Melindungi Tuan Putri bersama Orang-orang Aneh di Kelas yang Aneh dari Serangan Yakuza - Bab 1

 Pertemuan dengan sang putri adalah awal dari sebuah bencana.


Terlihat seorang pelajar SMA, yang bisa dilihat dari seragam yang dikenakannya yang adalah seragam SMA Swasta Setiajaya atau disingkat SSS, sekolah itu adalah satu-satunya sekolah swasta yang mau menampung orang sepertinya. Bukan karena sekolah itu adalah sekolah yang jelek, malah sekolah itu sangat difavoritkan oleh banyak siswa SMA di kotanya, tapi ada rahasia umum di dalam sekolah itu yang hanya diketahui oleh para guru dan muridnya.

SMA yang mau menampung seorang seperti dirinya (orang yang memiliki rambut hitam acak-acakan dan mata merah seperti iblis serta mengenakan seragam sekolah yang tak dikacingkan serta jas Blazer yang tergantung di pundaknya) adalah sekolah yang menyediakan kelas khusus untuk orang-orang seperti dirinya.

Kita lupakan dulu masalah sekolahnya dan juga kelas khusus itu, sekarang kita akan memeperkenalkan sang Protagonis kita yang belum diperkenalkan namanya. Ren Setiawan, itulah namanya. Orang yang memiliki badan tegap dengan tinggi 175 cm dengan berat lebih dari 65 kg. Kalian mungkin menganggapnya gemuk dengan berat sebesar itu, tapi sebenarnya beratnya itu bukan berasal perutnya yang gendut, tapi dikarenakan dirinya yang memiliki otot-ototnya yang besar.

Dia sekarang berada di jalan yang penuh dengan gedung-gedung besar, yang terlihat sama di mata Ren. Apa yang dia lakukan di kawasan ini? Agak memalukan untuk mengatakannya, tapi dia sekarang sedang mencari rumahnya sendiri alias dia sedang tersesat. Bagaimana caranya seorang anak SMA yang sedang dalam perjalanan pulang bisa sampai tersesat, kita harus kembali pada 30 menit yang lalu untuk mengetahui jawabannya.

Saat itu Ren yang sangat kelelahan, akibat pelajaran olahraga yang sangat merepotkan dan melelahkan, sedang berada di dalam bis dan akhirnya jatuh tertidur karena rasa lelahnya.

Tidak ada yang mau membangunkannya karena rasa takut orang-orang yang melihat tampangnya, dan ditambah para penumpang juga tak tahu dimana tujuannya, jadi mereka membiarkannya begitu saja. Bahkan kodektur dan supir bis juga ketakutan saat ingin menagih ongkos bisnya. Jadilah dia terlewat sejauh dua halte pemberhentian dari tujuannya dan tersesat di sini.

Kenapa dia tak bertanya saja pada orang-orang di sekitarnya, tentu saja itu karena setiap orang yang didatanginya langsung lari ketakutan begitu melihatnya, bahkan pak polisi yang sedang mengatur lalu lintas juga langsung lari begitu melihat dia mendekat.

‘Apa sebegitu menyeramkannya wajahku?’ tanyanya dalam hati.

Dia terus melanjutkan langkahnya dan memasuki gang yang ada di antara dua gedung yang sangat besar, yang lagi-lagi terlihat sama di mata Ren, padahal kedua gedung itu sangatlah berbeda, tingginya saja berbeda jauh, gedung yang berada di sebelah kirinya yang memiliki tulisan ‘Hotel Cinta Damai’ memiliki tinggi 10 lantai sedangkan gedung di sebelah kanannya yang memiliki tulisan ‘Mall Suka Belanja’ hanya memiliki 5 lantai, tapi luas tanah Hotel tersebut hanya setengah dari luas Mall di sampingnya, jadi bisa disimpulkan kalau Volume dua gedung itu sama, jadi dua gedung tersebut bisa dibilang mirip, meskipun hanya di mata seorang Ren saja.

Oke, lupakan masalah dua gedung tersebut yang tak penting, karena sebentar lagi sang Protagonis kita akan menghadapi masalah yang jauh lebih besar.

Saat sedang berjalan menusuri jalan gang di antara dua gedung yang memiliki lebar 2 meter, sang protagonis kita tak mengentahui kalau sebuah jendela yang berada di atasnya terbuka dan dari jendela tersebut keluar seorang gadis yang cantik jelita. Gadis itu langsung melompat tanpa ragu-ragu dari jendela itu dan dengan tepat sasaran jatuh mengenai tubuh Ren yang berada di bawahnya.

Ren yang tiba-tiba kejatuhan ‘benda berat’ sontak saja langsung kehilangan keseimbangannya dan jatuh ke tanah begitu saja.

“Sepertinya Aku tadi mengenai sesuatu yang tidak terlalu keras, tapi apa ya?”

Gadis tersebut yang belum menyadari kalau dia sekarang sedang berdiri di atas seseorang, yang kita ketahui bernama Ren, masih celingukan mencari sesuatu yang dia timpa.

Ren semakin bertambah kesal saja, karena gadis yang ada di atasnya tak menyadari kalau sedari tadi terus menginjak punggungnya. Karena Ren yang sudah mencapai batas kesabarannya, dia tanpa ragu berteriak pada gadis yang berdiri di atas punggungnya.

“Sesuatu yang kau timpa itu sekarang sedang diinjak olehmu, dan dia berada di bawah sini!”

Gadis yang mendengar teriakan dari bawahnya, segera menunduk dan melihat Ren yang sedang dia injak.

“Ah... Sedang apa kau di bawah sini?”

“Kau masih bisa bertanya Aku sedang apa!?”

Setelah Gadis tersebut menyadari kalau dia menginjak Ren, dia langsung memindahkan kakinya dari atas tubuh Ren.

Ren segera berdiri setelah dia merasa beban yang ada di punggungnya menghilang dan membersihkan debu yang ada di pakaiannya.

“Hey, gadis itu masih selamat... ayo cepat kita tangkap dia!!”

Tiba-tiba sebuah suara nyaring milik seorang lelaki terdengar dari jendela yang tadi gadis itu lompati.

Mendengar teriakan lelaki tersebut, sontak saja membuat Ren dan gadis itu mendongakan kepala mereka. Ren bisa melihat kepala seorang pria yang memakai kacamata hitam tebal dan juga jas kantoran dari jendela yang berada di atasnya.

“Siapa mereka?”

Tanya Ren yang masih kebingungan dengan keadaan di sekitarnya.

“Mereka adalah pasukan invasi yang berasal dari dimensi lain!’

“Apa maksudmu?! Apa kau pikir ini di dalam sebuah film?! Bagaimanapun kau melihatnya, mereka hanyalah orang bumi biasa!”

Gadis yang ada di sampingnya menjawab asal pertanyaan Ren, tapi Ren langsung memprotesnya dengan wajah marah.

“Mereka bisa mengubah wajah dan penampilan mereka menjadi mirip dengan manusia yang hidup di bumi!”

“Apa mereka memang Alien?”

Kali ini Ren mulai ragu setelah mendengar penjelasan gadis di depannya, bisa jadi ini seperti permulaan di film-film yang pernah ditonton oleh Ren.

“Tergantung, Kau bisa menganggap mereka Alien atau hanya orang asing yang tak kau kenal!”

“JADI MEREKA MEMANG BUKAN ALIEN DAN HANYA MANUSIA BIASA!!!”

“Ya, begitulah. Memangnya kau pikir Alien itu ada!”

‘Dasar wanita siluman, Aku pasti akan memukulmu nanti!’

Kemarahan Ren semakin terbakar, bahkan kau bisa melihat asap keluar dari atas kepalanya.

“Hei, kepalamu terbakar!”

Gadis di depan Ren berkata sambil menunjuk kepala Ren yang terbakar.

“Memangnya salah siapa kepalaku sampai terbakar!”

“Memangnya salah siapa?”

Tanya Gadis itu sambil memiringkan kepalanya dan meletakan telunjuknya di bibir bawahnya. Pose itu bisa dikatakan sangat lucu bagi para pria biasa, tapi tidak untuk Ren, pose tersebut malah semakin menyulut kemarahannya.

“Jangan membuat pose menyebalkan seperti itu!”

“Kalian jangan bergerak!!”

Tiba-tiba datang suara dari belakang Ren dan membuat Ren terkejut.

Ren berbalik dan melihat siapa orang yang mengagetkannya. Ren menatap orang-orang yang berkumpul di belakangnya satu-persatu dengan tatapan sangat tajam.

“Kalian jangan ikut campur!”

Ren membentak mereka semua, dan para pria yang mengenakan Jas kantoran dan juga kacamata hitam yang tidak cocok dengan wajah mereka, langsung gemetaran karena melihat wajah Ren yang sangat menyeramkan.

“Jika kalian ingin menangkapku, kalian harus melewati dulu Pria yang ada di hadapanku, karena dia sekarang adalah Bodyguard-ku!”

Gadis yang sekarang berada di belakang Ren menyadari ketakutan mereka, jadi dia mengatakan sesuatu yang bisa membuat mereka berhenti mengejarnya, tapi hal itu juga semakin menyulut kemarahan Ren.

“Sejak kapan Aku menjadi Bodyguard-mu?!”

Pria yang ada di hadapan Ren semakin merasa ketakutan setelah mendengar bentakan Ren kepada si gadis, malah ada orang di antara mereka sudah ada yang mulai mengompol di celananya.

“Ba-baiklah, kami akan me-me-melawannya!”

Seseorang di antara kerumunan pria berjas hitam itu memberanikan dirinya maju ke depan dan menatang Ren, meskipun dia masih ketakutan dengan kaki yang tak berhenti gemetaran.

Ren langsung menatap tajam pria yang maju tersebut. Tidak disangka masih ada pria yang berani menantangnya.

“Sekarang cepat habisi mereka!”

“Jangan menyuruhku seenaknya!!”

Ren kembali berteriak pada gadis tersebut, karena sekarang kemarahan Ren semakin berkobar dan sangat membutuhkan pelampiasan, jadi Ren tak menolak untuk menghajar para Pria yang ada di hadapannya.

Para Pria berjas hitam itu memberanikan diri mereka dan langsung berlari menuju Ren bersamaan, tapi Ren juga sudah siap dengan kedatangan mereka, jadi dia juga sudah menyiapkan kedua tinjunya untuk menghajar mereka.

Bagh Bugh Bagh Bugh Bletak Bik Blukh Bletak

Terdengar bunyi tinju Ren yang menghajar para Pria tersebut, dan kurang dari lima menit Ren sudah menghabisi mereka semua.

Sekarang terlihat gunung yang terbuat dari tumpukan tubuh pria tersebut dan Ren yang berdiri di puncak gunung tersebut sambil tertawa keras.

“HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA......”

Tawa kemenangan Ren menggema di seluruh penjuru gang tersebut.

“Mama, lihat di sana ada orang aneh yang sedang tertawa!”

Tiba-tiba ada seorang bocah bersama dengan ibunya lewat dan melihat Ren yang berdiri di atas tumpukan ‘mayat’ para Pria berbaju hitam itu.

“Sudah, lebih baik kau menjauhinya, kalau tidak kau akan berakhir sama menyedihkannya dengan dia!”

Ibunya langsung membawa anaknya menjauh dari tempat Ren. Untung mereka tak melihat wajah Ren, kalau saja mereka sampai melihatnya, mereka pasti akan langsung lari ketakutan.

“Uhuk.. Uhuk!”

Ren sedikit membatuk untuk membersihkan tenggorokannya yang terasa serak, wajahnya juga memerah karena mendengar ucapan sang bocah dan Ibunya barusan.

Sedangkan gadis yang ada di hadapan Ren hanya menganguk-anggukan kepalanya saja, lalu gadis tersebut menepukan kedua tanganya.

“Sudah Aku putuskan, Kau akan menjadi Bodyguard-ku!”

Ren langsung melihat ke arah gadis tersebut setelah mendengar perkataannya, Ren menatap gadis tersebut lekat-lekat, dari bawah ke atas, dari atas ke bawah.

‘Jika dilihat-lihat gadis ini cantik juga!’

Ren langsung mengeleng-gelengkan kepalanya dengan sekuat tenaganya untuk menghilangkan pikiran yang sempat hinggap di kepalanya.

“Tenang saja, Aku akan membayarmu dengan harga yang tinggi, dan lagi kau juga bisa melihatku setiap hari! Jadi ini bukan penawaran yang buruk!”

Ren sempat tergiur setelah mendengar kata ‘membayarmu dengan harga yang tinggi’. Tapi Ren tetap menggelengkan kepalanya.

“Kalau kau mempunyai banyak uang, seharusnya kau menyewa Bodyguard sungguhan saja, kau tak perlu menyewa diriku yang lemah ini!”

Alasan kenapa Ren menolak tawaran yang mengiurkan tersebut, karena dia yang tak mau memakai jas dan kacamata hitam dan terus mengekori gadis itu kemanapun dia pergi. Belum lagi resiko saat dia bertemu dengan orang-orang yang tadi telah dihabisinya, bukan karena Ren takut, hanya saja dia yang tidak tega kalau harus memukul mereka. (Tak tega apanya, barusan saja kau menghabisi mereka tanpa ragu-ragu, bukan).

“Kau jangan merendah seperti itu, kau bisa mengalahkan mereka semua dengan mudah, bukan? Jadi bisa Aku pastikan kalau kau orang yang sangat kuat!”

Ren menghela nafas sejenak, lalu berkata dengan suara tegas.

“Meskipun Aku berwajah seperti ini, tapi Aku memiliki hati yang baik, Aku tidak tega kalau harus menghajar mereka terus!”

Gadis di depannya tampak heran dan memiringkan kepalanya.

“Tidak tega menghajar mereka? Bukankah kau baru saja menghajar mereka tanpa keraguan sedikitpun!”

Ren kemudian melihat kembali ‘tumpukan mayat’ yang tadi dia habisi.

‘Benar juga, Aku menghajar mereka tanpa rasa kasihan sedikitpun, jadi Aku tak pantas mengatakan hal tersebut.’

Begitulah kira-kira apa yang dipikirkan Ren saat melihat ‘Tumpukan mayat’ di belakangnya. Ren menghela nafas, lalu kembali menatap wajah gadis di depannya dengan tampang sangat serius miliknya.

“Baiklah, Aku dengan senang hati Aku akan..... Menolaknya!”

Setelah itu Ren langsung berbalik dan lari dengan sekuat tenaganya, meninggalkan sang gadis yang semulanya senang, karena mengira tawarannya diterima, menjadi mematung dan hanya bisa melihat ke arah Ren berlari dengan kencang.

“Hei, tunggu dulu! Jangan tinggalkan Aku!!”

Kemudian gadis tersebut tersadar dan berlari ke arah Ren tadi kabur. Tapi Ren malah menambahkan kecepatan berlarinya dan semakin memperlembar jaraknya dengan si gadis.

‘Aku harus bisa melarikan dari dirinya secepat mungkin!’

Itulah yang ada di pikiran Ren saat ini. Kemudian mata tajam Ren melihat sebuah sepeda jadul yang sedang bermalas-malasan di pinggir jalan, lalu tanpa pikir panjang Ren langsung menaikinya. Dari pada dibiarkan nganggur begitu aja, lebih baik Aku pakai saja. Itulah yang ada di pikiran Ren saat dia melihat sepeda tersebut. Tapi saat dia menaiki sepeda tersebut, sang pemilik sepeda itu melihatnya dan langsung berteriak.

“Maling... tolong ada maling sepeda.. tolong tolong!”

“Aku hanya pinjam sebentar saja! Nanti akan Aku kembalikan!!”

Ren balik berteriak pada pak tua pemilik sepeda, tapi saat pak tua itu melihat wajah Ren yang sangat mengerikan ketika dia memalingkan wajahnya untuk melihat si pak tua, lalu si pak tua itu langsung gemetar ketakutan melihatnya dan membuatnya mengubah isi teriakannya.

“Tolong ada iblis di siang hari... tolong ada iblis mencuri sepedaku... tolong!”

“AKU BUKAN IBLIS!!”

Setelah Ren berteriak sekali lagi, pak tua itu langsung pingsan karena melihat wajah Ren yang semakin menyeramkan, karena berteriak dengan wajah marah. Tapi Ren tidak menyadari hal tersebut, karena saat ini yang ada di pikirannya adalah melarikan diri sejauh mungkin dari gadis jejadian tersebut. Dia tidak boleh sampai ditemukan oleh si wanita siluman itu.

Ren memacu sepedanya dengan kecepatan penuh, bahkan jauh lebih cepat dari keong yang sedang berjalan di atas sepeda yang dikendarai oleh Ren. Kalau bukan karena keong tersebut berjalan di sepeda yang dikendari oleh Ren, keong tersebut tidak akan dinyatakan melanggar aturan dan didiskualifikasi. Lalu pemenang dari pertandingan ini adalah... tidak ada, karena Ren juga menggunakan sepeda yang berarti itu juga melanggar aturan dan dia ikut didiskualifikasi. Oke, lupakan yang tadi, kita balik lagi ke cerita utama.

Ren terus memacu sepedanya melewati gedung-gedung. Dia berbelok ke kiri, lalu ke kanan, lalu ke kiri lagi. Dia tidak peduli kalau dia sudah semakin tersesat. Kalau sudah tersesat, tanggung kalau tersesatnya cuma di dekat daerah rumah, lebih baik jauh-jauh sekalian, nanti juga jalan ke rumahnya pasti juga tidak ketemu. Itulah yang di pikiran Ren saat dia menyadari kalau dia sudah semakin tersesat.

Ren sudah tidak dapat menghitung berapa kali dia telah berbelok, yang pasti jarak tempatnya saat ini sudah sangat jauh dari gadis itu, jadi Ren memperlambatkan laju sepedanya, dan tanpa dia sadari, ternyata dia sudah berada di depan rumahnya.

Ternyata cara mencari jalan pulang kalau sedang tersesat adalah menyesatkan diri sendiri. Ren akan mengingat hal tersebut baik-baik di dalam otaknya, jaga-jaga kalau sampai dia tersesat sekali lagi.

“Akhirnya Aku menemukanmu juga, sayang!”

Kata Ren sambil menciumi rumah tercintanya. Dia sudah seperti korban kapal tenggelam yang sudah lama terapung-apung dan tidak melihat daratan selama setahun.

Bukan hanya tembok rumahnya saja yang dia ciumi, tapi dia juga menciumi daun pintu dan lantai rumahnya yang tidak terawat dan juga sangat kotor, karena Ren jarang membersihkan rumah tercintanya tersebut. Lelaki sejati harus memiliki rumah yang kotor. Itulah jawaban yang diberikan Ren saat dirinya ditanyai kenapa rumahnya sangat kotor dan berantakan.

Ren langsung melempar tasnya sembarangan, dia tidak peduli kalau besok dia harus mencari tasnya untuk berangkat ke sekolah, yang terpenting bagi Ren saat ini dia sudah terbebas dari gadis siluman yang tadi ditemuinya. Gadis siluman itu pasti tidak akan dapat menemukan letak rumahnya berada dan tersesat entah kemana.

Ren mengambil kaleng minuman bersoda di dalam kulkas, lalu membukanya dan langsung meminum sedikit isinya, kemudian dia membawa kaleng minumannya itu ke ruang TV. Dia meletakan kaleng minumannya di meja kecil di samping bangkunya, agar tidak membuat tanganya pegal, karena terus memegangi kaleng itu.

Kemudian Ren menyalahkan TV dan dia duduk di bangku depan TV. Ren terus mencari-cari acara TV yang menarik, setelah terus menerus berganti channel TV, Ren akhirnya menemukan sebuah film yang menarik perhatiannya.

Film tersebut bercerita tentang seorang gadis yang melarikan diri dari kejaran para penjahat yang ingin menculiknya. Gadis tersebut mencoba meminta tolong kepada seorang pemuda yang ditemuinya, tapi pemuda tersebut tidak mau menolongnya dan malah menganggap kalau gadis yang ditemuinya itu hanya mau mengerjainya saja.

Isi dari film tersebut mengingatkan kembali Ren pada kejadian yang baru saja dialaminya. Membuat pikirannya mulai berkecamuk, dia mulai meras gelisah.

‘Bagaimana kalau gadis itu memang benar-benar membutuhkan bantuan, seperti gadis yang ada di dalam film ini?’

Itulah pikiran Ren, dia mulai merasa menyesal karena meinggalkan gadis itu tanpa mendengar penjelasannya duluan.

‘Tapi kalau Aku menolongnya, Aku pasti akan terlibat dalam masalah yang sangat merepotkan, tapi kalau Aku tidak menolongnya apa yang akan terjadi padanya?’

Pikiran Ren masih berkecamuk, bahkan dia tidak bisa merasakan rasa dari minuman bersoda yang dia minum.

“Ternyata kau menyukai film yang seperti ini.”

“Tidak juga, Aku hanya asal memilih channel saja!”

Loading 10%

Tiba-tiba sebuah suara seorang gadis terdengar dari belakang Ren, dan Ren tanpa sadar menjawabnya.

Loading 35%

“Apa kau masih mempunyai minuman kaleng itu?”

“Ya, Aku masih punya banyak, kau ambil saja di dalam kulkas!”

Loading 67%

Gadis tersebut bertanya sambil mengibas-ngibaskan tangannya pada dirinya karena kegerahan, sedangkan Ren masih menjawabnya tanpa sadar.

Loading 76%

Loading 99%

Loading 1000% (Bukankah ini sudah kelebihan?)

“KENAPA KAU BISA MASUK KE DALAM RUMAHKUUUUU!!!!???”

 

Dan saat Ren sadar apa yang sedang terjadi sekarang. Ren langsung melihat ke arah gadis itu sambil berteriak sekencang-kencangnya.

Gadis tersebut memang gadis yang ditemui oleh Ren tadi, tapi masalahnya adalah kenapa gadis tersebut bisa berada di sini, di rumahnya yang tercinta.

“Tentu saja karena kau tidak mengunci pintunya, jadi Aku masuk saja!”

Ren memang tidak mengunci pintu rumahnya, karena hal tersebut memang tidak diperlukan, dan hal tersebutlah yang membuat gadis tersebut bisa masuk ke dalam rumah Ren tanpa masalah sedikitpun. Tapi apakah gadis itu akan masuk begitu saja ke dalam  rumah orang, jika rumah itu tidak terkunci? Dia seperti maling saja. Tidak, itu bukan masalah utamanya untuk saat ini.

“Bukan itu maksudku, tapi kenapa kau bisa tahu dimana rumahku!?”

Setelah Gadis itu meminum minuman kalengnya, dia kembali menjawab Ren.

“Saat kau berlari meninggalkan Aku tadi, Aku sempat khawatir tidak dapat menemukanmu, tapi setelah berjalan sekitar 100 meter dari ke arah kau lari, Aku melihatmu masuk ke rumah ini, jadi Aku ikut masuk ke sini!”

‘Apa yang dikatakannya tadi, 100 meter dari tempatnya tadi. Tunggu dulu! Lalu buat apa Aku menaiki sepeda sejauh itu, kalau rumahku sedekat ini!’

Ren meruntuki nasibnya yang memang sudah sial sejak awal, dia benar-benar tidak menyangka kalau rumahnya ternyata dekat dengan tempatnya bertemu dengan gadis tersebut.

“Rumahmu berantakan sekali, seharusnya kau membersihkannya!”

‘Diam kau, seorang sepertimu tidak berhak mengkritik rumahku. Asal kau tahu saja, lelaki sejati memang harus mempunyai rumah yang berantakan!’

Ren hanya bisa menjerit di dalam hatinya. Ren hanya dapat melihat tingkah gadis itu yang sekarang sedang memeriksa setiap inchi dari rumah Ren.

“Jadi apa maumu datang ke sini?”

Gadis tersebut melihat ke arah Ren, setelah Ren bertanya kemauan gadis itu. Ren seharusnya sudah tahu dengan sangat jelas apa keinginan gadis tersebut yang sebenarnya, dia bertanya hanya untuk mengkonfirmasinya.

“Tentu saja, Aku ingin kau melindungiku!”

“Mana bisa Aku melindungi seorang gadis yang namanya saja tidak Aku ketahui!”

Gadis tersebut seakan mengingat sesuatu dan menepukan tangan kanannya yang terkepal pada tangan kirinya yang terbuka.

“Aku baru ingat, Aku belum mengetahui namamu! Kalau Aku boleh tahu, siapa namamu?”

Ren hanya menatap gadis di depannya dengan pandangan bosan, lalu dia menjawab lemah. Dia tidak mau berkomentar tentang pertanyaannya

“Ren Setiawan.”

“Senang bertemu denganmu, Ren. Namaku Putri Scarlet, tapi kau bisa memanggilku dengan Tuan Putri yang terhormat!”

‘Siapa juga yang mau memanggilmu Tuan Putri yang terhormat, kau jelas-jelas hanya gadis egois yang suka seenaknya.’

Pikir Ren kesal. Dia sudah cukup lelah hari ini, baik secara fisik maupun batin.

“Jadi Putri, kau ingin Aku melindungimu dari apa?”

“Tentu saja dari semua orang yang sedang mengejar-ngejarku!”

Putri menjawab dengan nada yang seenaknya. Dia sama sekali tidak mengetahui kalau Ren saat ini sudah kelelahan menghadapi tingkahnya yang seenaknya.

“Lalu siapa orang yang mengejarmu?”

“Mana Aku tahu!”

Ren sangat ingin berteriak saat dia mendengar jawabannya yang memang seenaknya saja. Andai saja Putri adalah seorang pria, sudah pasti Ren akan menghajarnya tanpa ragu-ragu sedikitpun. Kenapa bisa dia tidak tahu siapa orang yang mengerjarnya? Apakah dia memang hanya ingin bermain-main dengan Ren, kalau itu memang benar. Dia bisa bermain dengan orang lain selain dirinya.

“Bagaimana caranya kau tidak bisa tahu hal itu?’

“Aku memang tidak mengenal mereka, jadi mau bagaimana lagi... yang lebih penting lagi sekarang apa kau mau menjadi pengawalku!”

Putri mengulurkan tangannya ke arah Ren, dan Ren dengan lemah menerima uluran tangan dari gadis siluman di depannya. Sepertinya Ren tidak memiliki pilihan lain, kalau dia terus menolak tawaran gadis itu, gadis itu hanya akan terus mengganggunya dan akhirnya akan sama saja, jadi Ren terpaksa menerima tawaran itu. Mungkin Ren akan menyesali keputusannya.

“Ya, Aku mau!”

Dan kedua tangan tersebut akhirnya bertemu dan saling menjabat satu sama lain. Dan bencana baru saja akan dimulai untuk Ren.




Sebelumnya | ToC | Selanjutnya

Contact Form

Name

Email *

Message *