangan para gadis menjadi sangat
tajam ke arahnya, ada yang cemburu karena Ren dan ada yang cemburu karena
Alian. Tapi yang paling menakutkan di mata Ren adalah pandangan tajam yang
diberikan oleh Putri yang masih berdiri di depan, dia menatap Ren dengan silau
merah yang sangat menakutkan. Matanya bahkan jauh lebih menyeramkan dari pada
mata Ren.
“Bukan itu maksudku Alien sialaaan!”
Kata Ren sambil melompat dengan cepat dan ingin menghajar
Alian, tapi Alian dengan mudah menghindari serangann Ren. Ren yang tidak bisa menghentikan laju lompatannya yang
sangat cepat langsung menabrak Liliana yang berdiri di belakang Alian.
Mereka berdua terjatuh di lantai dengan posisi Ren
berada di atas dan Liliana yang di bawahnya.
Liliana dapat dengan jelas melihat wajah Ren yang tampan
(bagi Liliana, padahal wajah Ren menakutkan habis) di depan wajahnya, wajah
Liliana langsung menjadi merah dan dengan efek ledakan asap di atas kepalanya,
Liliana kembali pingsan.
“Hei jangan pingsan! Kenapa kau selalu pingsan saat melihatkuuuu?!
Apa wajahku seseram itu sampai-sampai membuatmu pingsan hanya dengan
melihatnya!?”
Ren berpikir kalau Liliana selama ini pingsan karena
melihat wajahnya yang mengerikan, padahal kenyataannya tidak sama sekali, tapi
Ren tidak mengetahui kebenaran itu sama sekali.
“Apakah Aku harus memberinya CPR di sini!”
Ren membulatkan tekadnya saat mengatakan itu. Dia
sudah bersiap-siap mendekatkan bibirnya pada bibir Liliana untuk melakukan CPR
atau nafas buatan.
Semakin dekat.
Semakin dekat.
Semakin dekat.
Hanya tinggal 1 cm lagi.
Duaaakhhh!
Tepat sebelum bibir Ren dan bibir Liliana bertemu
seseorang mengayunkan palu yang sangat besar ke arah Ren dan tepat mengenai
kepalanya. Tubuh Ren langsung terbang tepat ke arah Putri berdiri, akibat
pukulan maut dari palu itu.
Grep!
Dengan mudahnya Putri menangkap tubuh Ren dan ‘memeluk’nya
dengan sangat erat. Tapi Ren sama sekali tidak bahagia dipeluk oleh gadis
cantik seperti Putri, karena saat ini Ren merasa dia mendengar suara tulangnya
yang mau patah akibat ‘pelukan’ Putri.
‘Sial! Aku salah mengarahkan ayunan paluku.’ Pikir
Grace (orang yang tadi mengayunkan palu ke arah Ren). Dia benar-benar menyesal,
karena dia membiarkan Ren dipeluk oleh gadis lain.
“Menyelamatkan temannya dari serangan seorang teman
yang berbahaya dengan menghajar sang penyerang menggunakan palu raksasa adalah
keputusan yang tepat. Aku kagum kepadamu!”
Sang guru (Yang bernama lengkap Teguh Luigi atau yang
sering dipanggil oleh murid-muridnya sebagai Biksu Gadungan) membuat
pendapatnya mengenai kejadian yang baru saja dia saksikan tepat di depan
matanya.
‘Apanya yang keputusan yang bijak?!... yang barusan
dia lakukankan adalah penganiayaan, pembantaian sepihak! Lagi pula Aku juga tak
berniat menyerangnya. Inikan di dalam kelas, jadi mana mungkin Aku
menyerangnya. Kalau di tempat sepi atau di atas ranjang sih mungkin saja, tapi
tidak disini.’
Pikir Ren yang beruntungnya tidak ada yang bisa
membaca isi pikirannya selain tuhan dan Ren sendiri, kalau tidak maka entah hal
buruk apa yang akan dia dapatkan saat ini juga.
“Ren, apa Aku bisa meminta penjelasanmu tentang apa
yang ingin kau lakukan dengan gadis pingsan yang berada di sana itu?”
Bisik Putri tepat di telinga kanan Ren. Ren entah
kenapa malah ketakutan mendengar bisikan tersebut, butiran-butiran peluh terus
berjatuh dari wajah Ren.
“Seharusnya Aku yang bertanya padamu! Apa yang kau
lakukan di sini?”
Bukannya menjawab pertanyaan Putri, Ren malah balik
bertanya.
“Jawab pertanyaanku!”
“Aku hanya ingin menolongnya saja! Aku tak berniat
untuk menciumnya, meraba-rabanya lalu membawanya ke ranjang atau semacamnya!
Sumpah Aku tidak mau hanya melakukan hal-hal seperti itu saja!”
Mendengar jawaban cepat Ren yang ketakutan, Putri
makin mengeratkan pelukannya. Kemudian terdengar suara teriakan Ren yang
disertai bunyi tulang patah.
“Auuooowwwwwwwwwwww!!!”
Teriakan Ren bahkan sampai membangunkan sang kepala
sekolah yang sedang tertidur setelah selesai menonton rekaman video CCTV
kemarin yang berada di kelas F.
“HAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!”
Tawa sang kepala sekolah pecah begitu melihat adegan
di kelas F yang sedang kacau saat ini. Bahkan sang kepala sekolah lupa mengelap
air luirnya yang masih ada di mulutnya.
Kembali lagi ke kelas F yang mulai kacau. Alian
berjalan ke arah Liliana yang sedang pingsan, kemudian dia berlutut di hadapannya.
“Sepertinya Aku yang harus melakukan CPR untuk
menggantikan orang payah itu!”
Kata Alian sambil melonggarkan ikatan dasinya, lalu
memajukan tubuhnya secara perlahan. Padahal tinggal sedikit lagi mulut mereka
bertemu, tapi seseorang menepuk bahu Alian yang membuatnya menoleh ke arah
orang tersebut.
“Aku tahu niatmu itu baik! ... tapi alangkah bijaknya
jika yang melakukan hal tersebut adalah orang yang berpengalaman sepertiku!”
Kata pak guru Teguh (Botak) Luigi yang menepuk bahu
Alian dengan wajah tersenyum dengan mata yang berbinar-binar, bahkan di belakangnya
terlihat bunga-bunga. (Dasar guru mesum -_-*).
Duakkhh!
Sekali lagi Grace mengayunkan palunya, kali ini
sasarannya adalah kepala botak Pak Teguh. Pak Teguh terlempar jauh ke arah luar
jendela.
Alian yang akan melakukan nafas buatan untuk Liliana
memutuskan untuk tidak melakukannya demi keselamatan nyawanya.
‘Lebih baik tidak dapat yang enak-enak dari pada
celaka!’
“Irinya irirnya irinyaaaaa! Aku juga mau!”
Berbanding terbalik dengan Alian yang ketakutan, Maso
malah berteriak histeris saat dia melihat Pak Teguh terlempar keluar jendela,
kemudian dia berlari ke arah Grace.
“Ayo ke sini sayang!!”
Dengan senyuman di wajahnya Maso melompat ke arah
Grace. Grace merespon gerakan Maso dengan mengayunkan palu raksasanya sekali
lagi. Palu tersebut tepat mengenai wajah Maso dan membuat dirinya terbang.
Duaakhhh!
“Horeeeeee!!!”
Dengan senyum lebar menghiasi wajahnya, Maso terbang
ke arah luar jendela menyusul Pak Teguh.
‘Sial! Kenapa di kelas ini banyak sekali orang yang
ingin dipukul oleh Palu saktiku!?’
Pikir Grace saat dia menatap ke arah Maso tadi
menghilang. Dia kemudian memandang dengan pandangan cemburu ke arah pasangan
Ren-Putri yang masih berpelukan dengan sangat ‘mesra’nya.
“Kenapa kau datang ke sini?”
Ren bertanya dengan suara berbisik agar tidak ada yang
tahu isi pembicaraan mereka.
“Tentu saja Aku ingin bertemu denganmu!”
Putri yang tahu niat Ren yang tadi berbisik, juga ikut
berbisik.
“Kenapa kau harus masuk ke sekolah ini?”
“Apa yang kau pikirkan? Kalau kau di sekolah dan Aku
di rumah sendirian, tidak ada gunanya Aku membayarmu sebagai pengawalku. Jadi
Aku memutuskan untuk ikut bersekolah di sekolahmu.”
“Lalu kenapa kau mengatakan kalau kau pacarku?”
“Bukankah kita memang sudah pacaran atau kau lupa apa
yang kita lakukan tadi malam!”
“Kita cuma tidur bersama saja, kita tidak melakukan
hal lainnya!”
“Apa yang kau katakan? Tidur bersama tidak bisa
dikatakan dengan kata ‘cuma’!”
“.....”
Karena yang dikatakan Putri tadi benar, Ren tidak bisa
menyangkalnya sama sekali, jadi dia hanya diam saja.
“Ok, anak-anak kembali ke tempat duduk masing-masing!
Kita akan mulai perlajaran kita!”
Pak Teguh kembali ke dalam kelas dengan batang dan
daun pohon yang menghiasi seluruh tubuhnya. Di belakangnya berdiri Maso yang
juga berpenampilan sama dengannya, hanya saja di wajahnya terdapat sebuah
senyuman senang.
Putri melepaskan ‘pelukannya’ pada Ren. Renyang sudah
terlepas dari Putri langsung berjalan ke arah tempat duduknya, diikuti oleh
Putri di belakangnya.
Liliana yang tadi sempat pingsan juga kembali bangun
dan duduk di tempat duduknya. Begitu juga dengan Maso yang masih memasang wajah
berseri-seri, dia duduk di samping Grace, padahal tempat duduk itu seharusnya
milik Flan yang sekarang sedang tertidur dengan lelap di lantai. Grace melihat
ke arah Maso dengan silau tajam, tapi hal tersebut malah membuat Maso semakin
bersemangat.
Ren duduk kembali ke kursinya, di sampingnya Bran
menatapnya dengan pandangan cemburu dan juga niat membunuh yang sangat
menyengat, tapi Ren mencoba mengabaikannya sebisa mungkin.
Sementara Putri berjalan ke arah kursi di samping Ren,
yang sekarang ditempati oleh Tony (Sebagai hukumannya karena terlambat masuk
sekolah).
Putri tersenyum ke arah Tony, tapi Tony tidak merasa
bahagia sama sekali, hanyalah rasa takut yang menguasainya kali ini. Kenapa dia
takut? Itu karena Putri yang seharusnya tersenyum sekarang, mengeluarkan aura
menakutkan di balik tubuhnya, bahkan jauh lebih menakutkan dari pada milik Ren.
“Bisakah Aku duduk di sini?”
Putri bertanya masih dengan senyuman dan aura
menakutkan miliknya. Tony segera mengagguk dengan badan gemetarannya, dia
dengan terburu-buru membereskan semua barang-barangnya dan pindah dari bangku
tersebut.
“Sepertinya kau tidak menaati hukumanku! Sebagai
gantinya kau harus dihukum mendengarkan rekaman ceramah Pak Teguh mengenai
kebijaksaan minggu lalu selama sisa jam pelajaran ini!”
“Tidaaaaaaaaaaaaak!!”
Haryono langsung menghampiri Tony lalu memaksanya
untuk mengenakan earphone dan mendangarkan rekaman ceramah Pak Teguh minggu
lalu. Sementara Tony hanya bisa berteriak ketakutan.
‘Kenapa kau punya rekaman Biksu Gadungan itu?’
Pikir Ren heran saat dia melihat tingkah Tony dan
Haryono.
“Sepertinya kau memiliki teman yang menarik!”
Putri berkata sambil melihat ke arah Ren. Ren langsung
memalingkan wajahnya begitu Putri menengok ke arahnya, tapi Ren langsung
melihat tatapan seekor anjing liar dari Bran yang tepat berada di sampingnya
begitu dia memalingkan wajahnya.
“Hentikan tatapanmu yang seolah-olah mengatakan
‘Bajingan sepertimu lebih baik mati saja!’. Ini bukan salahku kalau kau tidak
populer...”
Ren langsung berkata seperti itu saat dia melihat
tatapan buas dari Bran. Sementara aura pembunuh yang dikeluarkan oleh Bran
langsung bertambah drastis setelah dia mendengar kalimat terakhir tersebut.
“SIAPA YANG TIDAK POPULEEEEERRR!! ASAL KAU TAHU SAJA,
AKU SANGAT POPULER DI KALANGAN PARA GADIS SEBAGAI ‘LELAKI YANG PALING SERING
DITOLAK!’”
Teriakan menyedihkan Bran bergaung di seluruh kelas.
Seseorang kemudian berjalan ke arah Bran, lalu menepuk
bahunya.
“Tenangkanlah dirimu wahai anakku! Tidak populer di kalangan
para gadis bukan berarti kau tidak populer di kalangan para banci di pinggir
jalan!”
“DIAM KAU BIKSU SIALAAANNNN!!”
“Tapi Bran, sepertinya kau memang akan populer dengan
para banci! Aku dengar mereka suka dengan orang yang sepertimu!”
“AKU TIDAK INGIN POPULER DI KALANGAN PARA
BANCIIIII!!!”
“Meskipun bancinya seperti dia!”
Saat Ren berkata sambil menunjuk ke arah Soni, entah
mengapa wajah Bran langsung memanas. Ren sendiri sebetulnya dibuat kebingungan
dengan reaksi lelaki penyuka anjing itu. Apakah dia jangan-jangan menyukai
Soni?
“Aku bukan banci!!”
“Benar juga! Kau mahluk hermaphrodite!”
“Aku juga bukan mahluk hermaphrodite! Jenis kelaminku
adalah Xmale!”
“Xmale? Memangnya ada jenis kelamin Xmale?”
Bukankah kau sendiri yang menciptakannya. Tapi kenapa kau
sendiri yang malah melupakannya. Ren, kau sebaiknya memperbaiki ingatanmu
“Baiklah anak-anakku! Sekarang perhatikan pelajaranku
hari ini!”
Pak Teguh sudah berdiri di depan kelas sebelum ada
yang menyadarinya dan pertanyaan Ren tadi tidak ada yang menjawabnya.
“Sekarang Aku akan menerangkan tentang ciri-ciri orang
bijak dari penampilannya! Pertama orang bijak memiliki alis yang panjang!”
Kata Pak Teguh sambil mengelus alisnya yang panjang.
“Pak Guru, alisnya lepas tuh!”
“Oh, maaf. Aku ambil dulu!”
Kata Pak Teguh sambil mengambil alisnya yang terjatuh,
lalu memasangnya kembali.
“Lalu yang kedua adalah memiliki jenggot dan kumis
yang sama panjangnya dengan alisnya!”
“Pak Guru jenggotnya dan kumis terbang tuh!”
“Oh, terima kasih, karena telah memberitahuku!”
Pak Teguh sambil mengejar jenggot dan kumisnya yang
terbang terbawa angin, lalu memasangnya kembali ke tempat semula.
“Lalu ciri ketiga dan ciri terakhir adalah memiliki
kepala yang botak!”
Kata Pak Teguh dengan kepala yang bersinar mengkilap.
Baik, setidaknya yang ini asli.
“Kesimpulannya adalah jika kalian ingin terlihat
bijak, kalian harus berpenampilan sepertiku!”
“““TIDAK MAUUUUU!!!”””
Teriak semua siswa-siswi yang berada di dalam kelas.
Bahkan Flan yang biasanya berhibernasi dan Liliana yang biasanya pendiam juga
ikut berteriak, mereka berdua tampak enggan berpenampilan seperti Biksu
Gadungan di depan mereka. Mungkin memang tidak akan ada anak jaman sekarang yang
mau berpenampilan sangat aneh, seperti Bikus Gadungan di depan murid kelas F
itu.
Pak Teguh yang awalnya tersenyum sekarang menampakan
wajah kesalnya, dia mengkerutkan alisnya dan mempertajam matanya, lalu menatap
para muridnya satu persatu yang tidak mau berpenampilan seperti dirinya.
“Kenapa kalian tidak mau berpenampilan seperti diriku?
Padahal penampilanku keren begini!”
‘Keren apanya?.... muka biasa aja, alis sudah seperti
sarang laba-laba yang digulung, kumis dan jenggotnya juga sama jeleknya dengan
alisnya, cuma kepala botaknya aja yang mengkilap, yang lainnya tampak suram.’
pikir Ren sambil pasang tampang kesalnya.
“Coba kau! Berikan alasanmu menolak berpenampilan
sepertiku!”
Kata Pak Teguh sambil menunjuk ke arah Flan.
“Hoaaammm...”
Flan menguap sebelum menjawab pertanyaan dari Pak
Teguh.
“Pak Teguh! Apa kau tidak menydari kalau kami semua
berpenampilan sepertimu, itu hanya akan menjadi pemborosan saja!”
“Apa maksudmu?”
Tanya Pak Teguh yang masih memasang wajah marahnya,
sedangkan Flan menjawabnya dengan tenang dan masih terlihat mengantuk, padahal
dia sudah tidur sejak lama sekali.
“Apakah Pak Guru tidak berpikir berapa banyak uang
yang akan kami habiskan untuk berpenampilan sepertimu? Kami harus membeli alis,
kumis, dan jenggot palsu yang sangat panjang, dan kami juga harus mencukur
kepala kami sampai botak.... Apakah Pak Guru tidak memperhitungkan biaya yang
akan kami keluarkan untuk itu!? Belum lagi biaya untuk membayar ongkos
kendaraan untuk mengantar kami membeli semua itu dan juga waktu yang kita
habiskan untuk itu semua akan terbuang sia-sia..... menurutku alangkah bijaknya
jika kita berpenampilan apa adanya dan tidak membuang uang kita untuk hal yang
tidak terlalu penting dan hanya menggunakan uang kita untuk hal yang sangat penting
saja!... Apakah Pak Guru mengerti dengan yang saya maksud tadi?”
‘Sial, pidatonya kepanjangan! Bikin kepalaku sakit
saja!’ pikir Ren sambil memegangi kepalanya yang sakit, sebagian temannya yang
lain juga melakukan hal yang sama seperti Ren. Mereka sepertinya sangat tidak
suka mendengarkan pidato tidak berguna dari murid yang selalu tidur di kelas
itu.
“Hiks... Hiks.. Aku tidak pernah berpikir seperti
itu... Hiks... Aku terharu mendengar batapa bijaknya kata-katamu itu, wahai
anakku!... Hiks.”
Berbeda dengan beberapa muridnya yang sekarang sedang
sakit kepala, Pak Teguh sekarang malah sedang menangis haru mendengar pidato
Flan yang sangat aneh. Memangnya apa yang sangat mengharukan dari pidato tak
berguna itu?
“Baiklah! Untuk menebus kesalahanku tadi dan juga
sebagai tanda terima kasihku kepada Flan yang telah menyadarkanku dari tindakan
tercela... PR yang Aku berikan kepada kalian, tidak usah dikumpulkan dan kalian
akan mendapat nilai 100 dari Bapak!”
Kata Pak Teguh dengan nada berwibawa yang jarang terdengar
dari dirinya. Padahal alasan yang sebenarnya membiarkan para muridnya tidak
mengumpulkan tugas dan memberikan mereka nilai 100 adalah dia yang tidak mau
membaca semua PR yang dikerjakan muridnya. Terlalu membosankan dan tidak
berguna, itulah yang dia pikirkan saat dia ingin mengoreksi PR murid-muridnya. (Sifatnya
yang ini jangan ditiru oleh para guru!)
“HOREEEE!!”
Teriak sebagian para muridnya yang tidak mengerjakan
PR.
‘Kalau tahu begini mah, tadi mendingan tidak usah
dikerjakan sekalian!’
Ini pikiran para murid yang tadi pagi buru-buru
mengerjakan PR dari Pak Teguh, termasuk Ren.
‘Dasar Pak Botak! Bilang saja kalau kau tidak ingin
memeriksa tugas kami. Jangan pakai alasan menebus kesalahan dan juga sebagai
tanda terima kasih!’
Yang ini pikiran Grace, dia kemarin malam mengerjakan tugas
ini sampai larut malam, dia juga merelakan waktu makan dan tidurnya yang
berharga cuma karena mengerjakan tugas ini. (Contoh yang ini lebih baik ditiru,
tapi jangan dengan isi pikirannya).
“Baik! Sepertinya waktu belajar kita hampir habis.
Jadi Pak Guru sekarang mau pamit dulu.... memang waktu tak terasa berlalu, jika
kita berlajar dengan sungguh-sungguh....kalau begitu, semoga hari kalian
menyenangkan!”
Setelah meninggalkan kalimat ini, Pak Teguh segera membereskan
barang-barangnya dan pergi secepat kilat dari kelas ini.
“Akhirnya pelajaran dari Biksu Gadungan itu berakhir
juga!”
Kata Ren sambil merenggangkan tubuhnya yang kaku.
Beberapa siswa yang lainnya juga melakukan hal yang sama dengan Ren.
Dengan ini pelajaran dengan Biksu gadungan selesai.
Tapi masih ada satu guru lagi yang menunggu Ren dan kawan-kawan sebelum hari
ini berakhir.
Sebelumnya | ToC | Selanjutnya